Muse: Stephenie Meyers' Sparkly Vampires?
Saya yakin Matthew Bellamy juga akan senyum-senyum membaca judul di atas. Inspirasi tulisan kali ini melintas setelah saya membaca sebuah postingan di portal mtv.com, mengenai rencana Muse tampil live di hajatan tahunan MTV Video Music Award 2009, 13 September mendatang. Kemudian saya membaca link postingan-postingan tema sejenis dan akhirnya saya mulai paham apa yang sebenarnya sedang terjadi, perang dingin antara dua kubu fans idola masa kini.
Sebelumnya saya ingin bertanya, apa yang ada di kepala anda jika mendengar kata Muse? Live act, Inggris, festival, progressive rock, experimental rock, radiohead, devon, showbiz, origin of symmetry? Oke, bisa diterima. Tapi tanyakanlah pada publik Amerika, dengarlah, jawaban mereka hanya akan berkisar pada tiga hal: Stephenie Meyers, Twilight, dan Adam Lambert.
Maka kecewalah para Muse die hard fans, yang telah menemani perjalanan band ini sejak tahun 1999. Yang mengenal band ini sebagai band underground (hingga Chris Martin memperkenalkan mereka di hadapan puluhan ribu penonton Reading Fest sambil mengenakan hoods), sebuah band aternatif yang mencoba progresif, eksperimental, hingga jauh kesan easy listening, sebuah band kaliber dunia yang awalnya hanya di kenal di Inggris, Prancis, dan Jepang, sebuah band dengan kualitas live mumpuni dan telah ditahbiskan oleh sosok James Hetfield, Omar Rodriguez, hingga Chester Bennington.
Penggemar terlanjur fanatik dan berlomba-lomba menunjukkan "saya-lah yang lebih dulu menemukan band ini" dengan penuh elukan dan rasa bangga. Dengan setia mereka menjaga dan mengawal imej infamous itu hingga semuanya tiba-tiba porak poranda ketika salah satu hits Muse mengisi film remaja asal Amerika "Twilight".
Twilighters (sebutan bagi penggemar Twilight) memancing emosi fans setia band asal Devon ini. Alasannya sederhana saja. Banyak di antara Twilighters kemudian menyukai Muse setelah menonton Twilight, hanya setelah mendengarkan sepenggal lagu Supermassive Black Hole. Nah, di sinilah akar 'konflik' sebenarnya. Bagi fans Muse, Twilight tidak lebih dari sekedar film tidak bermutu, payah, memalukan, dan dianggap berdosa atas munculnya remaja-remaja ingusan yang mengaku penggemar berat namun ternyata tidak tahu apa-apa tentang Muse. Tidak heran jika kemudian muncul puluhan grup Facebook yang menyatakan perlawanan terhadap serangan Twilight.
Belum lagi kekesalan mereka memuncak, kala infotainment AS senantiasa menghubungkan Muse dengan Stephenie Meyers dan Adam Lambert, selain Twilight. Coba simak judul ini "Twilight" Fans Rejoice: Muse To Perform at the VMA. Dunia hiburan AS seperti tidak punya bahan pembicaraan selain ketiga hal di atas. Ulah mereka seumpama menaruh garam di atas luka yang makin menganga, seiring dengan berembusnya isu Muse diminta kembali mengisi film New Moon, sekuel Twilight.
Saya baru mendengarkan lagu Muse empat tahun lalu (teman saya ada yang mendengarkan debut mereka sepuluh tahun silam). Saya juga menonton film Twilight hingga hampir delapan kali, dan saya tidak malu mengakuinya. Yang saya herankan adalah, mengapa mereka tidak protes pada Warner Music selaku pihak label yang memberi izin pemakaian lagu? Atau pada Matthew Bellamy sendiri selaku kuasa akhir pemberi izin hak cipta? Mungkin ini adalah bentuk penghargaan Matt terhadap Meyers yang juga ternyata penggemar berat.
Namun peringatan buat infotainment Amerika, berhentilah tampak bodoh karena tidak punya referensi selain wikipedia dalam membuat tulisan-tulisan kalian!!!
No comments:
Post a Comment