26 April 2014

Dwi,

Kudengar engkau sudah di Bengo lagi. It's always good to come home ya. I wish I could as well. Kedatanganmu selalu singkat, tapi saya paham kerinduan dan jiwamu ada di sana. Seorang penulis pernah bilang, rumah adalah di mana hatimu berada.

Aku juga sedang rindu rumah... Rencananya weekend ini mau pulang, tapi ada kerjaan di Sabtu ini tidak bisa saya tinggalkan. Pagi tadi, mama mengirim pesan teks menanyakan kabar. Bukan kali pertama selama April ini. Setelah sakit kemarin, mungkin kekhawatiran beliau makin bertambah. Tapi, dalam hati saya merasa ada yang lain.

Entah, apakah keterhubungan jiwa antara ibu dan anak.  Kesatuan Afinitas, kata Budi Darma. Biasanya mama baru menghubungi jika ia merasa ada apa-apa. Selama tinggal di Makassar, cuma sekali ia memberi alasan menelpon karena sedang rindu. Really broke my heart at the time. Setelah itu, ia menunggu aku yang menghubungi duluan, mungkin tidak ingin mengganggu kerjaanku.

I'm thinking 'bout your saying sometimes ago, kurang lebih seperti ini: "Emma kalo masih ada kesempatan, lakukan, sebelum penyesalan menyiksamu." Memikirkan untuk berkata 'I love you, mom' sudah membuatku sedih Dwi. Those words just too powerful for me. And you're right when you say that words are the poorest translation, kata-kata terlalu miskin. Mungkin karena itu ada sabda "jika ada kebenaran yang terungkap, maka kebenaran yang lebih sejati hanya dapat tersimpan".

Dan pagi ini, ia kembali bertanya kabarku. Entah kali ini apa yang menautkan afinitas di antara kami. I'm feeling good so far, Alhamdulillah, tanpa bermaksud merendahkan firasat dan intuisinya. Something might happened to me and she's the only one who figured it out, not even me. Mudah-mudahan ia tengah mengucapkan rindu dengan bahasa lain. Aku tidak berjanji pulang dalam waktu dekat. But when I do, I will drop by in Bengo if you dont mind,,, mmm... you have to let me hahaha.

In case you miss this precious moment :D
Kecup sayang untuk Ara,


Emma

No comments: