7 February 2015


When I'm without you,
So insecure...
You're the one thing
One thing I'm living for

(Sugar - Maroon 5)

6 February 2015

Dwi,

Kau masih ingat dengan kotak pribadimu? Masih kau simpan? Saya juga punya, tapi belum beli kotak yang benar-benar bisa menampung semua. Mungkin karena terlalu banyak. See someday mungkin kotak itu akan menjadi kotak ajaib. Takes you to long long period ago. Makes you smile that you are now stronger and how drama we were. Entah, kini kita melihat diri yang dulu sebagai orang yang drama, tapi diri dulu kita itu melihatnya sebagai sebuah realitas dan menghadapinya dnegan cara-cara yang kita pilih.

Tadi pagi tidak sengaja membongkar salah satu bagian. Nemu tempat minum plastik yang biasa dipakai di kios-kios kopi. It has my history, once, two years ago. Just realized that I still keep it. And for minds like us, everything suddenly replayed itself. Di mana, kapan, dan the only thing that matters, dengan siapa hahahahahah.

Mungkin kelak jika Allah memberi saya kesempatan berada di tempat lain, saya akan membawa kotak ajaib itu. Just like Wilson to Chuck Noland in Cast Away, maybe that's how the things for me, for us.


Miss you so much,


Emma

5 February 2015

Meike,

Tulisanmu menginspirasiku untuk menulis ini. I'm trying to remember everything concern to this.

Seperti yang saya sampaikan di LINE, saya akan mengulang kembali sabda Nabi Isa:
"Seperti tumbuhan, hikmah itu hanya akan tumbuh pada hati yang lembut, bukan pada hati yang tinggi seperti lereng."

Lereng hanya ditumbuhi lumut, Mei.

Kamu pasti pernah nonton Devil Wears Prada. Saya flashback dulu, ingat-ingat film nya. Tentang Andrea yang melamar menjadi asisten Miranda Presley. Padahal dalam hatinya ia ingin menjadi jurnalis. Dua dunia yang sungguh beda.

Ada masa di mana suasana kantor itu seperti di kantor Andrea. Saya mengalaminya beberapa hari ini. Pada bagian mana samanya? Pada bagian Andrea merasa kehilangan/jauh dari orang-orang yang ia kasihi, secara tidak langsung karena pekerjaan "menuntut" seperti itu. I think I've become meaner than ever. And I hate that. I messed up.

Pernah suatu hari saya berselisih paham dengan teman. Salah paham itu bisa terjadi karena tidak bisa semua kita lihat sendiri. Hidup antara satu orang dengan yang lain hanya beririsan, bukan sepenuhnya, bukan satu dalam yang lain dan sebagainya. Sedekat apapun, tetap ada namanya ruang pribadi bernama privasi dan tidak ada satupun yang berhak masuk ke dalamnya.

I feel I'm getting meaner by keeping that distances. Entah mungkin cuma perasaanku tapi lingkaran insecure membesar lagi :D but that's okay. "It's just a moment, this time will pass," Bono said.

Kembali ke soal ilmu/hikmah tadi. Ilmu dan hikmah itu beda. Dalam pemahaman saya, ilmu murni ilmu, yang kita pelajari, yang kita dapatkan. Sementara hikmah adalah kebijaksanaan dengan ilmu itu. Setiap orang bisa belajar, tapi tidak semua orang bisa bijak dengannya.

Segala sesuatu ada hijabnya (penghalang) antara diri kita dengan Yang Maha Kuasa, yang menjauhkan kita denganNya. Hijabnya ilmu, kesombongan itu sendiri. You know where I get this? Dari seorang tukang pijat, seorang teman menceritakan ulang padaku. Penghalang ini selalu ada, no matter how hard we try, kepingan itu akan selalu ada, selama kita hidup.

What are we then... Ilmu yang kita dapatkan itu baru permukaan, tidak cukup setetes dari laut yang sangat luas. Itupun karena izinNya kita bisa mengerti. Just dont stop untuk mencari, karena sayap malaikat akan menaungi orang-orang yang mencari ilmu, kata keluarga Nabi.

Love always,


Emma