11 May 2010

Untuk jiwa yang rapuh

Aku selalu berkata pada diri sendiri: I'm 23 years old girl with a 13 years old soul. Tragis, bukan? Namun yang lebih pathetic dari ini adalah aku mau saja percaya dengan gumaman tiap malam itu.

Mestinya usia yang mendekati setengah abad, pikiran, jiwa, dan hati makin bisa saling kerja sama. Selama ini tidak. Sudah sekian banyak hantu hidup dan berdiam di kepalaku. Aku adalah pencipta, pencipta ketakutan bagi jiwa yang rapuh. Lengkap sudah, adakah yang lebih buruk dari itu?

I keep no faith in me. Faith, iman, sebuah kata yang mudah dilafalkan. Kata orang, iman berarti keyakinan dalam hati yang dipegang teguh, terhadap sesuatu yang tidak bisa diempiriskan. Seorang kakak suatu kali berkata, apalagi yang lebih tinggi dari iman? Bagaimana kita bisa percaya pada sesuatu di luar wujud kita? "Jika kau paham bahwa Tuhan tidak akan membiarkan makhluknya terpuruk, mengapa masih percaya pada selain itu?"

Mungkin karena pikiran dan jiwaku sedang berselaput. Aku ingin sekali mengangkat selaput itu. Aku ingin yakin, aku ingin melihat Tuhan seperti ibuku yang penuh kasih sayang, dewi Kwan Im yang pemurah memberi petunjuk dan rela berkorban, seperti seorang ibu cantik nan ramah yang pernah kutemui di sebuah mal, dan seperti seseorang yang selalu tulus melindungiku.

I just wanna let go off my burdens...

2 comments:

Victor Sosang said...

begh em, kalo saya boleh usul buat mi novel.

Emma said...

kita pembeli pertama nah, hihihi...