23 May 2008

A Glorious Comeback

"sangat etnografis....,"gumam kak harwan

Gerimis kecil menemani langkahku malam itu. kutengadahkan tangan untuk memastikan. Agak keheranan karena mestinya saat ini sedang musim kemarau. Ya, hujan turun di akhir mei. Beberapa ruas jalan nampak basah dan ada pula yang tergenang pertanda telah turun air dari langit. Kegelisahan bermain-main dalam pikiran kiranya tanda apa yang tengah diperlihatkan olehnya.

Sebuah mobil merah berplat kuning berhenti mendadak setelah dihadang oleh polisi bermobil panter. Samar-samar aku dapat melihat sang supir pete-pete mengambil surat-surat kendaraan dan sejenisnya untuk diperlihatkan kepada dua pak polisi yang menunggu di dalam mobil lengkap dengan tingkah pongahnya. Sang supir malang menghadap dengan bahasa tubuhnya yang jelas terbaca, iamemposisikan dirinya sebagai subordinat di hadapan oknum berseragam, menyerahkan bukti-bukti yang bisa meringankan ksalahannya yang telah parkir di daerah terlarang. Ia tak akan terampuni jika saja di antara surat-surat tersebut tidak terselip uang pecahan berjumlah sekian. Dan seperti hari-hari lainnya, aku menjadi saksi bagaimana hukum diperjualbelikan.

Sebelumnya aku dan ka harwan berkunjung ke colormax, sebuah studio foto yang berlokasi di depan smansa makassar. Kunjungan kami ke sana tak lain tak bukan ingin menuangkan momen pernikahan ka ishak dan ka rena ke dalam kertas foto untuk selanjutnya di bawa ke kediaman ka harwan di Palopo. Pergantian sore ke malam tak terasa. Aku sibuk membaca atau sekedar mebolak-balik majalah yang disediakan di ruang tunggu. Mulai dari majalah advertorial sampaimajalah musik, dari majalah lokal sampai majalah trans-nasional.

***************************

Dari majalah Rolling Stone Indonesia edisi Januari 2008 yang memampang ekstrim wajah Mas Iyek, aku belakangan menyadari betapa mudahnya menjadi tenar di masa sekarang ini. Pernyataan ini didukung oleh Dave Matthew. Adaah Kate Nash yang menjadi misalnya. Awalnya, nona Kate memasang lagunya di situs MySpace. Lalu datanglah Lily Allen yang menemukan Kate dan memasukkannya ke dalam Top Eightnya. "dengan promosi itu, Kate Nash tiba-tiba meroket di jajaran tangga lagu-lagu hits di Inggris', demikian redaksi Rolling Stone.

Bukan hanya Kate yang merasakan shocking moment tersebut. White Shoes and Couples Company dan Mocca adalah contoh lain musisi yang meraih sukses di negeri orang lain setelah memasang lagu-lagu mereka di Myspace. Walaupun nampang di internet dengan akses global bukanlah jaminan utama kesuksesan mereka, kualitas tetap menjadi pertimbangan pertama dalam penilaian.

Kate Nash mungkin akan sangat berterima kasih dengan jasa internet yang membuat dirinya dikenal oleh dunia. Namun beberapa musisi, entah pendatang baru atau senior, menganggap kehadiran dunia maya sebagai media promosi musik turut membawa pengaruh buruk bagi musik itu sendiri. Sebut saja Tom Morello, gitaris Rage Against the Machine ini beranggapan bahwa musik saat ini gratisan layaknya air, ia tidak akan dicari karena ia ada di mana-mana, Siapa yang akan berjuang mati-matian medapatkan hal-hal yang bersifat gratisan? Entah bagaimana tanggapan Michael Stipes, Chris Martin, dan Arcade Fire. Sementara itu, calon pangeran pop, Justin Timberlake, memilih berpikir positif dengan kondisi industrialisasi permusikan saat ini.

************

'Nomor' antrian kini milikku, aku menyerahkan majalah dalam keadaan terbuka di halaman yang memuat review In Rainbows milik Radiohead kepada ka harwan. Seratus empat puluh delapan foto ukuran 4r dan sebuah foto memorable ukuran 10R menunggu untuk dicetak. Butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk proses jadinya. Aku menoleh ke arah ka harwan yang sedang serius membaca liputan konser comeback tetuanya britpop, the glorious legend, Led Zeppelin.

No comments: