27 December 2013

Love of My Life

When I grow older, 
I will be there at your side to remind you
How I still love you
I still love you...

Queen


"Itu tangan siapa?" heran engkau tidak bisa mengenali tanganmu sendiri

"Siapa lagi?" jawabku diiringi tawa kecil

"Itu di mana?" tanyamu masih penasaran

"Di tempat pertama kali kita ketemu," seandainya aku berani memberi jawaban ini.

"Oh, forget it!" aku menarik layar handphone ku dari hadapannya. Matanya lalu tertuju ke layar tivi yang menayangkan pertandingan klub bola kesayangannya.

Banyak hal bisa terjadi, bahkan satu detik ke depan, apalagi dalam rentang waktu setahun. I remember how my heart was cracked as he took some piece of salad off my plate. Then, he stayed in my heart ever since. A place where no one can't see him. And it took less than a year to finally let him know. He started it. I knew that day would come but I never thought it would be that fast... and that hurt.... 

Sebelum Tahun Baru Tiba

Iqko...

Tahun baru sisa hitungan jari, walau kita berdua paham, hitungan hari, bulan, dan tahun hanya penanda masa semata. Di sini, di sekitaran mejaku, orang-orang sudah mulai membicarakan rencana-rencana menghabiskan malam, menghitung mundur hingga jarum jam yang selama ini arah putarannya selalu sama mengantarkan kita semua ke sebuah awal yang baru. Dari ruang sebelah, sesekali terdengar suara terompet jualan seorang teman, bisnis periodik yang lumayan untuk kumpul modal merayakan tahun baru mungkin.

Aku belum memikirkan rencana apapun. Bayangan tahun baru dua tahun lalu rasanya belum ada yang mengalahkan: berada di titik tertinggi kota Makassar, yang kebetulan adalah top roof kantor, di mana sejauh mata memandang adalah semburat kembang api tiada henti hingga pagi. Aku belum merencanakan apapun, dengan siapapun. Mungkin rutinitas sudah mengambil alih semua ini kepalaku. Seminggu terakhir, aku selalu hanya ingin pulang, lalu tergeletak di depan tv, terlelap sebelum sempat mengganti seragam kantor dan tidak lagi merapalkan doa yang selama ini kuyakini akan menjagaku hingga pagi.

Mungkin karena itu tadi malam aku mengalami mimpi buruk. Buruk sekali hingga aku terbangun dengan jantung berdegup kencang dan dingin yang menusuk memaksaku mengenakan sweater yang kupinjam dari Were. Untuk pertama kalinya lagi aku dihinggapi ketakutan dengan ruang sekelilingku, seperti ada yang mengawasi dan siap menerkam. Aku meringkuk kedinginan, menunggu rasa kantuk, lelap, berganti mimpi, dan untuk beberapa jam 'lari' dari pikiran-pikiran, pergulatan, konflik dengan diri sendiri.

Tadi malam aku menelpon Nida, tidak lama setelah aku menelponmu tentang rencana kita sekolah lagi. Engkau pasti setuju, ngobrol dengan Nida, rasa optimis itu akan tumbuh lagi, seolah kita bisa melewati apapun. Sometimes I wonder, apa yang dirasakan oleh seseorang yang baru saja aku ajak berbicara. Kalo denganmu? Aku merasa yakin aku tidak sendiri, bahwa kisah-kisah yang tidak konvensional itu ada, bahwa ada ruang bagi hal-hal yang selama ini orang pilih untuk hindari. I can't imagine my life without you...

Jadi sudah ada resolusi? :D  Memulai awal yang baru mungkin hal yang fitrawi, seperti kata Coldplay "oh take me back to the start," mungkin karena awal yang baru memberi kita kesempatan untuk menarik napas. Mungkin letupan kembang api sejenak bisa memunculkan harapan, bahwa kita masih punya harapan, kita merayakan hari esok yang akan datang, walau kata Coelho, kita harus merayakan tiap detik yang datang dalam kehidupan kita.

Resolusiku?

Kemarin, ketika dalam market visit bersama atasan baru, aku sempat membuatnya tertawa saat ia mendengar jawabanku tentang resolusi tahun depan:

"Hapal lagunya Carla Bruni yang susahnya minta ampun, itu resolusi dari awal tahun 2012 yang belum kejadian sampai sekarang."

Ia tertawa, mungkin karena tidak menduga jawaban itu yang kuberi. Tidak biasa mungkin, Hahaha. Terlalu sederhana atau justru sangat absurd? I dont know. Tapi, aku masih akan terus menyusun dialog-dialog imajiner, mengucapkan kata 'rindu' atau 'sayang' sebatas dalam hati kepada punggung yang selama ini berlalu lalang di hadapanku, memproyeksikan imaji dirinya di tempat-tempat atau adegan-adegan ideal di kepalaku. Well, I hope you dont mind having a friend like me :D:D

But best thing maybe, membahagiakan orang, entah yang terkasih atau yang baru mengiriskan lingkaran dalam keseharian. Aku pernah berkata pada Were, pada malam Natal yang kami lewatkan di salah satu resto fast food 24 jam:

Kehampaan, akan terus terasa hampa hingga orang yang menciptakannya sendiri yang datang memenuhinya. Ruang hampa yang akan terus terbawa ke mana-mana kaki melangkah. Namun setidaknya melihat senyum bahagia di wajah orang-orang yang kita kasihi, lubang hitam itu bisa sedikit tertutupi, walau setelah itu akan menarik lagi semua energi memikirkannya :D what an evil circle...

Makassar, on an Xmas Eve

Hanya ini yang dapat kubagi denganmu, jelang akhir Desember yang dihiasi hujan, jalan-jalan yang menyala setelah hujan, dan omelan-omelan karena mulai banjir di mana-mana (aku yakin kamu tidak :D). I never think of tomorrow, tapi harapan akan hari esok adalah hal yang membuatku bertahan hingga hari ini, di saat aku punya banyak pilihan untuk menyerah.


Carry on,




Emma (Watson)
*Sedang mendengarkan Wonderwall nya Oasis berkali-kali berharap tahun depan sudah bisa menginjakkan kaki di kampung empunya lagu* *amiiiiinnn*