23 November 2008
My Wishful Thinking
Rani lebih tua dua minggu dariku dan ia terpisah jarak tepat 13 tahun dengan sosok pujaan wanita asal Napoli, Italia, Alessandro Del Piero. Ia tersenyum dan tertawa menahan geli ketika kuingatkan tentang hal itu, tiap kali kuucapkan selamat ulang tahun padanya. Dugaanku, semalam ia mengirim ucapan yang sama ke no frenku. Rani tak tahu kalau ternyata telpon selularku sudah tidak bisa digunakan lagi. Namun, dengan mengingat ia lahir di bulan yang sama, aku bahagia tak berkesudahan. Hanya itu yang paling membekas di ingatanku tentang Rani.
Seperti baru kemarin aku merasakan hujan November tahun lalu. Sang waktu berlari dengan begitu cepat dan gesitnya. Lebih cepat dari Lampard, Stoner, Hakkinen, dan ikon-ikon kecepatan lainnya. Jauh melebihi kegesitan jari-jemari jenjang Matthew Bellamy memainkan harmoni nada. Aku ditinggalkan di belakang, terlupakan, terengah-engah lelah berkelahi dengannya.
Lilin telah ditiup, pertanda kesempatanku makin berkurang. Aku tiba-tiba rindu dengan mereka yang pernah menanamkan jejak di rentang 22 tahun usiaku. Mereka yang merasuki dan merayap di tiap pintu-pintu inderaku. Kerinduan itu mengetuk pintu hatiku dengan lembut. Lalu melantunlah lagu Silent Night oleh para Carol Singers seperti di malam Natal.
Hanya ada mereka di gelap malam-malamku, di tiap langkahku yang selalu gontai. Merekalah pijakanku, supporter, pemandu sorak, dan arsitek ulung dalam membangun karakter diriku. Ada bayang-bayang ketakutan yang selalu mengintai, menjelma seperti Tuhan. Ia selalu ada di tiap mata terbuka, udara terhirup, dan telinga yang mendengar. Ia serupa stimulus impulsif yang tidak cukup puas bekerja di alam sadarku. Bisakah aku tanpa kalian, sahabat-sahabatku?
Mengapa manusia mesti meresap unsur malaikat hingga beragam rasa menjadi begitu lembut dan mudah memantik emosi perusak premis-premis logis di kepalaku.
Entah kapan aku bisa lolos dari jebakan ketakutan. Telah habis energiku meladeni perkelahian ini. Lelah memenuhi rongga pernapasanku hingga tidak ada lagi ruang bagi para oksigen. Apakah aku harus berguru pada Peter Petrelli atau Hiro, agar waktu bisa berhenti dan menata satu per satu pengalaman-pengalaman yang mestinya sudah kucerap di masa sebelumnya. Atau cukup meminta wangsit pada Mr Lampard agar dapat kusamai, setidaknya mengejar ritme waktu?
7 November 2008
fUry
bUrnInG tHe CaNdlE oN bOth EndS
yoUr SElf-LoVIng ShOOtes And
sOfTeN tHe bLOw You'vE InvEnteD
bReaThe iN DeEP
anD cLeaNse aWaY Your SiNs
aNd wE'll PraY thAt TheRe's nO GoD
tO pUniSh uS aNd mAke a fUss
CrAcks hEaliNg nOw
FuTure SOul ForGiVe THis MeSS
yOu WastE TweNty YeArS
wiNd uP aLonE dEmenteD
bReaThe iN DeEP
anD cLeaNse aWaY Your SiNs
aNd wE'll PraY thAt TheRe's nO GoD
tO pUniSh uS aNd mAke a fUss
29 October 2008
Selebrasi
24 September 2008
Page One Song
(to be continued...)
15 July 2008
Tentara
6 July 2008
Santiago
“jika engkau menginginkan sesuatu, semesta alam akan mendengarkan dan bersabda padamu”
kurang lebih seperti itulah pesan yang masih kuingat setelah membaca kisah Santiago dalam Sang Alkemis karya Paulo Coelho. Adalah Kak Harwan yang meminjamkan novel itu pertama kali tiga tahun yang lalu menjelang Idul Adha. Buku itu kemudian beberapa kali berpindah tangan hingga terakhir kali diketahui bahwa buku itu tertinggal di kampung salah seorang teman. Setelah itu tidak ada kabar lagi…
Tidak mengapa karena ternyata novel tersebut dicetak ulang namun dengan kover yang berbeda. Ada keindahan dan nuansa tersendiri memandangi kover sebelumnya. kover seorang ibu yang sedang memandang penuh kasih pada anak di pangkuannya tidak akan kutemukan lagi. Nah, kakakku membaca novel dengan kover mozaik seorang ilmuwan Arab. Aku membeli dua eksemplar, satunya kuhadiahkan untuk Echy. Bertiga kami menuju legenda pribadi kami.
“Tuhan menunjukkan jalan bagi kita menuju mimpi melalui pertanda”.
Aku yakin sepenuhnya dengan sabda itu.
Santiago itu kini telah berada di separuh perjalanan. Kiranya ia telah bertemu Fatima. Namun ternyata masih jauh liku langkah yang akan menyempurnakannya. Meski ia pahami bahwa hanya dengan bertemu dengan Fatima ia akan sempurna. Masih lapang gurun pasir yang ia harus lalui, masih terhampar ribuan pintu yang akan disingkapkan.
Aku kemudian teringat oleh kata-kata Squidword: sejauh apapun melangkah, apa yang kau cari sebenarnya ada dalam dirimu. Aku memahaminya sebagai upaya pencarian dan pengenalan diri. Kebahagiaan hanya bisa diperoleh jika mampu mengenali diri. Harta karun yang Santiago cari ternyata berada tidak jauh dari padang rumput tempat ia biasanya menggembala. Santiago dalam diri kakakku akan terus hidup…
Aku Pulang, Akhirnya...
Kamar No 1, ya katakanlah demikian. Masih ada semacam rasa tidak percaya menjelang tidur di malam pertamaku. Mungkin anda pernah mendengar kalimat ini: tubuh dan jiwa sedang berada di tempat yang berbeda. Kurang lebih itulah yang kurasakan malam itu, bukan sebuah de javu. Aku mengingat ibu dengan segala kekhawatirannya melepasku sendirian. Ingatan yang berdengung keras di kepalaku hingga tak dapat kudengar derit jam dinding berwarna biru yang kubeli bersama ibu sorenya. Tidak, aku tidak merasakan kesunyian. Sebotol lotion anti nyamuk beraroma kulit jeruk membuat nyamuk-nyamuki enggan mendekatiku malam itu hingga malam-malam berikutnya.
Tidak bisa kureka-reka angka untuk membandingkan durasi waktu yang kuhabiskan di dalam dan di luar rumah. Kesibukan (atau sok sibuk) di luar menyita banyak waktuku, hingga ketika pulang, pemandangan yang sama akan kutemui. Piring-piring yang belum dicuci, pakaian-pakaian berserakan di mana-mana, dokumen-dokumen penting bertumpuk tidak beraturan. Pemandangan yang sangat tidak indah. Jika saja saudari ibuku ada di sana, mungkin akan keluarlah makian-makian dan cibiran yang ujung-ujungnya akan mempertanyakan eksistensiku sebagai perempuan.
Aku rindu ingin pulang. Rasa itu akan menerjang dengan beratnya ketika dalam waktu yang lama aku tidak tidur di rumah. Aku memang pulang, tapi hanya untuk mengambil sesuatu entah itu baju ganti atau dokumen-dokumen penting lainnya. Aku rindu ingin terlelap di kasur spring yang telah aus dan kadang menggelitik punggungku. Aku rindu mendengar daeng penjual sayur di pagi hari. Aku rindu menyalakan kompor, memanaskan air, membuat nasi goreng. Aku rindu dengan lemonades, ikan-ikan hias di akuarium kecilku…
Aku pulang…
Kalah oleh kerinduan yang begitu begitu perkasa menggulung dan menyeretku. Aku pulang…kulihat ikan-ikanku masih giat dan aktif bergerak ke sana ke mari, mungkin gelisah oleh habitat airnya telah berubah kuning tanda tak terurus. Aku pulang…aku melihat Matt, Dom, dan Chris tersaput debu menahun.
Aku pulang…berbaring…namun tidak mampu terlelap. Aku mengalami apa yang dikatakan orang-orang: tubuh dan jiwa sedanng berada di tempat yang berbeda. Atau mari kita singkat saja definisi itu dengan keterpisahan.
17 June 2008
Menjadi Iron Maiden
Baiklah, kita tinggalkan Tatcher, Fairclough, dan the band. Iron Maiden pernah dilekatkan pada salah seorang seniorku. Dapat dimaklumi, dia memenuhi kualifikasi untuk disebut sebagai wanita besi. Sahabat-sahabatnya pun mengakui kehebatannya itu, demikian juga kami para juniornya.
Kini kakak kami itu melanjutkan karier petualangannya di sebuah pulau di Sulawesi Tengah. Selama satu tahun penuh ia harus menjadi fasilitator sebuah kegiatan penelitian bersponsor negeri asing. Posisinya sebagai Iron Maiden di kosmik belum tergantikan oleh siapapun. namun sepertinya, perlahan tapi pasti, gelar itu mulai dilekatkan pada beberapa orang perempuan di kosmik yang mulai beranjak tua (dalam ukuran angkatan). Kehadiran mereka telah menjadi inspirasi bagiku dan kadang tersisip dalam setiap renunganku. Siapakah mereka?
Apakah perlu kita melakukan survey atau angket untuk menentukannya? Mmmm...ya...baiknya 'tanggung jawab' ini kita serahkan kepada adik-adik (ups!!!) peserta mata kuliah Desain Penelitian Komunikasi. Tetapi harus menunggu waktu yang agak lama untuk mengetahui hasilnya jika menggunakan metode seperti itu. Aku punya pertimbangan sendiri untuk memutuskan 'pemenangnya'.
Liburan telah menjelang. Kampus perlahan sepi ditinggal penghuninya yang sebagian besar melakukan ritual tahunan: pulang kampung. Juni, Juli, Agustus: tiga bulan tanpa kegiatan perkuliahan. Tergantikan oleh kegiatan magang, KKN, kerja part time, dsb. Juni ini terasa berat. Tumpukan tugas menanti untuk dikerjakan. Waktu terasa begitu cepat berlalu, relativitas waktu bekerja padaku. Semoga saja bisa diselesaikan tepat waktu. Pengalaman berbicara, tugas-tugas berat sekalipun dapat terselesaikan meski penuh cacat jauh dari sempurna.
Sang Iron Maiden menjabat tanganku, tanpa ia sadari ia telah menguatkanku. Juli depan beragam rencana menunggu. Agustus depan juga setali tiga uang. September apalagi, aku dan the Iron Maiden mempertimbangkan untuk ikut penelitian menelusuri beberapa kecamatan di Sulsel. Aku tertarik untuk melakukan penelitian sampingan selama berada di lokasi. Para etnografer di kosmik telah memberi pengaruh yang sangat kuat (kuhaturkan terima kasih pada mereka). Bisa dikatakan dengan istilah keren menjadi backpacker atau sekalian gelandangan.
Kuasa atas tubuhku kini kurasa melemah. Di lain pihak, masa depan menuntut untuk dilalui. Beruntungnya, di sini aku dikelilingi saudara-saudari dengan kondisi yang sama. Iron Maiden atau Saraswati, mereka ada menemaniku. Kelak aku ingin menjadi layaknya mereka.
16 June 2008
Leaving My Plug-in Baby
Kalimat ini menjadi latar belakang bagi arya dan tim untuk segara berangkat ke sebuah desa di Barru tempat To Garibo bermukim. Letak desa yang bisa dikatakan jauh dari peradaban, membuat komunikasi tim dengan 'dunia luar' menjadi tidak mungkin. TV saja belum ada (aduh maaf saya lupa nama desanya).
Sabtu, pukul 10.40 waktu Kosmik, ka riza datang berkunjung ke Korps (setara himpunan) menjemput salah seorang anggota tim yang sudah bela-bela mandi pagi-pagi. Perlu perjuangan berat sepertinya bagi yang bersangkutan karena sering bangun kesiangan. Mandi pun memakai perlengkapan milik Ka Yudha. Hehehehe....Yang bersangkutan pun pamit dalam keadaan tergesa-gesa sambil menenteng sepatu converse hitam miliknya.
Keberangkatan arya guna memenuhi kewajibannya menyelesaikan skripsi karya miliknya yang sudah disetujui para dosen pada waktu seminar proposal. Karyanya berupa dokumentasi keseharian masyarakat To Garibo. Menurut Arya populasi To Garibo yang tersisa kini kurang lebih 30 jiwa. Selama dua minggu, tim akan beradaptasi dengan penduduk lokal tanpa proses pengambilan gambar sedikit pun. Baru setelah itu, arya dkk akan melakukan eksekusi gambar.
Sehari sebelumnya, Arya sempat berdiskusi denganku, menanyakan kesediaan ka harwan untuk turut serta menjadi anggota tim. Senyum-senyum 'licik' khas Arya (jangan marah arya, becanda ji) disertai bahasa ekspresi wajah yang penuh intrik, mencoba meyakinkanku agar mengizinkan ka harwan bersamanya selama di lokasi. Ketua angkatan 2004 ini menduga kalo aku tidak akan memberi lampu hijau. Namun hasrat 'etnografi' ka harwan yang begitu menggebu-gebu, aku telah mengizinkannya jauh sebelum rencana keberangkatan mereka, dengan resiko tidak ada kontak sama sekali, mengingat lokasi yang sulit dijangkau.
Sudah dua hari berlalu, Ka harwan tidak tahu kalau kini pondokannya telah beralih tangan kepada orang lain. Kemungkinan besar harga sewa ikut naik seiring harga barang-barang yang kian meroket (hiperbola). Aku memperoleh kabar itu dari ka asri dan nanang ketika aku melintas di depan pondokan mereka. Sebagai langkah preventif, dalam waktu dekat mereka bertiga seharusnya akan berjuang keliling tamalanrea untuk mencari rumah kontrakan yang memenuhi syarat kualifikasi mereka (murah, strategis, tidak banjir, dan tidak makan ongkos jika ingin ke mana-mana). Bagi mereka (pemberi kontrak) yang memenuhi syarat, silahkan isi shoutbox sebelah...
Rencanya, ka riza akan pulang hari ini (senin, 16 jun 08) meninggalkan anggota lain yang sedang berjuang hidup di luar kelaziman, yang berjuang membebaskan diri dari manjanya dunia sehari-hari yang telah melumpuhkan semangat survival, bertarung melawan keinginan-keinginan semu buatan dunia modern, meninggalkan kekasih-kekasih palsu produk simulasi yang kering makna. Aku menunggu kabar dari ka riza, penasaran dengan usaha-usaha mereka melonggarkan kabel-kabel elektronik yang senantiasa melilit dan menemaniku selama ini.
Now it's time for changing
and cleansing everything
to forget your love
My plug in baby....crucifies my enemies...when i'm tired of living...
(MUSE)
7 June 2008
EUROphoria kali ini...
Sementara itu debar-debar mengiris sepertinya melanda ka Accank, kakakku. Penyebabnya apalagi kalau bukan berita cederanya bek Italia, Cannavaro. Canna adalah roh bagi tim Azzuri Italia, Kehadirannya sebagai defender selalu menjadi harapan bagi rakyat negara Pizza meraih kemenangan. Ya, degub jantung itu makin keras di dada para pendukung negara asal Gaia Polloni ini.
Lain lagi dengan aku, piala Eropa 2008 yang digelar di dunia negara skandinavia Swiss-Austria ini menyisakan tanda tanya besar bagiku. Apakah sang pangeran kancil, Trezeguet diikutsertakan dalam tim Les Bleus? Tanda tanya itu begitu mengganggu. Bagaimana peta kekuatan mereka? Sejak pertengahan 2006 lalu aku sudah tidak pernah lagi meluangkan waktu untuk menonton pertandingan sepakbola atau sekedar menyaksikan highlightnya. Emmm,,,,mungkin karena ada kesibukan lain yang mendesak untuk dilakukan. Atau sebut saja, mengapa mesti menyesuaikan jadwalku dengan jadwal siaran-siaran yang kebanyakan ditempatkan di tengah malam bahkan dini hari.
Tanda tanya besar tadi masih mengundang keingintahuanku. Viva Les Bleus. Apakah ini sinyal bahwa aku akan terbawa euforia. Emma, tolong...tolong...lotta things to do, sayang!!!
Even Piala Eropa mengingatkanku pada masa empat tahun lalu ketika akan memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi. Dua momen yang bertepatan. Pertama kalinya hidup terpisah jauh dari orang tua dan teman semasa SMA. Ka accank berjasa menjadi penghubung dunia lama yang kubawa dengan dunia baru yang ada di hadapanku. Ragam perhelatan beserta berita seputar even yang kala itu digelar di Portugal menjadi teman setia menunggu ujian masuk (SPMB) diselenggarakan.
Empat tahun berselang, dua momen tersebut berpadu lagi. Ujian masuk kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Namanya UMB (Ujian Masuk Bersama) UNHAS, sejenis dengan UM-UGM dan ujian-ujian mandiri lainnya di Indonesia. Kabar kemarin kudengar dari adikku,dua hari sebelum pendaftran ditutup, formulir program IPA telah habis. Wow, antusias dan ekspektasi yang begitu besar!!! Bagaimana nasib program IPS, silahkan tafsirkan sendiri.
Ya semoga saja biaya dan ekspektasi besar tersebut berbanding lurus dengan kualitas yang ditawarkan oleh salah satu penyelenggara pendidikan tinggi di Makassar ini. dan buat football lovers, selamat mengubah jadwal tidur anda!!!
3 June 2008
Kepakan kecil sang kupu-kupu
Demikian redaksi kalimat dari potongan adegan serial Smallville season 6 di trans TV. Sebenarnya malam itu 'jadwal'ku padat. Mulai dari mencari bahan bacaan untuk rencana penelitian di himpunan, mengerjakan tugas yang sedikit terbengkalai, dan ingin menyaksikan petualangan Nixau dengan botol pemberian dewa langit. Akhirnya, seperti kata icha, harus ada yang dikorbankan untuk tidak dikerjakan malam itu. Dan pilihan pun kujatuhkan pada serial perjalanan hidup Superman muda, Clark Kent dkk.
Sepertinya aku membuat pilihan yang tepat, karena malam itu aku disuguhkan episode terbaik dari seluruh episode Smallville yang pernah ditayangkan sebelumnya. Cerita berawal dengan scene Clark menemui orangtuanya setelah berterus terang pada Lana tentang rahasia kekuatannya. Lana pun menerima lamaran Clark dan akan menikah dengannya.
Malamnya pada saat perayaan kemenangan Jonathan Kent, Lana berkunjung ke kediaman Lex Luthor dan secara tidak sengaja Lex mengetahui rencana bahagia itu. Lana menyadari bahaya Lex yang sedang mabuk dan menjadi emosional. Motifnya ada dua, cemburu dan ingin mengetahui rahasia Clark. Terjadilah kejar mengejar antar dua sahabat dekat ini. Sementara itu pada pesta di rumah keluarga Kent, Clark dihubungi oleh Lana yang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Dari kejauhan Clark dapat mendengar tabrakan yang menewaskan Lana. Pukul 11.02 malam. Dalam sekejap Clark berada di lokasi kejadian, diikuti oleh ayah dan ibunya.
Merasa keberatan kejadian yag menimpanya, Clark mendatangi Jor El dan memohon kesempatan agar Lana tetap hidup. Kesempatan itu pun diberikan namun setelah diingatkan oleh ayahnya tentang resiko yang mesti diterima karena pilihan itu. Dan masa pun berbalik, tepat pada saat Clark akan menceritakan rahasianya pada Lana. Dapat ditebak, pertengkaran tak terhindarkan.
Malamnya pada saat perayaan kemenangan Jonathan Kent sebagai senator AS, Lana hadir sejenak kemudian menuju ke kediaman Lex. Scene yang ditampilkan hampir sama namun dengan cerita yang berbeda. Termasuk adegan kejar-kejaran mobil, ketika Lex ingin meminta maaf pada Lana atas perbuatannya. Handphone Clark berdering. Clark melihat jam tangannya dan bersiap-siap dengan rencananya menyelamatkan Lana.
Masterplan berjalan lancar, tidak ada kecelakaan dan tidak ada ayah ibu Clark yang datang melihat keadaan Lana. Karena ternyata, Jonathan Kent menemui Lionel Luthor yang sebelumnya telah menelpon dirinya pada saat pesta perayaan. Lionel menawarkan kerja sama dengan harga keutuhan rumah tangga Jonathan.
Jonathan menolak dan perkelahian pun tak terelakkan. Scene pun berpindah pada adegan Jonathan yang memeluk anggota Martha dan Clark. Jonathan menutup mata dengan damai. Tidak dijelaskan secara gamblang apa yang menjadi penyebab kematiannya. Inilah konsekuensi dari pilihan Clark yang telah mengubah takdir, Lana tetap hidup, namun dengan harga kematian ayahnya.
***********
Final destination
Pola cerita serupa aku saksikan dalam film Final Destination. Bermula dari perjalanan ke Paris, Davon Sawa 'menyelamatkan' lima orang sahabat dan seorang gurunya di SMA dari kecelakaan pesawat yang telah disaksikannya lewat mimpi. Davon keheranan mendapati satu per satu temannya mengalami kematian tragis. Pencerahan pun ia peroleh dari seorang ahli forensik yang menangani mayat gurunya.
Davon dan teman-temannya yang tersisa perlahan-lahan memahami pola 'alur kematian' mereka dan berusaha sekuat mungkin untuk mencegahnya. Kematian yang seharusnya mereka alami pada saat kecelakaan pesawat tertunda oleh mimpi Davon. Takdir harus bekerja, namun dengan cara yang lain dan sama ngerinya.
Aku kemudian teringat dengan teori chaos pada scene pembuka Butterfly Effect: satu kepakan kupu-kupu dapat menghasilkan tornado di belahan dunia yang lain. Sekecil apa pun tindakan kita hari ini, akan menghasilkan efek besar di hari esok. Ada beragam bahkan ribuan pilihan di depan mata, dan tiap pilihan itu akan menentukan masa depan. Jika pun satu saat benar-benar tercipta mesin waktu, berhati-hatilah membuat pilihan untuk mengubah masa lalu. Mengutip kalimat di Blog Iqko:
“Terkadang ada beberapa hal yang tidak terjadi sesuai harapan kita, dan terkadang bila harapan kita tidak terwujud, yang benar-benar terjadi biasanya justru lebih baik”
- Looking For Alibrandi –
Buat saudariku Dwi, Life Goes On, Honey...
Kini bunda selalu bersamamu di manapun engkau berada
tak lagi berbatas dimensi ruang dan waktu
apa lagi yang mesti ditakutkan?
24 May 2008
Teori Relativitas
Puluhan mahasiswa duduk di ruas jalan keluar pintu satu Unhas. Gerbang pintu keluar ditutup agar kendaraaan tidak bisa melintas. Sementara gerbang yang lain dibiarkan terbuka. Semacam renungan mereka lakukan semalam. Renungan menyambut pengumuman kenaikan BBM pukul 23.00. Aku mengamati dari kejauhan, di dalam angkot yang sedang menunggu penumpang tepat di tikungan jalan masuk Unhas. Mungkin terakhir kalinya aku membayar 1500 rupiah, esok cerita pasti akan berbeda.
Aku singgah melihat kakak-kakak yang sedang berjuang meninggalkan unhas alias sedang mempersiapkan proposal penelitian. Waktu di kampus, aku dengar kabar Darma, Shanty, Ali, Arya, dan Wiwi manis akan ujian proposal pekan depan. Selamat ya teman-teman. Buat Darma Perez, aku tahu engkau pekerja keras, tenang, dan tidak terburu-buru. Shanty berjuanglah, tinggal selangkah lagi. Ali, kami akan sealu mengingat senyummu dan kala engkau berpatah kata di acara mubes 2005 silam. Arya dan Wiwi manis sejak pertama kalian memang 'tak terpisahkan', Semoga persahabatan ini selamanya.
Sebuah charge tak bertuan ka asri berikan. Aku tidak sabar menunggu kabar ka harwan. Kemungkinan besar ka harwan sudah tiba di lokasi. Hitung-hitungan probabilitasku terbukti!!! Aku senang mendengarnya, lebih senang lagi karena Fren ternyata sudah beroperasi di
Bagi Echy, satu hari adalah 24 jam, namun bagiku satu hari adalah 48 jam. Kenapa? Mungkin kalimat dari seorang senior bisa menjelaskannya: waktu terasa begitu cepat berlalu bagi yang merasa takut, dan terasa begitu lama bagi yang menunggu. Well Thanks, Einstein...
Kabar dari seberang sana, Angga,Jihad,dan Maya (setia saat di Malino) menanyakan kabarku. Teman-teman kecilku,aku merindukan kalian.
Aku mengisi malam bersama komputerku. Pada layarnya, Shaun, bocah 12 tahun menggunduli rambutnya agar dapat diterima menjadi anggota sebuah kelompok ultra nasionalis Inggris.Dari balik kamar, tv tua milik kakak ipar menayangkan pengumuman kenaikan harga BBM. Terjawab sudah mengapa malam itu mobil yang kutumpangi turut antri di SPBU depan pintu satu. Yeah,This Is Indonesia...
23 May 2008
Grazie....Gaia
Panas, gerah, mual, ngantuk, pening dan nyeri menyatu dalam tubuhku. Kondisi ini kualami tidak lama setelah menyantap sop saudara di salah satu kedai di terminal Daya ketika menemani ka harwan dan pasangan pengantin baru, Ishak-Rena, menunggu bus ke Palopo. Ka harwan sudah mewanti-wanti sedari dulu untuk tidak mencicipi segala makanan yang dapat memicu tekanan darahku. Namun, godaan ka Rena tak dapat kutahan. Jadilah efeknya harus kutanggung sendiri sampai pete-pete yang kutumpangi untuk pulang berhenti di depan pintu satu. Destination: Extra Net.
Sesampai di tujuan, aku mencari mungkin ada wajah familiar bercokol di sana. Ternyata hanya ada beberapa users saja dan penjaga warnet partner ka Rahe. Akses ke dunia maya pun kubuka, dan kutemui Gaia Polloni di kotak suratku. Grazie...GAIA, permintaanku yang kukirim sekitar tiga minggu yang lalu telah dikonfirmasi. Aku mengirimkannya setangkai green clove leaf gift sebagai tanda terima kasih.
Sementara itu, di balik dinding kaca ExtraNet, jalur sepanjang Perintis Kemerdekaan tampak macet. Truk, mobil, motor terjebak dalam panas, tertahan langkahnya oleh segerombolan mahasiswa yang mengatasnamakan diri mahasiwa Universitas Hasanuddin menyeberang jalan untuk selanjutnya melakukan long march menentang kenaikan BBM pada akhir Mei ini.
Dinding kaca itu tidak begitu tebal, namun dua ruang yang ia batasi sangat berbeda. Hawa air conditioning membuatku mampu merasakan gerah para demonstran. Aku kembali memusatkan perhatianku ke dunia global di hadapanku. Di halaman pribadiku, aku bertemu darma dkk saling 'berbalas' comment di shoutbox. Teman-teman, kakak-kakak, aku merindukan kalian semua. Syukurlah Tuhan menghimpun kita sehingga dapat bertatap mata, merasakan energi dan aura kalian. Salam keselamatan dan keterjagaan semoga dilimpahkan atas kita semua.
Aku meninggalkan warnet dengan uang pas di tangan, cukup untuk sekali naik angkot balik ke pondokan. Rasa lelah kembali merayapi tubuhku, momen perenungan singkat di pete-pete pun dimulai, meski singkat, namun kadang menjadi saat bagiku mengumpulkan semangat serta memaafkan keterbatasan dan kelemahan diriku selama ini. Aku ingin kotak berjalan ini membawaku lebih cepat....Aku ingin segera merebah, terlelap, untuk kemudian bangkit lagi dan memulai langkah kecilku.
Kutemui adikku Ilham sedang mencuci perabot makan yang telah menumpuk tak terurus selama berhari-hari . tangannya berbusa dan ada senyum sumringah di wajahnya. Aku sudah terbiasa dengan bahasa tubuh itu, pasti ia sedang butuh sesuatu, Benar saja, ia menanyakan status sms yang ia kirim pagi tadi. pesan singkat itu berisi keadaan dirinya yang lagi tak berduit. Kurogoh tasku untuk memberinya uang, namun ia menahan, '...nantipi, selesaipi kerjaanku.' dalam hati aku meminta, sabarlah adik...berkah tidak akan pernah meninggalkan kita.
Meski jarang berada di pondokan, aku bisa merasakan perubahan adikku. Ia menjadi lebih tenang, tidak gegabah, dan mau mendengar. Semoga hatinya telah tersentuh. Namun demikian, masih ada satu hal yang mengganjal dan selalu hadir di dalam tiap momen renunganku, bagaimana kuliahnya? berantakankah atau teruruskah? Pernah sekali aku bertanya padanya. Jawaban yang tidak kuinginkan justru ia berikan. Untunglah lami dibatasi dinding triplek pemisah kamarku dengan kamarnya. Jika tidak ,mungkin amarahku takkan terkendalikan. Untunglah....
Akhirnya aku hanya berkata,',,,sudah bukan masanya saya menyuruh-nyuruhmu.' Engkau harus bergerak dengan kehendakmu. Dan dia pun hanya diam. Pernyataan bahwa bahasa bisa membentuk realitas di kepala telah kupraktekkan hari itu. Selamat!
Mahkota Kemenangan itu telah kembali
Rasa kantuk benar-benar kini menjadi lawan yang tak dapat kukalahkan. Semalaman aku sudah berikrar untuk bangun lebih dini. Namun ketika penanda waktu berbunyi, aku hanya butuh sedikit tenaga untuk mematikannya. Pengeluaran tenaga yang tidak cukup untuk membuatku tersadar lebih lama. Hingga akhirnya aku mendapati diriku bangun pada pukul 11 pagi. Bravo!!! Rekor telah terpecahkan. Selama ini aku bangun paling lambat jam 10.30. Aku butuh insomnia di pagi hari tampaknya.
Kabar kemenangan Manchester United atas klub ibukota Inggris,
Kemenangan ini dirasakan begitu berarti oleh MU setelah sebelumnya telah memastikan diri sebagai juara liga domestik. A Double winner. Bagiku, berita kemenangan tersebut membuatku mengalami de javu, nostalgia final Liga Champion 1999 di Nou Camp Stadion antara MU dan Muenchen. Saat itu, David Beckham yang sedang hangat-hangatnya digelari Spice Boy menjadi pahlawan masyarakat
Jauh sebelum partai final kemarin digelar di Moskow, pecinta sepak bola Inggris boleh berbangga hati menyaksikan All England Final. Yah, cukuplah sebagai obat atas kegagalan timnas Union Jack melangkah ke babak final Piala Eropa 2008. God save the
Aku menantikan apakah Piala Eropa yang akan dimainkan dalam tempo dua bulan, Juni dan Juli, sanggup mengubah pola tidurku. Mengingat ia digelar di Austria-Swiss, zona waktu yang berbeda membuat para pecinta bola di tanah air mau tidak mau harus 'rela' menyesuaikan jam (re-scheduling) tidur mereka jika ingin menyaksikan pertandingan secara langsung. Tumbalnya? apa lagi kalau bukan terbengkalainya tugas di pagi hari (bahkan sepanjang hari) tergantikan oleh aktivitas tidur atau sekedar membincangkan pertandingan semalam, atau lebih tepatnya pertandingan sesubuh. Apalagi jika bukan pengabaian terhadap hal lain yang menunggu untuk ditunaikan.
Namun kabar baiknya adalah, seluruh tayangan televisi memiliki potensi yang sama untuk membuat audiensnya berperilaku demikian.
Just wait and see...
A Glorious Comeback
Gerimis kecil menemani langkahku malam itu. kutengadahkan tangan untuk memastikan. Agak keheranan karena mestinya saat ini sedang musim kemarau. Ya, hujan turun di akhir mei. Beberapa ruas jalan nampak basah dan ada pula yang tergenang pertanda telah turun air dari langit. Kegelisahan bermain-main dalam pikiran kiranya tanda apa yang tengah diperlihatkan olehnya.
Sebuah mobil merah berplat kuning berhenti mendadak setelah dihadang oleh polisi bermobil panter. Samar-samar aku dapat melihat sang supir pete-pete mengambil surat-surat kendaraan dan sejenisnya untuk diperlihatkan kepada dua pak polisi yang menunggu di dalam mobil lengkap dengan tingkah pongahnya. Sang supir malang menghadap dengan bahasa tubuhnya yang jelas terbaca, iamemposisikan dirinya sebagai subordinat di hadapan oknum berseragam, menyerahkan bukti-bukti yang bisa meringankan ksalahannya yang telah parkir di daerah terlarang. Ia tak akan terampuni jika saja di antara surat-surat tersebut tidak terselip uang pecahan berjumlah sekian. Dan seperti hari-hari lainnya, aku menjadi saksi bagaimana hukum diperjualbelikan.
Sebelumnya aku dan ka harwan berkunjung ke colormax, sebuah studio foto yang berlokasi di depan smansa makassar. Kunjungan kami ke sana tak lain tak bukan ingin menuangkan momen pernikahan ka ishak dan ka rena ke dalam kertas foto untuk selanjutnya di bawa ke kediaman ka harwan di Palopo. Pergantian sore ke malam tak terasa. Aku sibuk membaca atau sekedar mebolak-balik majalah yang disediakan di ruang tunggu. Mulai dari majalah advertorial sampaimajalah musik, dari majalah lokal sampai majalah trans-nasional.
Dari majalah Rolling Stone Indonesia edisi Januari 2008 yang memampang ekstrim wajah Mas Iyek, aku belakangan menyadari betapa mudahnya menjadi tenar di masa sekarang ini. Pernyataan ini didukung oleh Dave Matthew. Adaah Kate Nash yang menjadi misalnya. Awalnya, nona Kate memasang lagunya di situs MySpace. Lalu datanglah Lily Allen yang menemukan Kate dan memasukkannya ke dalam Top Eightnya. "dengan promosi itu, Kate Nash tiba-tiba meroket di jajaran tangga lagu-lagu hits di Inggris', demikian redaksi Rolling Stone.
Bukan hanya Kate yang merasakan shocking moment tersebut. White Shoes and Couples Company dan Mocca adalah contoh lain musisi yang meraih sukses di negeri orang lain setelah memasang lagu-lagu mereka di Myspace. Walaupun nampang di internet dengan akses global bukanlah jaminan utama kesuksesan mereka, kualitas tetap menjadi pertimbangan pertama dalam penilaian.
Kate Nash mungkin akan sangat berterima kasih dengan jasa internet yang membuat dirinya dikenal oleh dunia. Namun beberapa musisi, entah pendatang baru atau senior, menganggap kehadiran dunia maya sebagai media promosi musik turut membawa pengaruh buruk bagi musik itu sendiri. Sebut saja Tom Morello, gitaris Rage Against the Machine ini beranggapan bahwa musik saat ini gratisan layaknya air, ia tidak akan dicari karena ia ada di mana-mana, Siapa yang akan berjuang mati-matian medapatkan hal-hal yang bersifat gratisan? Entah bagaimana tanggapan Michael Stipes, Chris Martin, dan Arcade Fire. Sementara itu, calon pangeran pop, Justin Timberlake, memilih berpikir positif dengan kondisi industrialisasi permusikan saat ini.
************
'Nomor' antrian kini milikku, aku menyerahkan majalah dalam keadaan terbuka di halaman yang memuat review In Rainbows milik Radiohead kepada ka harwan. Seratus empat puluh delapan foto ukuran 4r dan sebuah foto memorable ukuran 10R menunggu untuk dicetak. Butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk proses jadinya. Aku menoleh ke arah ka harwan yang sedang serius membaca liputan konser comeback tetuanya britpop, the glorious legend, Led Zeppelin.
13 May 2008
Buon Giorno, La Vecchia Vitta
selamat datang pagi, apa kabarmu?
lama tak menikmati udaramulama tak menyentuh bulir bening air bergelantungan di dedaunan
lama tak menghirup aroma rumput hijaumu
bagaimana kabar mentari?
adakah panas gurun sahara ia bawa serta?
ataukah karbon-karbon di udara telah bergabung dengannya?
bagaimana kabar malaikat pembawa rezeki?
bagaimana kabar para pencari tuhan?
tidakkah kau menemukan kelusuhan dalam pandangan mereka?
boun giorno, la vecchia vitta
sertailah gelisahku menuju ketersingkapan
tuntunlah dengan penandanya yang bertebaran
terserak di tujuh langit
Kosmik, 13 Mei pada 05.39
serasa Kurt Kobain (di sebuah pagi, tidak pagi-pagi sekali)
Udara khas pegunungan melewati pintu kamar, dingin membangunkanku dari tidur. Rasanya masih ingin memejamkan mata, tapi cahaya dari luar memaksaku untuk bangun. tidak begitu kuat memang namun jam biologisku mengatakan sudah pukul 10 pagi (demikianlah jika sering bangun jam 10). sekuat tenaga aku bangkit dari tempat tidur mengumpulkan satu persatu belahan-belahan ruh yang telah berkelana dalam mimpi.
Aku berniat melangkah keluar hendak memastikan apakah benar-benar sudah jam 10, soalnya semalam rombongan sudah maktub ke rumah ka ishak jam 8 untuk sarapan. Tidak sarapan bisa menyebabkan lapar. Apalagi di daerah pegunungan baru disentuh sedikit angin, lapar pun menjadi-jadi.
tidak lama kemudian
'hah?!' masih jam 6? astaga!!!!
Masih pagi berarti masih dingin, oh...tak berani aku menyentuh air. Rasanya mutlak pedis...perih...,dan meresap..... Brrr....Hiiiii....Berkali-kali aku membantah titah untuk segera mandi dengan segala macam alasan.
Aku masih di tempat tidur ternyata, rebahan sambil menunggu semua inderaku normal berfungsi. Samar-samar kudengar suara seorang manusia sedang melantunkan lagu dengan suara berat khas bangun pagi .Liriknya kurang lebih seperti ini:
'kenapa na suaraku kayak Kurt Kobain kalo pagi-pagi?'
(kira-kira siapa pelakunya?)
huh.... pertanyaan yang sama sekali tidak membutuhkan jawaban!!! Apalagi jawaban ilmiah. jikalaupun butuh jawaban atau reaksi, maka callaan-lah satu-satunya jawaban yang paling tepat. Hahahaha….
Aku sudah mantap dengan pendirianku untuk bangun. tanpa alas aku menjejakkan dan melangkahkan kakiku pada ubin-ubin bangunan tempat kami menginap. rasa dingin menjalar di kakiku, Mirip kadal yang hidup di padang pasir, aku mengangkat kakiku bergantian untuk menghidari sengatan dinginnya. Bedanya, kadal itu bukan manusia, dan padang pasir itu panas (?????)
Kemudian aku sadar kalau aku tidur memakai baju pesta di acara resepsi ka ishak tadi malam. Lebih-lebih baru kusadari, ternyata aku masih punya stok pakaian ganti di dalam tas. Dasar teledor kelas wahid.
Di luar sudah ada para pria dewasa, ka harwan, ka vic, dan madi berkumpul menikmati kopi tubruk panas bukan hangat. Aku mengambil kamera dari bawah tempat tidur dan mulai mengedari taman mencari objek latihan memotret. Hitung-hitung oleh-oleh, komplit dengan sekantung markisa dan alpukat.
Hanya sayang, kesejukan (baca: kedinginan) pagi itu dengan butir embun pada bunga-bunga liar di taman sebagai ikonnya tak mampu terekam oleh kamera di tanganku. entah keterbatasan kamera atau aku yang terbatas. Mawar merah jambu dan dua kumbang yang sedang bercengkrama cukuplah jadi penyegar bagi mataku yang belum kubasuh dengan air sejak bangun tadi.
Malino 10 mei 08
12 May 2008
The Men in Night Dreams
Sudah berulangkali aku bangun terkaget dan ketakutan karena mimpi malam hari, tidak jarang air mata yang berurai dalam mimpi (saking sedihnya barangkali) sampai terbawa ke alam sadar. Rasa takut yang sanggup membuat jantung berdegup kencang dan sesak, akhirnya takut memejamkan mata untuk meneruskan lelap tidur.
Dari sekian ribu mimpi yang telah kulalui, banyak juga yang membahagiakan, membuat tersenyum ketika mengingatnya, dan menyesalkan kenapa mimpi itu berakhir begitu cepat, kadang memaksa untuk tidur lagi dan berharap mimpi itu berlanjut. Fitrah manusia pasti menginginkan yang baik dan menjauhi apa yang tidak baik bagi dirinya. Begitupun mimpi, sebelum aku terlelap, kuselipkan doa agar diberi kesempatan menjelajah dunia mimpi yang indah.
Aku pernah ‘bertemu’ dengan Ridho ‘Slank’ Hafiedz, David Trezeguet, Chris ‘coldplay’ Martin, dan terakhir, Miracleous Devoners, Muse. Rasionalisasi untuk semua ini adalah jelas, aku mengidolakan mereka pada periode waktu yang berbeda. Tidak hanya para tokoh popular yang baru kusebutkan, orang-orang disekitarku yang menyita waktu untuk kuingat atau menjadi beban sepanjang hari, yang pada mereka ada beragam ekspektasi, juga sering mampir jadi figuran dalam bunga tidurku.
11 May 2008
P.S: Sedikit Kesabaran
oh, mungkin komputernya butuh didiamkan dulu sampai indikatornya berwarna kuning tanda full charge (sebenarnya, baterenya sudah jebol). Aku pun meninggalkannya sampai sang syarat terpenuhi. Sepuluh menit kemudian, aku kembali menekan tombol on/off nya. namun decit tanda menyala tidak terdengar. bagaimana mi ini?
aku berdialog diam dengan ka harwan, kutemukan kekhawatiran padanya serupa denganku. "maumi diganti baterenya, dek." aku mengiyakan ucapannya. aku sudah rela berhadapan dengan tiga pilihan : beli batere dalam waktu dekat pake duit ka accang, beli pake duit sendiri tapi harus menunggu dua bulan, dan terakhir pilihan paling terakhir dan paling terpaksa: pinjam batere sejenis notebookku orang lain.
aku menimbang kira-kira mana yang paling cocok dan realistis dengan kondisi ini. kasihan kak accang kalo aku menggunakan (lagi) uang tabungannya. hmmm...pilihan pertama dicoret. tapi kalau pake duit sendiri mesti tunggu dua bulan lagi baru bisa. yang kasihan adalah aku. data-data penting semua ada di sana, bukan hanya penting tapi juga akan digunakan dalam waktu dekat. Pilihan ketiga, kendalanya: susah nemu orang yang punya notebook sejenis. yang kasihan: tetap aku, yang harus bermuka tembok dan badak menahan malu untuk sekedar meminjam. Hikz....
Nafas panjang melewati indera penciumanku. Sekali lagi aku memeriksa plug in kabel di dinding dan di komputer. Berharap ada sisi tak terdeteksi olehku dan ka harwan. Kuangkat notebook ku, dan kutemukan cayaha kuning, kecil berkedip-kedip. Tersenyum aku sampaikan kabar baik itu ke ka harwan,
Dahulu-dahulu aku cepat panik jika berhadapan dengan masalah. Aku kalah duluan dengan ketidaksabaran dan pikiran-pikiran negatif yang berkuasa di benakku. beragam kejadian-kejadian kecil yang menghendaki sedikit (baca: hanya sedikit) kesabaran dan kepala dingin hadir mewarnai hidupku. Diserobot waktu antri, dapat duit sobek waktu narik di atm, jemuran basah karena kehujanan, jalan beredar tanpa uang di saku, dan yang terakhir kualami, mesti menunggu selama seminggu download-an band favoritku selesai (pas selesai pun mesti harus berhadapan lagi dengan komputer yang tidak punya fasilitas WinRAR).
Kuyakin yang lain pun demikian, bahkan dengan masalah yang lebih besar. Bagiku, selalu ada resep untuk menghadapi masalah, namun kesabaran adalah bahan utama untuk menghadapinya.
6 May 2008
hanya bermodal AUTAN
bagi yang menyukai kedua lagu tersebut dan punya akses untuk membuka komputerku, bersiap-siaplah untuk kecewa. Jordin Spark sebagai ikon musik kontemporer dan Aerosmith yang mewakili golongan eighties tidak ada dalam daftar playlistku. No Air dan Walk this way tersebut kudengarkan di sebuah radio online via iTunes. Kebetulan pak Bangun memasukkannya sebagai salah satu aplikasi ketika aku membeli komputer darinya.
Fasilitas radio online baru aku bisa nikmati malam itu. Dengan alasan kurang kerjaan dan menunggu download buku ka Harwan selesai, aku mengutak-atik aplikasi yang menuntut koneksi internet. beberapa program telah kucoba tak berapa lama sebelumnya, namun semua bermuara pada sebuah frase: tidak berhasil. ah, aku memang payah dalam urusan software dan sebangsanya.
Usulan untuk mencoba radio online sebenarnya datang dari ka harwan. Awalnya aku malas, mengingat 'kegagalan-kegagalan' yang telah kualami dahulu. Ikon keledai pada program amule lebih menarik kulihat apalagi sambil bertopang dagu, lalu mengkhayal.
Namun sebelum aku melangkah jauh di dalam khayal, Ka harwan buru-buru mengambil alih kendali mouse internal, lalu mulai membuka iTunes dan... terjadilah hubungan dengan dunia luar. Tinggal pilih genre yang disukai dan akan muncul puluhan radio yang bisa diakses. Dari eighties dan nineties sampai angkatan setelahnya. Dari Kylie Minogue sampai Rihanna, dari Aerosmith sampai The Jonas Brothers, dari Phil Collins sampai Jesse McCartney, dari Madonna dewasa sampai madonna nenek2. Di tengah keseriusan ka harwan mengamati layar komputer, diam-diam mataku menelusuri baris daftar radio, mencari-cari channel radio di Makassar, kok tidak ada ya?
Aku jadi keasyikan belakangan, namun ekstasi tersebut harus ditunda dulu karena ka Ishak memberi kabar kedatangannya di pondokan. Ia mencari kami, mungkin rindu lama tak bersua. Aku mengucapkan sampai jumpa pada orang-orang yang ada di wallpaperku. Ka harwan membereskan urusan stop kontak dan dua gelas minuman rasa blackcurrant yang kami bawa sebagai bekal online di kantin sospol, tepat di sebelah 'pasar' yang sering aku dan kawan-kawan kunjungi. Tak lupa se-sachet anti nyamuk beraroma kulit jeruk, ia masukkan ke dalam kantongan untuk dibawa pulang. Masih sedikit tersisa untuk sekali pakai untuk dua orang.
Ya, kami akan sangat membutuhkannya untuk keperluan online pada kesempatan mendatang, di sebuah tempat yang kupilih ketika kantong sedang kering. Secara kalkulus, tidak butuh biaya dan tenaga yang banyak. Ingat prinsip ekonomi: pengeluaran sekecil-kecilnya untuk keuntungan sebesar-besarnya. Hanya dengan bermodal anti nyamuk, kami bisa sejenak terhibur, terhubung dengan orang-orang yang dikasihi dan yang paling utama adalah tentunya beroleh kesempatan merasakan nikmatnya yang namanya gratisan.
4 May 2008
demi GAIA Polloni
Rabu: 11.40 Bertemu teman-teman di pasar alias kantin anak-anak (tepatnya mahasiswa) Sospol. Layaknya hari-hari lain, para manajer pasar: Dwi, Darma, Echy, Icha, Wuri, Susan, dan Bunda sudah menghiasi bangku yang disediakan mace. Di bangku sudut lain terisi oleh anak-anak Sospol jurusan HI dan oh… ternyata salah seorang anak kosmik lain dengan usia yang jauh di atasku (hehehe…hiperbolanya), dialah abang Zeger. Sang Abang menghampiri kamidan bercerita pengalamannya saat menjadi moderator Riri Riza. Perlu diketahui, Abang yang bernama asli Rahmad M. Arsyad ini menamatkan S1 Komunikasinya dengan mengangkat film GIE karya Mas Riri Riza sebagai objek penelitian tugas akhirnya. Bukan suatu kebetulan, bukan? Sudah menjadi sebuah kelaziman, kehadiran Abang tanpa lelucon dan calla khasnya bagai nasi goreng tanpa nasi. Untuk kesekian kalinya tawa berderai oleh pria agitatif ini, bukan hanya oleh cerita yang ia forumkan, namun juga ekspresi abang adalah poin lebih yang menambah kelucuan.
Rabu: 20.29 Sebuah pesan dari salah satu provider situs pertemanan masuk ke dalam inbox emailku. Setelah mengikuti instruksi di dalamnya, akhirnya aku resmi menjadi anggota. Menjadi member saja belum membuatku plong. Aku belum mengerti benar seluk-beluk penggunaan fasilitas yang ada di dalamnya. Yang aku tahu, di profile ku terpampang sebuah tanda tanya besar (dalam arti denotatif ya) karena aku belum memajang ‘potret diriku’.
Pada saat dilanda Bingung dan mengkerut dengan tampilan halaman mayaku, Noel tiba-tiba muncul lewat jendel YM: ‘aku turut berduka mendengar keadaan nenekmu’. Noel awalnya tidak menyadari kehadiranku sebelum aku membalas pesannya. Ia buru-buru sign back dan bertanya banyak soal duka yang kualami hari ini. Kujawab dengan bahasa yang terpatah-patah disertai harapan Noel paham dengan pesan yang kusampaikan. Obrolan kami merambah ke peristiwa wawancara yang kacau saban hari. Ia mengeluh, sambil bergurau mengatakan bahwa telah salah duga selama ini padaku. :p ‘Dont be displeased with me, Noel’, bela diriku. Lalu ia balik menceritakan pengalaman serupa bertahun-tahun lalu saat awal-awal ia mencari kerja. Noel adalah seorang pria paruh baya, menjadi backpacker di kala muda, dan sangat menyukai warna biru,
Rabu 12.15 ‘Kalian janganlah cepat-cepat lulus. Soalnya saya nda ada teman nanti.’ Permohonan nyaris memelas ini diajukan oleh Bang Zeger dan ditujukan kepada beberapa adiknya di Kosmik yang sedang mengerjakan skripsi. ‘Karena kalianlah, saya kembali ke Makassar.’ Oh, abang, perjuanganmu mendapatkan perhatian kami mungkin akan sedikit terkendala. Salah seorang teman tiba-tiba mengalihkan perhatian, ‘Bang kenapa mesti kuliah di Makassar? Karena dia ya, Bang? (nama dirahasiakan,red)? Oooo…“He left everything for her…”, timpalku yang dibalas bunda, ‘No, he didn’t left anything, coz he has nothing!!!’ Hahahahha…Abang, maafkan adik-adikmu ini.
Rabu 21.30 Noel mengakhiri obrolan, sudah saatnya istirahat, katanya. Kumaklumi, Noel berjarak dua jam dariku. Namun, tidak seperti percakapan sebelum-sebelumnya yang tiada lupa ku simpan, kali ini, entah aku sedang memikirkan apa hingga jendela YM kututup dengan tiba-tiba. Not again…
Kembali kutengok akun baruku. aku mengikuti saran bunda untuk mencari seseorang lewat Google. Sekali menekan tombol enter dan memainkan mouse di tangan kanan, aku akhirnya bertemu juga dengan orang yang kucari. Seorang psikiater berkebangsaan Italia yang berdomisili di Como. Seorang yang padanya salah seorang lelaki rela left everything for her…
Bersambung...
27 March 2008
CROSSROAD
aku berada pada titik jenuh, when everything seem so blind...I can't stand the pain. katarsis...sedikit demi sedikit sakit itu mengalir keluar bersama huruf-huruf ini, layaknya semut yang berlarian keluar dari lubang persembunyiannya karena diganggu oleh Bulliers. apakah ini perbandingan yang sepadan dengan hatiku yang kini seperti terinjak-terinjak, terusik oleh luar diriku?