17 June 2008

Menjadi Iron Maiden

Bermula dari Mantan Perdana Inggris, Margareth Tatcher yang keukeuh dengan kebijakan politiknya kala itu dan sempat dikritik oleh Fairclough (Harwan: 2008), istilah Iron Maiden alias wanita besi mulai berkembang. Bagi kalangan penyuka musik, istilah Iron Maiden lekat pemaknaannya dengan sebuah band pengusung lagu-lagu cadas tempo lalu.

Baiklah, kita tinggalkan Tatcher, Fairclough, dan the band. Iron Maiden pernah dilekatkan pada salah seorang seniorku. Dapat dimaklumi, dia memenuhi kualifikasi untuk disebut sebagai wanita besi. Sahabat-sahabatnya pun mengakui kehebatannya itu, demikian juga kami para juniornya.

Kini kakak kami itu melanjutkan karier petualangannya di sebuah pulau di Sulawesi Tengah. Selama satu tahun penuh ia harus menjadi fasilitator sebuah kegiatan penelitian bersponsor negeri asing. Posisinya sebagai Iron Maiden di kosmik belum tergantikan oleh siapapun. namun sepertinya, perlahan tapi pasti, gelar itu mulai dilekatkan pada beberapa orang perempuan di kosmik yang mulai beranjak tua (dalam ukuran angkatan). Kehadiran mereka telah menjadi inspirasi bagiku dan kadang tersisip dalam setiap renunganku. Siapakah mereka?

Apakah perlu kita melakukan survey atau angket untuk menentukannya? Mmmm...ya...baiknya 'tanggung jawab' ini kita serahkan kepada adik-adik (ups!!!) peserta mata kuliah Desain Penelitian Komunikasi. Tetapi harus menunggu waktu yang agak lama untuk mengetahui hasilnya jika menggunakan metode seperti itu. Aku punya pertimbangan sendiri untuk memutuskan 'pemenangnya'.

Liburan telah menjelang. Kampus perlahan sepi ditinggal penghuninya yang sebagian besar melakukan ritual tahunan: pulang kampung. Juni, Juli, Agustus: tiga bulan tanpa kegiatan perkuliahan. Tergantikan oleh kegiatan magang, KKN, kerja part time, dsb. Juni ini terasa berat. Tumpukan tugas menanti untuk dikerjakan. Waktu terasa begitu cepat berlalu, relativitas waktu bekerja padaku. Semoga saja bisa diselesaikan tepat waktu. Pengalaman berbicara, tugas-tugas berat sekalipun dapat terselesaikan meski penuh cacat jauh dari sempurna.

Sang Iron Maiden menjabat tanganku, tanpa ia sadari ia telah menguatkanku. Juli depan beragam rencana menunggu. Agustus depan juga setali tiga uang. September apalagi, aku dan the Iron Maiden mempertimbangkan untuk ikut penelitian menelusuri beberapa kecamatan di Sulsel. Aku tertarik untuk melakukan penelitian sampingan selama berada di lokasi. Para etnografer di kosmik telah memberi pengaruh yang sangat kuat (kuhaturkan terima kasih pada mereka). Bisa dikatakan dengan istilah keren menjadi backpacker atau sekalian gelandangan.

Kuasa atas tubuhku kini kurasa melemah. Di lain pihak, masa depan menuntut untuk dilalui. Beruntungnya, di sini aku dikelilingi saudara-saudari dengan kondisi yang sama. Iron Maiden atau Saraswati, mereka ada menemaniku. Kelak aku ingin menjadi layaknya mereka.

No comments: