Udara khas pegunungan melewati pintu kamar, dingin membangunkanku dari tidur. Rasanya masih ingin memejamkan mata, tapi cahaya dari luar memaksaku untuk bangun. tidak begitu kuat memang namun jam biologisku mengatakan sudah pukul 10 pagi (demikianlah jika sering bangun jam 10). sekuat tenaga aku bangkit dari tempat tidur mengumpulkan satu persatu belahan-belahan ruh yang telah berkelana dalam mimpi.
Aku berniat melangkah keluar hendak memastikan apakah benar-benar sudah jam 10, soalnya semalam rombongan sudah maktub ke rumah ka ishak jam 8 untuk sarapan. Tidak sarapan bisa menyebabkan lapar. Apalagi di daerah pegunungan baru disentuh sedikit angin, lapar pun menjadi-jadi.
tidak lama kemudian
'hah?!' masih jam 6? astaga!!!!
Masih pagi berarti masih dingin, oh...tak berani aku menyentuh air. Rasanya mutlak pedis...perih...,dan meresap..... Brrr....Hiiiii....Berkali-kali aku membantah titah untuk segera mandi dengan segala macam alasan.
Aku masih di tempat tidur ternyata, rebahan sambil menunggu semua inderaku normal berfungsi. Samar-samar kudengar suara seorang manusia sedang melantunkan lagu dengan suara berat khas bangun pagi .Liriknya kurang lebih seperti ini:
'kenapa na suaraku kayak Kurt Kobain kalo pagi-pagi?'
(kira-kira siapa pelakunya?)
huh.... pertanyaan yang sama sekali tidak membutuhkan jawaban!!! Apalagi jawaban ilmiah. jikalaupun butuh jawaban atau reaksi, maka callaan-lah satu-satunya jawaban yang paling tepat. Hahahaha….
Aku sudah mantap dengan pendirianku untuk bangun. tanpa alas aku menjejakkan dan melangkahkan kakiku pada ubin-ubin bangunan tempat kami menginap. rasa dingin menjalar di kakiku, Mirip kadal yang hidup di padang pasir, aku mengangkat kakiku bergantian untuk menghidari sengatan dinginnya. Bedanya, kadal itu bukan manusia, dan padang pasir itu panas (?????)
Kemudian aku sadar kalau aku tidur memakai baju pesta di acara resepsi ka ishak tadi malam. Lebih-lebih baru kusadari, ternyata aku masih punya stok pakaian ganti di dalam tas. Dasar teledor kelas wahid.
Di luar sudah ada para pria dewasa, ka harwan, ka vic, dan madi berkumpul menikmati kopi tubruk panas bukan hangat. Aku mengambil kamera dari bawah tempat tidur dan mulai mengedari taman mencari objek latihan memotret. Hitung-hitung oleh-oleh, komplit dengan sekantung markisa dan alpukat.
Hanya sayang, kesejukan (baca: kedinginan) pagi itu dengan butir embun pada bunga-bunga liar di taman sebagai ikonnya tak mampu terekam oleh kamera di tanganku. entah keterbatasan kamera atau aku yang terbatas. Mawar merah jambu dan dua kumbang yang sedang bercengkrama cukuplah jadi penyegar bagi mataku yang belum kubasuh dengan air sejak bangun tadi.
Malino 10 mei 08
No comments:
Post a Comment