2 May 2010

Finally, IP MAN 2 is on

Betis ini rasanya mau pecah, ketika saya sedang rebah di kasur pinjaman di kamarku tadi malam. Hampir 12 jam saya seperti tidak berhenti bergerak, jalan ke sana ke mari. Saya baru sadar waktu Ka Harwan melihatku terduduk saat ia asik melihat-lihat sepatu di gerai Matahari salah satu mal di Makassar. Karena kasihan, ia akhirnya mengajak saya pulang dan tidak jadi beli sepatu dambaan sejak berbulan-bulan lalu.

Sebelum menginjak Matahari, kami baru saja menonton IP MAN 2. Sekuel Ip Man yang kami nanti-nantikan di tahun 2010 ini. Sebenarnya, sabtu kemarin saya hanya ingin tinggal di kamar menyelesaikan tugas-tugas bertumpuk. Tapi karena tidak sengaja membaca iklan jadwal film Twenty One di koran milik Kak Ome, rencana berubah total. Beberapa rute perjalanan pun harus saya lalui, menembus panasnya Makassar. Sejak dari Menara Bosowa, naik pete-pete yang ampun lamanya ke Panakkukang, antri tiket, makan, temani Arsanti belanja, dan akhirnya menunggu satu setengah jam sebelum film dimulai.

ini poster filmnya

Untunglah kemarin aku menemani Arsanti (adik di Kosmik) menemui Kak Ome di Menara Bosowa. Sambil menunggu urusan mereka selesai, aku iseng membaca koran lokal hingga aku tiba-tiba memekik sendiri. Ip Man 2 sudah diputar!!!!. Darahku berdesir, tanganku gemetar menekan tuts 'call' ke nomor seseorang. Kak Ome kaget melihat tingkahku yang tiba-tiba menjadi tidak sabaran. Ingin rasanya aku langsung turun dari lantai 22 ke lantai dasar mencari sinyal operator, lalu mengabarkan ini pada Ka Harwan. Aku senang sekali.

Sejak tanggal 29 April kemarin, aku rutin menelpon 3 studio 21 di kota ini, berharap ada yang mau memutarnya. Dan keinginan itu terjawab kemarin, entah bagaimana menggambarkan rasanya.Ip Man 2 sebenarnya rilis sehari lebih cepat dari Iron Man 2. Namun, film yang juga dibintangi Sammo Hung ini telat dua hari tiba di Makassar. Terus, jangan bandingkan kedua film ini. Dari gaungnya saja sudah beda. Tapi terus terang, saya tidak begitu tertarik dengan Iron Man 2, mungkin karena belum nonton prekuelnya atau karena mata ini sudah lelah dengan terpaan film barat. Sebaliknya, saya sangat bersemangat menyaksikan Donnie dan Sammo Hung, dua jagoan yang kerap wara-wiri di layar kaca beberapa tahun lalu.

salah satu duel

Apa yang bisa kuceritakan tentang film ini? Karena ini adalah film semi-autobiografi tokoh Ip Wen, buang jauh-jauh keinginan anda untuk menyaksikan drama berlebihan dan alur yang meliuk-liuk. Rasa haru yang dimunculkan tidak perlu membuat anda menangis. Dialog kesehariannya sederhana namun penuh kerendah-hatian dan kebijaksanaan. Semua plot berjalan natural kecuali pada beberapa adegan pertarungan yang memang menjadi ruh film ini. Saya juga harus mengacungkan jempol buat Sammo Hung yang didaulat menjadi penata laga (tampaknya anda tidak akan menemukan resep Sammo di film lainnya).

Overall, saya merasa puas. Apalagi ini adalah kesempatan terakhir melihat Donnie Yen di kisah ini. Kabarnya, Donnie mengundurkan diri untuk film ke tiga, di mana Bruce Lee dewasa akan menjadi bagian dari cerita Ip Wen. Kini, saatnya menantikan Next Project of Donnie yang akan diputar Oktober tahun ini, Legend of the Fist: The Return of Chen Zhen. Film semacam sekuel dari Fist of Fury ini bersetting masa pendudukan Jepang di Cina.

selanjutnya...

p.s: buat Darma, tenang sayang, kita akan menontonnya lagi, ajak Taro ya..

1 comment:

darmawati alimuddin said...

huaaaaa..emma..dirimu meninggalkanku...hmmm..bujukka memang nah..(ngarep)