when you try your best but you don't succeed
when you get what you want but not what you need
when you feel so tired but you can't sleep
stuck in reverse
when the tears come streamin' down your face
when you lose something you can't replace
when you want someone but it goes to waste
could it be worse
sometimes you can't make it on your own, itu kata Bono dkk. mengapa hidup ini selalu dipenuhi kejutan? one minute you're happy, the other you were sad (kalau ini kata The Moffats). bagaimana dengan paranormal yang katanya mengetahui masa depan, adakah kejutan dalam hidup mereka?
Tuhan, aku tidak tahu apa yang sedang kau rencanakan terhadap hidupku. Jika langkah ini mesti tertahan, aku akan ikhlas. Tiada yang sia-sia dengan kehendakmu, demikian juga tabungan kata-kataku selama ini. Semoga itu tidak menjadi doa, karena aku tidak mungkin mengharapkan keadilanmu. Ampunilah jika aku begitu. Izinkan aku mengiba kasih sayangmu. Aku tidak butuh surgamu, aku hanya ingin Engkau cinta. Sambutlah aku, pendosa yang hanya datang saat butuh, mengingatmu dengan malas hanya pada ujung malam, yang terhijabi oleh kebodohan.
Lights will guide you home
and ignite your bones
I will try to fix you...
25 May 2010
20 May 2010
rain falls twice today
Kita tidak selalu bisa membuat orang lain tertawa, tapi bukan berarti harus membuat mereka menangis. Hari ini hujan turun dua kali. Katanya doa di antara dua hujan itu akan terijabah. Tuhan, padatkanlah hatiku dengan kesyukuran atas semua kebaikan-Mu.
12 May 2010
Eclipse is Coming

Sebelumnya saya mau bilang, kalau Twilight Saga is one of my guilty pleasures. Twilight menjadi film paling dipuja sekaligus paling dihujat. Which side am I on? Jangan marah, saya suka sekali, teman. Kalau menonton hingga delapan kali bisa disebut freak, maka saya telah berhasil menjadi freak, hihihi. Film ini memang sangat memanjakan mata. Though, saya tidak begitu menaruh hati pada sosok The Cullens.
saya tidak begitu mengikuti perkembangan franchise ini. New Moon juga tidak begitu menarik perhatian saya. Garapan ceritanya sangat lebay dan bikin memicingkan mata. Makanya saya tidak sampai membeli DVD bajakannya, alih-alih menontonnya juga sampai delapan kali. Suatu hari teaser Eclipse beredar di facebook. Eclipse merupakan episode ketiga dari tetralogi milik Stephenie Meyer. The movie will be released on June 30. Hmmm..tampaknya dibuat agak terburu-buru ya. Ini sih kalo dibanding film-film bersambung lainnya yang biasa memakan jeda selama dua hingga tiga tahun.
Membicarakan Saga Twilight berarti membicarakan dua hal, the movie itself and soundtrack. Eclipse yang diangkat dari novel berjudul sama, kali ini diarahkan oleh David Slade, sutradara asal UK. Perlu diketahui David Slade ini merupakan maker video klip lagu Aerials (System of A Down), Mr. Writer (Stereophonic), Goodnight Travel Well (The Killers), Strange Little Girl (Tori Amos) dan yang paling mengejutkan saya, ternyata David Slade juga-lah yang membesut tiga video klip Muse, yakni New Born, Hyper Music, dan Feeling Good. Wah, kebetulan apa yang mempertemukan mereka kembali? Video klip Neutron Stars Collision, salah satu soundtrack 'resmi' Eclipse juga digarap oleh David. Mungkin sekalian ya?
Hmmm...jadi penasaran film ini akan seperti apa. Apakah akan lebih dark, hijau-hijau, kamera yang dinamis? Teaser-nya sudah bertebaran di Youtube. Saya baru menyaksikan satu trailer. Tampaknya kali ini, nuansa hijau lebih menonjol, sama halnya pada episode Twilight. Berbeda dengan New Moon yang agak kekuning-kuningan (aduh, maaf saya tidak tahu istilah teknisnya).
Dari segi cerita, saya belum menuntaskan novelnya, jadi saya masih akan menebak-nebak jalan cerita di versi layar lebarnya. Overview-nya, dua klan yang telah digariskan hidup bermusuhan akan bekerja sama menyelamatkan Bella dari Victoria, vampir berambut merah yang dendam bukan main pada remaja lesu itu. Victoria sendiri selama ini telah menciptakan pasukan yang terdiri dari vampir-vampir baru.
Nah pemeran Victoria kali ini diisi oleh Bryce Dallas Howard, sang Lady in the Water. Saya agak kecewa dengan pergantian cast ini. saya lebih menyukai pemeran sebelumnya, Rachelle Le Fevre. Antagonis dan her flaming hair lebih dapat. Jadi, yakinkanlah saya, Bryce...
saya tidak begitu mengikuti perkembangan franchise ini. New Moon juga tidak begitu menarik perhatian saya. Garapan ceritanya sangat lebay dan bikin memicingkan mata. Makanya saya tidak sampai membeli DVD bajakannya, alih-alih menontonnya juga sampai delapan kali. Suatu hari teaser Eclipse beredar di facebook. Eclipse merupakan episode ketiga dari tetralogi milik Stephenie Meyer. The movie will be released on June 30. Hmmm..tampaknya dibuat agak terburu-buru ya. Ini sih kalo dibanding film-film bersambung lainnya yang biasa memakan jeda selama dua hingga tiga tahun.
Membicarakan Saga Twilight berarti membicarakan dua hal, the movie itself and soundtrack. Eclipse yang diangkat dari novel berjudul sama, kali ini diarahkan oleh David Slade, sutradara asal UK. Perlu diketahui David Slade ini merupakan maker video klip lagu Aerials (System of A Down), Mr. Writer (Stereophonic), Goodnight Travel Well (The Killers), Strange Little Girl (Tori Amos) dan yang paling mengejutkan saya, ternyata David Slade juga-lah yang membesut tiga video klip Muse, yakni New Born, Hyper Music, dan Feeling Good. Wah, kebetulan apa yang mempertemukan mereka kembali? Video klip Neutron Stars Collision, salah satu soundtrack 'resmi' Eclipse juga digarap oleh David. Mungkin sekalian ya?
Hmmm...jadi penasaran film ini akan seperti apa. Apakah akan lebih dark, hijau-hijau, kamera yang dinamis? Teaser-nya sudah bertebaran di Youtube. Saya baru menyaksikan satu trailer. Tampaknya kali ini, nuansa hijau lebih menonjol, sama halnya pada episode Twilight. Berbeda dengan New Moon yang agak kekuning-kuningan (aduh, maaf saya tidak tahu istilah teknisnya).
Dari segi cerita, saya belum menuntaskan novelnya, jadi saya masih akan menebak-nebak jalan cerita di versi layar lebarnya. Overview-nya, dua klan yang telah digariskan hidup bermusuhan akan bekerja sama menyelamatkan Bella dari Victoria, vampir berambut merah yang dendam bukan main pada remaja lesu itu. Victoria sendiri selama ini telah menciptakan pasukan yang terdiri dari vampir-vampir baru.
Nah pemeran Victoria kali ini diisi oleh Bryce Dallas Howard, sang Lady in the Water. Saya agak kecewa dengan pergantian cast ini. saya lebih menyukai pemeran sebelumnya, Rachelle Le Fevre. Antagonis dan her flaming hair lebih dapat. Jadi, yakinkanlah saya, Bryce...

Selamat Menanti Gerhana...Semoga tidak mengecewakan seperti New Moon
11 May 2010
Untuk jiwa yang rapuh

Mestinya usia yang mendekati setengah abad, pikiran, jiwa, dan hati makin bisa saling kerja sama. Selama ini tidak. Sudah sekian banyak hantu hidup dan berdiam di kepalaku. Aku adalah pencipta, pencipta ketakutan bagi jiwa yang rapuh. Lengkap sudah, adakah yang lebih buruk dari itu?
I keep no faith in me. Faith, iman, sebuah kata yang mudah dilafalkan. Kata orang, iman berarti keyakinan dalam hati yang dipegang teguh, terhadap sesuatu yang tidak bisa diempiriskan. Seorang kakak suatu kali berkata, apalagi yang lebih tinggi dari iman? Bagaimana kita bisa percaya pada sesuatu di luar wujud kita? "Jika kau paham bahwa Tuhan tidak akan membiarkan makhluknya terpuruk, mengapa masih percaya pada selain itu?"
Mungkin karena pikiran dan jiwaku sedang berselaput. Aku ingin sekali mengangkat selaput itu. Aku ingin yakin, aku ingin melihat Tuhan seperti ibuku yang penuh kasih sayang, dewi Kwan Im yang pemurah memberi petunjuk dan rela berkorban, seperti seorang ibu cantik nan ramah yang pernah kutemui di sebuah mal, dan seperti seseorang yang selalu tulus melindungiku.
I just wanna let go off my burdens...
5 May 2010
Sunburnt
Tuhan, kaulah yang tahu apa yang tidak dapat diungkap oleh lidahku
engkau lihat apa yang kusaksikan
kaulah yang paham kenapa satu demi satumimpi-mimpiku hangus terbakar
kau tahu di mana kaki gunung es yang telah kucari selama ini
aku selalu alpa memujimu, aku melupakanmu sepanjang hari
sementara, bibir ini hanya bisa meminta maaf dengan malas
di ujung lelah sebelum meninggalkan malam
kau memintaku agar tidak putus asa
tapi aku lebih percaya pada dunia di kepalaku
that dreams dont belong here, in this world
janganlah lama-lama meninggalkanku, Tuhan
tolonglah aku dari himpitan palung jiwa ini
engkau lihat apa yang kusaksikan
kaulah yang paham kenapa satu demi satumimpi-mimpiku hangus terbakar
kau tahu di mana kaki gunung es yang telah kucari selama ini
aku selalu alpa memujimu, aku melupakanmu sepanjang hari
sementara, bibir ini hanya bisa meminta maaf dengan malas
di ujung lelah sebelum meninggalkan malam
kau memintaku agar tidak putus asa
tapi aku lebih percaya pada dunia di kepalaku
that dreams dont belong here, in this world
janganlah lama-lama meninggalkanku, Tuhan
tolonglah aku dari himpitan palung jiwa ini
2 May 2010
Finally, IP MAN 2 is on
Betis ini rasanya mau pecah, ketika saya sedang rebah di kasur pinjaman di kamarku tadi malam. Hampir 12 jam saya seperti tidak berhenti bergerak, jalan ke sana ke mari. Saya baru sadar waktu Ka Harwan melihatku terduduk saat ia asik melihat-lihat sepatu di gerai Matahari salah satu mal di Makassar. Karena kasihan, ia akhirnya mengajak saya pulang dan tidak jadi beli sepatu dambaan sejak berbulan-bulan lalu.
Sebelum menginjak Matahari, kami baru saja menonton IP MAN 2. Sekuel Ip Man yang kami nanti-nantikan di tahun 2010 ini. Sebenarnya, sabtu kemarin saya hanya ingin tinggal di kamar menyelesaikan tugas-tugas bertumpuk. Tapi karena tidak sengaja membaca iklan jadwal film Twenty One di koran milik Kak Ome, rencana berubah total. Beberapa rute perjalanan pun harus saya lalui, menembus panasnya Makassar. Sejak dari Menara Bosowa, naik pete-pete yang ampun lamanya ke Panakkukang, antri tiket, makan, temani Arsanti belanja, dan akhirnya menunggu satu setengah jam sebelum film dimulai.
Untunglah kemarin aku menemani Arsanti (adik di Kosmik) menemui Kak Ome di Menara Bosowa. Sambil menunggu urusan mereka selesai, aku iseng membaca koran lokal hingga aku tiba-tiba memekik sendiri. Ip Man 2 sudah diputar!!!!. Darahku berdesir, tanganku gemetar menekan tuts 'call' ke nomor seseorang. Kak Ome kaget melihat tingkahku yang tiba-tiba menjadi tidak sabaran. Ingin rasanya aku langsung turun dari lantai 22 ke lantai dasar mencari sinyal operator, lalu mengabarkan ini pada Ka Harwan. Aku senang sekali.
Sejak tanggal 29 April kemarin, aku rutin menelpon 3 studio 21 di kota ini, berharap ada yang mau memutarnya. Dan keinginan itu terjawab kemarin, entah bagaimana menggambarkan rasanya.Ip Man 2 sebenarnya rilis sehari lebih cepat dari Iron Man 2. Namun, film yang juga dibintangi Sammo Hung ini telat dua hari tiba di Makassar. Terus, jangan bandingkan kedua film ini. Dari gaungnya saja sudah beda. Tapi terus terang, saya tidak begitu tertarik dengan Iron Man 2, mungkin karena belum nonton prekuelnya atau karena mata ini sudah lelah dengan terpaan film barat. Sebaliknya, saya sangat bersemangat menyaksikan Donnie dan Sammo Hung, dua jagoan yang kerap wara-wiri di layar kaca beberapa tahun lalu.
Apa yang bisa kuceritakan tentang film ini? Karena ini adalah film semi-autobiografi tokoh Ip Wen, buang jauh-jauh keinginan anda untuk menyaksikan drama berlebihan dan alur yang meliuk-liuk. Rasa haru yang dimunculkan tidak perlu membuat anda menangis. Dialog kesehariannya sederhana namun penuh kerendah-hatian dan kebijaksanaan. Semua plot berjalan natural kecuali pada beberapa adegan pertarungan yang memang menjadi ruh film ini. Saya juga harus mengacungkan jempol buat Sammo Hung yang didaulat menjadi penata laga (tampaknya anda tidak akan menemukan resep Sammo di film lainnya).
Overall, saya merasa puas. Apalagi ini adalah kesempatan terakhir melihat Donnie Yen di kisah ini. Kabarnya, Donnie mengundurkan diri untuk film ke tiga, di mana Bruce Lee dewasa akan menjadi bagian dari cerita Ip Wen. Kini, saatnya menantikan Next Project of Donnie yang akan diputar Oktober tahun ini, Legend of the Fist: The Return of Chen Zhen. Film semacam sekuel dari Fist of Fury ini bersetting masa pendudukan Jepang di Cina.

Untunglah kemarin aku menemani Arsanti (adik di Kosmik) menemui Kak Ome di Menara Bosowa. Sambil menunggu urusan mereka selesai, aku iseng membaca koran lokal hingga aku tiba-tiba memekik sendiri. Ip Man 2 sudah diputar!!!!. Darahku berdesir, tanganku gemetar menekan tuts 'call' ke nomor seseorang. Kak Ome kaget melihat tingkahku yang tiba-tiba menjadi tidak sabaran. Ingin rasanya aku langsung turun dari lantai 22 ke lantai dasar mencari sinyal operator, lalu mengabarkan ini pada Ka Harwan. Aku senang sekali.
Sejak tanggal 29 April kemarin, aku rutin menelpon 3 studio 21 di kota ini, berharap ada yang mau memutarnya. Dan keinginan itu terjawab kemarin, entah bagaimana menggambarkan rasanya.Ip Man 2 sebenarnya rilis sehari lebih cepat dari Iron Man 2. Namun, film yang juga dibintangi Sammo Hung ini telat dua hari tiba di Makassar. Terus, jangan bandingkan kedua film ini. Dari gaungnya saja sudah beda. Tapi terus terang, saya tidak begitu tertarik dengan Iron Man 2, mungkin karena belum nonton prekuelnya atau karena mata ini sudah lelah dengan terpaan film barat. Sebaliknya, saya sangat bersemangat menyaksikan Donnie dan Sammo Hung, dua jagoan yang kerap wara-wiri di layar kaca beberapa tahun lalu.
Apa yang bisa kuceritakan tentang film ini? Karena ini adalah film semi-autobiografi tokoh Ip Wen, buang jauh-jauh keinginan anda untuk menyaksikan drama berlebihan dan alur yang meliuk-liuk. Rasa haru yang dimunculkan tidak perlu membuat anda menangis. Dialog kesehariannya sederhana namun penuh kerendah-hatian dan kebijaksanaan. Semua plot berjalan natural kecuali pada beberapa adegan pertarungan yang memang menjadi ruh film ini. Saya juga harus mengacungkan jempol buat Sammo Hung yang didaulat menjadi penata laga (tampaknya anda tidak akan menemukan resep Sammo di film lainnya).
Overall, saya merasa puas. Apalagi ini adalah kesempatan terakhir melihat Donnie Yen di kisah ini. Kabarnya, Donnie mengundurkan diri untuk film ke tiga, di mana Bruce Lee dewasa akan menjadi bagian dari cerita Ip Wen. Kini, saatnya menantikan Next Project of Donnie yang akan diputar Oktober tahun ini, Legend of the Fist: The Return of Chen Zhen. Film semacam sekuel dari Fist of Fury ini bersetting masa pendudukan Jepang di Cina.

selanjutnya...
p.s: buat Darma, tenang sayang, kita akan menontonnya lagi, ajak Taro ya..
29 April 2010
Komedo
Mungkin karena saya jarang bercermin, saya jadi tidak sadar kalau komedo di wajah ini ternyata sudah menjamur. Saya lalu tergoda dengan produk pengangangkat komedo yang sering lalu lalang di tivi. Sebenarnya saya kapok dengan produk-produk yang menawarkan ini itu setelah insiden ganti sampo yang bikin volume rambut saya berkurang setengahnya.
seorang teman beberapa tahun lalu juga pernah mengingatkan, hati-hati menggunakan pengangkat komedo (semacam plester yang dipasang dihidung). Katanya, komedo malah makin bertambah. saat itu saya tidak terlalu peduli, mengingat komedo belum singgah di wajah saya.
Bermodal edukasi iklan pencuci wajah itu, akhirnya saya membeli satu tube 50 ml. Di produknya tertulis 'buktikan dalam waktu seminggu'. Seminggu berlalu, perubahannya memang ada. Bukannya berkurang, komedo-komedo nakal itu akhirnya menghuni bagian wajah yang sebelumnya sehat-sehat saja. pemakaian masih saya lanjutkan, berharap itu hanya efek awal penggunaan.
Ternyata, saya 'kecapean' menunggu. Tube kedua tidak sanggup saya habiskan. Saya hanya bisa meringis lebay "kenapa ini harus terjadi????"
"Awas kak nanti infeksi", kata Wani, peserta mata kuliah ekskul jurnalistik (belum genap sebulan saya masuk jadi kopel, hehe). Ia tersenyum-senyum melihat sedari tadi saya mengorek-ngorek kulit wajah area bawah mata. "Habis mau diapa lagi", jawab saya tanpa melihat ke arahnya. Seumur hidup, rasanya baru kali ini saya mengobrol tanpa bahasa verbal yang menunjukkan perhatian pada lawan bicara.
Entah sejak kapan masalah kulit wajah menjadi momok buat saya. Komedo ini begitu mengganggu. Saya jadi berpikir untuk menggunakan sticky tape (bahasa keren dari isolasi) supaya komedonya bisa terangkat (walau perih). Atau ada saran lain barangkali? Hehehe
Please komedo, leave my face alone..
seorang teman beberapa tahun lalu juga pernah mengingatkan, hati-hati menggunakan pengangkat komedo (semacam plester yang dipasang dihidung). Katanya, komedo malah makin bertambah. saat itu saya tidak terlalu peduli, mengingat komedo belum singgah di wajah saya.
Bermodal edukasi iklan pencuci wajah itu, akhirnya saya membeli satu tube 50 ml. Di produknya tertulis 'buktikan dalam waktu seminggu'. Seminggu berlalu, perubahannya memang ada. Bukannya berkurang, komedo-komedo nakal itu akhirnya menghuni bagian wajah yang sebelumnya sehat-sehat saja. pemakaian masih saya lanjutkan, berharap itu hanya efek awal penggunaan.
Ternyata, saya 'kecapean' menunggu. Tube kedua tidak sanggup saya habiskan. Saya hanya bisa meringis lebay "kenapa ini harus terjadi????"
"Awas kak nanti infeksi", kata Wani, peserta mata kuliah ekskul jurnalistik (belum genap sebulan saya masuk jadi kopel, hehe). Ia tersenyum-senyum melihat sedari tadi saya mengorek-ngorek kulit wajah area bawah mata. "Habis mau diapa lagi", jawab saya tanpa melihat ke arahnya. Seumur hidup, rasanya baru kali ini saya mengobrol tanpa bahasa verbal yang menunjukkan perhatian pada lawan bicara.

Entah sejak kapan masalah kulit wajah menjadi momok buat saya. Komedo ini begitu mengganggu. Saya jadi berpikir untuk menggunakan sticky tape (bahasa keren dari isolasi) supaya komedonya bisa terangkat (walau perih). Atau ada saran lain barangkali? Hehehe
Please komedo, leave my face alone..
Subscribe to:
Posts (Atom)