Aku selalu berjanji pada Tuhan, akan bangun lebih pagi, berjuang melawan kebiasaan memulai hari pada jam 10 siang yang telah kuidap sekian tahun ini. Niat luhur yang baru bisa kupenuhi kala fajar tadi, Ramadhan hari ke 9. Di luar kebiasaan terlelap setelah sahur, aku mendapati diri sedang duduk di atap rumah Arya, menunggu sapaan matahari. Di udara, suara penceramah masjid beradu dengan suara burung-burung dari berbagai arah.Ah, pagi yang indah... Mengapa baru kali ini aku menyadarinya. Kurebahkan punggung pada genteng atap. Mataku tertuju pada kelip bintang yang makin lama makin padam oleh semburat jingga sang mentari.
No comments:
Post a Comment