Konser Reuni Persahabatan GIGI, Akkarena, 270512 |
Tubuh saya masih terbalut seragam sekolah, belum sempat menggantinya karena baru saja tiba dari sekolah, saat kami mendapat kabar gembira itu. Bapak membawa tape baru, setelah sebelumnya kami terpuaskan oleh radio transistor tua miliknya. Kakak saya yang sudah menginjak usia SMP dan pergaulannya sudah luas, beberapa hari setelah itu datang membawa beberapa kaset, salah satu di antaranya sampulnya dominan broken white dan bagian depannya bergambar pispot, aneh…
Itulah persentuhan pertama saya dengan GIGI, adalah ketika saya masih umur 8 tahun, kurang lebih masih duduk di kelas 2 SD. Orang yang berjasa memperkenalkan, siapa lagi kalau bukan kak Pian, dialah yang membawa beragam aliran musik masuk ke dalam rumah kami. Tiada malam ia lalui tanpa lagu-lagu dari album Angan, hingga saya dan adik-adiknya yang lain sampai hapal lirik-liriknya.
Behind the scene 'Janji' (1994) |
Nada petikan okulele mengalun dan sampai di telingaku yang masih asik berada di belakang panggung, bercengkrama sejenak dengan salah satu eks personel Gigi. Memasuk paruh lagu, sang eks pun bersiap-siap naik ke panggung. Aku juga kembali mengutak-atik D7000 yang tergantung di leherku, juga bersiap mengabadikan momen paling ditunggu-tunggu dari konser malam itu.
Dewa dan Baron, terlalu cepat pisah euy! |
Teori bahwa chaos akan melahirkan order baru memang benar adanya. Keretakan tidak akan abadi. Mereka akhirnya bertemu lagi, mengobati kerinduan akan momen-momen bersama yang terasa begitu cepat berlalu saat itu. Saat Gigi hampir bubar justru saat sedang jaya-jayanya. Keakraban itu sangat terlihat saat konferensi pers dan juga saat di panggung. Permintaan agar mereka kembali ke formasi awal, saya yakin sudah sering mereka dengarkan. Setiap kali mendengar permintaan ini, Baron sebagai peletak tonggak sejarah Gigi hanya bisa menjawab diplomatis: semua formasi punya kekuatannya masing-masing. Meski demikian, manajemen GIGI memberi angin segar, bahwa mereka berdelapan akan mengerjakan proyek album bersama-sama… Hmmm… Sounds convenient…
Thomas and Opet, cool dua-duanya |
Sebelum “Sahabat” dimainkan, terlebih dahulu GIGI formasi terakhir membuka konser dengan “Sang Pemimpin”, “Bye-bye”, lalu diademkan dengan lagu “11 Januari”. Tidak banyak yang berubah dari terakhir show mereka di Makassar, 25 Juni tahun lalu.
Armand, pas lagi adem |
Mengenai
Dewa Budjana, saya angkat tangan deh, sulit mendeskripsikan musikalitasnya, dia
tidak tergantikan. Budjana adalah Gigi, Gigi adalah Budjana. Tidak ada sosok
gitar hero dalam dirinya namun ia adalah ruh band. Tetap kalem dan cool .Thomas
a.k.a Pak Haji makin berisi dan Hendy, si bungsu yang sempat bikin saya
merinding kala gebukan beringasnya seolah ingin merubuhkan panggung.
yang di tengah tidak tergantikan :') |
Kelar
lagu yang diangkat dari album "3/4" (tiga perempat) ini, para
personel berkumpul di tengah panggung. Budhy meninggalkan drum bergabung dengan
duo gitaris memainkan gitar. Ronald didapuk jadi drummer tunggal. Intro janji
mengalun, tidak hanya meniupkan gemuruh dari penonton tapi juga kabar buruk,
ini adalah pertanda nostalgi ini akan berakhir tidak lama lagi. BErsama lagu
Angan dan Nirwana, ketiga lagu yang di-medley ini adalah saksi masa kecil yang
menyenangkan.
Armand dan Ronald, pemandangan langka |
No comments:
Post a Comment