14 August 2012

Hearing Muse is Hearing Memories

This life could be the last, and I'm too old to dream...

Petikan lirik ini tiba-tiba melintas saat aku berada dalam angkot yang tengah membelah kerumunan jemaah tarwih depan sebuah mesjid besar di Makassar, beberapa hari lalu. Judulnya Blackout. Not long ago, kala kuliah masih jadi rutinitas sehari-hari, aku sering mendengar lagu ini tengah malam. Lagu tengah malamku, saat kelopak mata masih segara bertahan sampai dini hari, sesuatu yang sudah tidak bisa kulakukan setahun terakhir.

Meski sering kudengar, liriknya belum kuhapal benar, masih sering tertukar bait-baitnya. Lagu ini cuma berani kudengarkan di malam hari. Istilah temanku:  a transcendental song. Bawaannya merinding kalau sudah dengar intronya. Matt Bellamy is mental! "Pada tahap tertentu could bring you closer to divine", seloroh temanku. Ah, semoga nda lebay ya.

Aku termasuk pendengar baru lagu-lagu Muse, 2004, saat memeriksa koleksi pirigan cakra padat kak Pian (yes, dia lagi dia lagi) hasil perburuan di Saitama. Ada tiga keping berlabel MUSE: Showbiz (1999), Origin of Symmetry (2001) dan Absolution (2003). Pengalamanku mungkin sama seperti kebanyakan penggemar yang baru ngeh waktu mereka merilis "Hysteria" dari album Absolution dan itu menjadi jalan untuk menyelami lagu-lagu mereka yang sudah ada sebelumnya, and it was fun, CD nya bahkan kubawa lari ke Makassar dan kak Pian tidak tahu :D 

Demi artwork ini, saya akan beli CD nya!
Bagian menyenangkan lainnya adalah menunggu album baru mereka. Waktu Black Holes and Revelation (2006) dan The Resistance (2009) menunggu rilis, tiada hari tanpa kata "muse" di serach engine heheh. Setiap hari ke warnet buat cari kabar terbaru, via majalah online, twitter belum ramai waktu itu, dsb dsb. Bahkan sampai nginap kalau perlu demi nunggu donlotan! :D

Tahun ini, tepat tiga tahun setelah album terakhir rilis, Muse akan kembali meluncurkan album terbaru "The 2nd Law". Namun tidak segencar tahun-tahun sebelumnya, kali ini aku lebih banyak duduk di depan laptop, menunggu info itu datang sendiri di timeline twitterku. No more warnet, or nginap di himpunan berburu lagu. Sudah bisa lebih bersabar kayaknya ya, hehehe. Tapi suara Matt masih sering kudengarkan, baik langsung dari winamp, atau menghadirkannya saja di kepalaku, seperti waktu berada di angkot pulang kantor itu.

thanks for 'ruining' my life
A song is a good friend. I believe it, saat sendiri lagu menjadi penawar sepi terbaik, teman yang membantu kita melawan lupa, meski terkadang hal-hal yang ingin kita lupakan justru lebih banyak hadir di dalamnya... 

Lantai 22, 140812
Waiting for The 2nd Law

No comments: