27 June 2014

Dwi,

Malam pertama Ramadhan di hadapanku, dari balik jendela ruang meeting. Jumat, kata orang-orang suci, doa yang diucapkan saat matahari separuh tenggelam akan diijabah. Namun, awan tebal sedikit merusak mood berdoa, aku jadi tidak bisa melihat saat mustajab itu tiba. But, doaku dalam hati tidak berhenti hingga samar suara azan mulai terdengar.

Belum ada pengumuman resmi dari pemerintah. Tapi setahuku, kemungkinan besar engkau sudah berpuasa besok. Seorang teman mengajakku menemaninya sahur pertama. Dia juga seorang ibu, tapi karena kesibukan, ia harus menitip anaknya di rumah orang tuanya di Jakarta. Sebenarnya malam ini aku ingin habiskan di mahadir canai dengan geng canai. Tapi ini bukan pertama kalinya ia merengek ditemani. Rumahnya tidak terlalu jauh dari kantor, masih bisa dijangkau jalan kaki. So, I decide to stay at office, sambil selesaikan pekerjaan yang sudah menumpuk sejak pulang dari Lombok... Fiuuuhhh...

Me really wanna go home, but this routine is my guilty pleasure sometimes. Conficious said, wherever you go, go with all your heart. Ya, mungkin udah sampe ke taraf itu kali ya hahaha. Pikiran masa kuliah kita pasti akan menganggap inilah ilusi kerja, a job that slowly kills me. But, maybe that's all I need. Apalagi, Ramadhan sudah datang. Jika tidak ada aral merintang, saya harus ke luar kota lagi (dengan segala drama perjalanannya :D) Atau jika tidak, pindah dari satu acara buka puasa ke buka puasa lainnya, jam kantor akan terasa lebih pendek. This is somehow bad news for me, bulan ini akan berlalu dengan cepat hingga mungkin tidak sempat merasakannya. Semoga tidak denganmu, Dwi.

Mungkin itu yang akan jadi doaku, semoga waktu yang melalui kita tidak dendam dan menghabisi semua yang dilaluinya. Karena tidak lama lagi, dua sahabat terbaikku, kamu dan Iqko akan pergi. Tidak mau membayangkannya tapi pasti tetap akan terjadi. Tapi seperti katamu, dengan hijrah akan terbuka pintu kebaikan. Aku mendoakan kebaikan untukmu, untuk Iqko, dan berharap saya juga bisa melalui hijrah spiritual serupa.

I miss you by the way, casually. Kantor mulai sepi, besok mungkin banyak yang tidak masuk.Tadi, seorang teman menghampiriku, cipika cipiki, dan sesuai tradisi sebelum puasa, ia mohon maaf. Aku bercanda berkata aku belum puasa besok, Lebaran masih lama. Dia berlalu sambil berkata, "siapa yang tahu hari esok masih ada." Ungkapan yang nyaris tidak pernah kudengarkan di tempat ini. Seperti sebuah berkah, saat yang kita butuhkan hanyalah seorang yang percaya bahwa hari esok belum tentu akan datang lagi, bukan yang selalu menganggap hidup ini selamanya, yang karenanya begitu mudah menyakiti hati, memelihara dendam. Aku teringat dengan kalimat di sebuah buku yang kubaca di Gramed tadi malam "Hari kemarin terasa sangat jauh, dan hari esok sungguh cepat datangnya."

Satu hal yang juga ingin kusyukuri hari ini, saat mobil yang kutumpangi ke pabrik tadi randomly memutar lagu "Kau dan Keajaiban Kecilmu" milik Ada Band. Ini lagu favorit kak Accang, bisa dibilang penjara bagi kenangan-kenangan kami waktu kami masih tinggal di Daya. Terakhir kali mendengarnya seperti sudah bertahun-tahun kehidupan yang lalu.

Keajaiban kecil, kau baru-baru saja menyinggungnya di status bbm mu beberapa hari lalu. Jika hidup adalah tentang keyakinan, maka salah satu keyakinanku adalah tentang little things that keep people alive. Jangan berhenti, Dwi. Seperti butterfly effect, kita tidak pernah tahu 'badai' apa yang akan diciptakan oleh sebuah kepakan kebaikan.

Please dont stop reminding me when I start being so drama. That's one of your parts in my life. :DD Selamat berpuasa, may Allah bring us all home. Amin.

Love,


Emma xoxo

9 June 2014

Dwi,

Pernahkah engkau berpikir that you're too old enough to read fairy tales dan roman-roman picisan yang kita lalui di rak-rak toko buku tempat kita bertemu kemarin?

Often I feel I am.

Buku terakhir kubaca dalam setengah tahun inicuma Di Tepi Sungai Piedra nya Paulo Coelho yang sudah kutamatkan berkali-kali sejak pertama kali membacanya waktu kita semester 2 di kampus. Terkadang aku cemburu padamu, Meike, Dwi, dan siapapun yang masih bisa bercengkrama, meluangkan waktu untuk menjelajah alam imajinasi. Entah ke mana hasrat membacaku, hasrat akan pengetahuan yg dulu sangat menggebu-gebu.Apakah semata karena pekerjaan.

Kurasa tidak. Buku itu seperti kekasih, yang dengan karena alasan apapun pasti akan kita luangkan waktu untuknya. Atau karena kesombonganku yang menganggap semua akhir cerita sama, predictable. Whew.Kata imam suci, salah satu hijab yang menghalangi kita dari Tuhan adalah merasa lebih baik, merasa lebih pintar hingga merasa tidak butuh belajar lagi. Semoga Tuhan melindungimu dari hijab seperti itu Dwi, lebih menyesatkan dari hijab apapun.

Aku pernah membaca juga bahwa keburukan bisa mematikan ilmu. Aku lebih percaya ini daripada rutinitas yang sudah menyita banyak waktu dan kepongahan itu.

Karena itu aku lebih sering memberimu buku daripada membeli buku untuk diriku sendiri. Pernah beberapa kali beli, but they just end up in my book shelf. Awful. Anggaplah aku juga sedang membaca buku yang kuberikan padamu. Karena sepertinya kata-kata sudah tidak menyukaiku, aku juga tidak menyukai mereka terkadang #eh.

Do you remember my saying last night, that "coriousity kills us". I started emptying my mind, karena yang lebih sering terjadi ketika mulai menerka-nerka, itulah yang terjadi. Hate that feeling Dwi. You know, when you mind said "See, it's real and true." Saya hanya ingin semuanya berjalan tanpa prasangka, keluar dari lingkaran subjektivitasku, memilih tidak ikut campur.

Oke, sebelum curhatanku ini makin absurd, aku ingin menyampaikan kalau engkau harus menonton The Perks of Being a Wallflower. Selain faktor Emma Watson yang sangat kuat, naskahnya juga sangat berisi, tidak seperti kebanyakan film remaja yang cheesy. Mungkin engkau akan menemukan dirimu dalam Charlie seperti aku menemukan potongan diriku pada John Watson.


Ada sebuah quote di dalamnya "Because we are infinite." Then I remember dari buku yang terngiang-ngiang di telinga kita waktu jaman kuliah, bahwa manusia adalah miniatur semesta. Correct me if I'm wrong, seperti semesta tidak terbatas, demikian juga jiwa manusia... #okesip :D

See u soon,



Emma xxx


Btw, saya sudah memikirkan akan memberimu apa kelak di hari ulang tahunmu. Hahaha...Sorry I really can't help myself.