Nomor 3 atau 4 ?
Pelayan salah satu stand produk sepatu di Mari, pulang balik mencari nomor sepatu yang kuinginkan. Ada sorot lelah di wajahnya dan untuk beberapa saat ia menghindar, mungkin ingin menenangkan hatinya akan ulahku. Ada tiga pilihan model dan ukuran, aku membayangkan kakinya, sudah sebesar apa sekarang. Sahur tadi Ibu menegaskan, kakinya semakin panjang, padahal ia belum bisa berjalan. "Lebih baik kebesaran daripada kekecilan..."Harganya masih bisa kujangkau. Aku lelah berjalan mengitari mal yang belum terlalu ramai oleh pengunjung 'jajanan' lebaran. Kepalaku pusing terlalu lama berdiri. Akhirnya kurogoh duit untuk sepatu nomor 3, lalu berjalan lagi menuju lantai dasar. (rencananya mau cek album The Resistance, jadi aku bingung ke mana gerangan Disc Tarra, seingatku lokasinya dulu berada di outlet Sony kini).
Ia memandangku, adakah keheranan di pikirannya yang masih suci? Mungkin aku terlalu sering meninggalkannya hingga ia tidak mampu mengenaliku. Kado itu pun kuberikan, ia sempat tersenyum memperlihatkan barisan gigi seri yang makin bertumbuh. Saatnya menguji intuisiku. Happp!!! Ukurannya sangat pas, aku hanya bisa menghela napas.
Asa, anak dari kakakku Alfian. Ia lahir pada bulan Ramadhan tahun lalu. Kulitnya kuning langsat. Beberapa bulan pertama, ia mesti mengenakan pensil alis karena alisnya tidak bisa terlihat dari kejauhan. Setiap kali pulang ke Bone, aku selalu mencari mainan buatnya. Namun lebih sering mainan itu tidak terbeli. Setiap saat pula jika bertemu, aku mengabadikan dirinya dengan kamera ponselku. Aku selalu rindu padanya, seperti rinduku pada ibu yang sangat menyayanginya.
16 September kemarin genap sudah ia satu tahun. Apakah hanya aku yang ingat pada tanggal lahirnya? Ataukah tidak ada tradisi ulang tahun dalam keluarganya. Entahlah, aku hanya ingin membuatmu senang, Asa. Dengan kakimu yang makin panjang, engkau akan menjelajah dan mengecap warna warni dunia. Semoga Allah senantiasa mencurahkan Kasih untukmu.
bongkar pasang kado..
1 comment:
salam buat Asa...
Post a Comment