9 June 2014

Dwi,

Pernahkah engkau berpikir that you're too old enough to read fairy tales dan roman-roman picisan yang kita lalui di rak-rak toko buku tempat kita bertemu kemarin?

Often I feel I am.

Buku terakhir kubaca dalam setengah tahun inicuma Di Tepi Sungai Piedra nya Paulo Coelho yang sudah kutamatkan berkali-kali sejak pertama kali membacanya waktu kita semester 2 di kampus. Terkadang aku cemburu padamu, Meike, Dwi, dan siapapun yang masih bisa bercengkrama, meluangkan waktu untuk menjelajah alam imajinasi. Entah ke mana hasrat membacaku, hasrat akan pengetahuan yg dulu sangat menggebu-gebu.Apakah semata karena pekerjaan.

Kurasa tidak. Buku itu seperti kekasih, yang dengan karena alasan apapun pasti akan kita luangkan waktu untuknya. Atau karena kesombonganku yang menganggap semua akhir cerita sama, predictable. Whew.Kata imam suci, salah satu hijab yang menghalangi kita dari Tuhan adalah merasa lebih baik, merasa lebih pintar hingga merasa tidak butuh belajar lagi. Semoga Tuhan melindungimu dari hijab seperti itu Dwi, lebih menyesatkan dari hijab apapun.

Aku pernah membaca juga bahwa keburukan bisa mematikan ilmu. Aku lebih percaya ini daripada rutinitas yang sudah menyita banyak waktu dan kepongahan itu.

Karena itu aku lebih sering memberimu buku daripada membeli buku untuk diriku sendiri. Pernah beberapa kali beli, but they just end up in my book shelf. Awful. Anggaplah aku juga sedang membaca buku yang kuberikan padamu. Karena sepertinya kata-kata sudah tidak menyukaiku, aku juga tidak menyukai mereka terkadang #eh.

Do you remember my saying last night, that "coriousity kills us". I started emptying my mind, karena yang lebih sering terjadi ketika mulai menerka-nerka, itulah yang terjadi. Hate that feeling Dwi. You know, when you mind said "See, it's real and true." Saya hanya ingin semuanya berjalan tanpa prasangka, keluar dari lingkaran subjektivitasku, memilih tidak ikut campur.

Oke, sebelum curhatanku ini makin absurd, aku ingin menyampaikan kalau engkau harus menonton The Perks of Being a Wallflower. Selain faktor Emma Watson yang sangat kuat, naskahnya juga sangat berisi, tidak seperti kebanyakan film remaja yang cheesy. Mungkin engkau akan menemukan dirimu dalam Charlie seperti aku menemukan potongan diriku pada John Watson.


Ada sebuah quote di dalamnya "Because we are infinite." Then I remember dari buku yang terngiang-ngiang di telinga kita waktu jaman kuliah, bahwa manusia adalah miniatur semesta. Correct me if I'm wrong, seperti semesta tidak terbatas, demikian juga jiwa manusia... #okesip :D

See u soon,



Emma xxx


Btw, saya sudah memikirkan akan memberimu apa kelak di hari ulang tahunmu. Hahaha...Sorry I really can't help myself.

No comments: