28 August 2010

My Most Notable Scenes of 3 Idiots

Sepertinya ini akan jadi postingan dengan halaman terpanjang, hehe. Saya suka sekali film ini, entah tadi sore sudah ke XX (baca: eks eks, bukan 20) kalinya nonton. Di bawah ini adalah adegan paling mengharukan buat saya, nonton berapa kali pun pasti bawaan sedihnya terus terasa. Speechless, saya tidak bisa berkata-kata lagi, biar capture ini yang bicara, meski buat yang belum pernah nonton, konteksnya tidak dapat.

Perdebatan pun terjadi, rencananya mau upload juga adegannya cuma kepanjangan, hehe. Saya SKIP saja ya..lompat ke adegan ini:


Buat yang baru mau nonton (apalagi yang punya banyak dosa sama orang tua) siapkan tisu banyak-banyak.

27 August 2010

Cahaya Mataku*

Teduhkanlah hatiku
lelahnya jiwaku
duhai engkau cahaya mataku
yang menuntun jalanku
yang memandu hidupku
yang meredupkan pedih penatku

tersenyumlah...
bahagialah...
sungguh engkau yang melumpuhkan hatiku
yang melipurkan rinduku
senyum itu menyenangkan aku

*Padi-Cahaya Mataku
Untuknya yang hari ini akan turun lapangan lagi
semoga kau temukan Dia di tiap tatapan dan udara yang kau hirup
Allah Bless You

23 August 2010

500 Hari bersama Summer


Bagaimana jika seorang pria tergila-gila pada seorang perempuan yang tidak percaya dengan cinta sejati? Tom Hansen (Joseph Gordon-Levitt) punya jawabannya: Berteman juga tidak apa-apa yang penting bisa dekat dan sekali-kali bisa (maaf) ditemani tidur. Tapi apakah akan terus seperti itu? Sampai kapan kondisi Tom akan terombang-ambing dengan Summer (Zooey Deschanel) yang tak kunjung menganggap perasaannya?

Tom butuh 500 hari untuk mengenal Summer sekaligus untuk meninggalkannya. Disebutkan bahwa Thomas Hansen, seorang pembuat 'quote' untuk kartu ucapan selamat, jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Summer. Sayang sekali, Tom jatuh cinta pada orang yang salah. Summer adalah tipe perempuan batu yang tidak percaya dengan cinta, seorang petualang sejati yang tidak percaya dengan takdir.

Di tengah usaha sang adik dan dua sahabat dekat menyadarkan supaya ia yang sudah putus asa mengejar cinta Summer, untuk mencari gadis lain, Tom yakin hubungan tidak jelas itu masih punya kans menuju hubungan ideal yang berakhir pada pernikahan.

Film ini digambarkan seperti diari 500 hari yang dibuka secara acak. Dibuka di halaman pertama lalu pindah ke halaman 200. Marc Webb, sang sutradara awalnya lebih dikenal sebagai pembuat video klip Maroon 5 (Harder to Breath), P.O.D (Sleeping Awake), dan Green Day (Waiting). 500 days of summer (2009) merupakan proyek yang tidak diduga-duga mendapat respon positif dari kritikus film. Drama komedi romantis ini merupakan film besutan perdana Marc. Marc juga dipercaya sebagai sutradara Spider Man reboot yang akan tayang dua tahun depan.

15 August 2010

Dunia tanpa Kebohongan


Tersebutlah sebuah kehidupan kota di mana orang-orang hidup dengan sangat jujur, di mana orang-orang tidak mengenal konsep “bohong”. Semua orang dari beragam latar belakang berbicara dengan jujur sejujur-jujurnya tanpa memikirkan konsekuensi perkataan mereka, apakah menyakiti orang yang mendengarkan dan efek-efek buruk lainnya dari kejujuran yang tidak pada tempatnya.

Hingga suatu hari, Mark, seorang penulis skrip kisah-kisah sejarah (lebih sering dipanggil Loser dalam film ini), tengah depresi karena dipecat dari perusahaan tempat ia bekerja. Ia dilanda ketakutan akan menjadi gelandangan bersama ibunya yang sudah jompo. Puncaknya ketika ia diusir oleh pemilik apartemen karena tidak mampu membayar sewa sebesar 800 dollar. Unfortunately, Mark cuma punya tabungan 300 dollar.

Dengan pasrah ia menuju bank ingin mencairkan sekaligus menutup akun tabungan untuk selama-lamanya. Ternyata, pada saat itu sistem computer sedang tidak bagus, sehingga pihak bank tidak bisa melakukan transaksi atau sekedar mengecek infomasi saldo Mark. Tapi hari itu adalah hari beruntung bagi Mark. Ketika ditanya berapa sisa saldo, Mark yang masih dibayang-bayangi ketakutan menjadi gelandangan tiba-tiba menjawab dengan sangat tidak jujur, di sebuah kota yang hanya mengenal konsep ‘jujur’.

Dengan ragu-ragu ia menjawab, “800 dollars”. Tiba-tiba sistem komputer pulih saat itu juga hingga ketahuan jika Mark hanya memiliki 300 dollar tersisa. Namun sang teller mengatakan mungkin komputer salah membaca karena baru saja down (tapi yang paling penting adalah karena kota ini mengatakan hal-hal jujur maka mereka mempercayai saja apa yang dikatakan orang-orang. Manusia lebih patut dipercayai daripada sebuah mesin, hmm…)

Yeah, fortunately, he got the money! Mark terkejut bukan main. Sebuah kebohongan kecil telah ia temukan dan ternyata menyelamatkan hidupnya. Mark lalu mengembangkan metode berbohong ini sampai ia kembali diterima bekerja, menjadi terkenal dan kaya raya, sesuatu yang ia idam-idamkan agar dapat dicintai sang wanita dambaan, Anna.

“Kebohongan” demi “kebohongan” ia katakan tiap hari. Mereka yang dulunya merana dan takut menjadi bahagia begitu mendengarkan ucapan Mark. Makin lama kebohongan yang mengatasnamakan kebahagiaan dan ketenangan itu makin berkembang sampai menyinggung keberadaan Tuhan. Perlahan Mark “ditasbihkan” menjadi orang yang dapat berbicara dengan Man in the Sky. Setiap perkataannya ditunggu-tunggu oleh orang seluruh dunia.

Kejadian ini berawal saat ia tengah menghibur ibunya yang sedang sekarat. Sang ibu takut karena kematian hanya akan membawanya pada ketiadaan. Mark lalu mengucapkan kata-kata yang membuat sang ibu bisa pergi dengan tenang.Namun, sekali lagi karena orang-orang di setting film ini menerima semua perkataan sebagai sebuah kebenaran, suster dan dokter yang kebetulan berada di dekat Mark turut mendengarkan, mendadak heboh lalu mengumumkan ke orang lain. Mark panik, dia tidak mungkin mengaku kalau dia berbohong, karena orang di sekitarnya tidak mengenal kebohongan.

Apa sebenarnya yang dikatakan Mark? Bagaimana Mark melakukan klarifikasi atas ucapannya yang terlanjur dianggap kebenaran? Berhasilkah dia mendapatkan sang wanita idaman?

Film ini dibesut oleh Ricky Gervais, an Englishman dengan dialek yang begitu kental yang juga merangkap sebagai pemeran tokoh utama Mark. Sementara Anna diperankan oleh aktris dengan senyum dan tawa terindah di dunia, Jennifer Garner. Selain itu ada pula Tina Fey yang cukup familiar setelah perannya di Baby Mama serta dua nama kondang Phillip Seymour Hoffman dan Edward Norton yang menjadi cameo.

Awalnya saya kaget dengan adegan pembuka, isi dialognya cukup frontal dan blak-blakan. Lama kelamaan saya mulai paham mengapa dialognya di setting seperti itu. Kita bisa melihat Mark yang selalu meringis tiap kali mendengar lawan bicaranya. Siapa yang tidak makan hati jika dikatai “You’re a loser, saya lebih baik darimu, saya lebih layak berada di posisimu sekarang”. Atau percakapan sarkastik seperti: “Kamu gemuk, hidungmu bulat, saya tidak akan menikah denganmu karena unsur genetikmu begitu dominan, saya tidak ingin punya anak yang gemuk dengan hidung bulat sepertimu”. Hufh, menyakitkan…

Film ini menyajikan kondisi masyarakat yang hidup dengan penuh kejujuran. Tidak ada sakit hati, tidak ada yang ditutup-tutupi. Mark tampaknya menjadi satu-satunya yang resah dengan kondisi ini (mungkin karena ia lebih sering menjadi korban kejujuran orang-orang di sekitarnya), hingga ia akhirnya menemukan konsep ‘berbohong”. Menonton film ini lalu mengingatkan saya pada konsep Low Contex-High Contex milik Edward Hall. Konsep ini merujuk pada bagaimana makna pesan terkode. Jika makna pesan sudah dapat ditangkap melalui pesan verbal, maka itulah Low Contex. Namun untuk kasus ini, kondisi masyarakat dalam The Invention of Lying lebih dari Low Contex.

Jadi jangan heran jika sepanjang film ini begitu banyak bertebaran kalimat konfrontatif, tapi tenang tidak sampai muncul “the F-Word”, juga tidak ada adegan ciuman ala-ala Hollywood selama ini.

13 August 2010

Kick-Ass: Redefenisi Hero?



"Ada ribuan orang berlomba-lomba menjadi Paris Hilton, tapi kenapa tidak ada satu orang pun yang ingin menjadi Spiderman"

Dialog ini terjadi sebelum adegan yang menjadi titik balik seorang Dave Lizewski memutuskan menjadi seorang hero. Sebuah adegan di mana ia berada di titik jengah selalu menjadi korban pemerasan preman-preman lorong. Malamnya, di sebuah kamar tipikal seorang remaja normal dan surving konten internet yang juga tipikal (virtual sex, porn sites, etc), Dave memesan kostum hero berwarna hijau di sebuah toko online.

Suatu hari, ia kembali melihat dari kejauhan adegan pencungkilan mobil oleh preman yang sering memerasnya. Kali ini Dave meneguhkan tekad, berbalik menuju lorong supaya tidak terlihat melepas baju luarnya, lalu kembali dengan kostum hero pesanan. Dengan sedikit ragu, ia melangkah. Maklum yang dihadapinya adalah dua lelaki dengan jam terbang tinggi di bidang perkelahian dan kekerasan.

Tapi niat menjadi seorang hero sudah diikrarkan. Bermodal tongkat seukuran pemukul bisbol, Dave berjasa menghentikan tindakan pencurian mobil karena keberaniaanya. Namun menjadi hero tidak cukup dengan modal nekat. Yang ia dapatkan justru lebih parah dan di luar dugaan. Perut kena tikam hingga ia harus masuk rumah sakit.

Tanpa merasa trauma, ia terus melanjutkan "kecerobohan" di balik topeng hijau itu. Hingga suatu hari dalam suatu kondisi menegangkan ia diselamatkan oleh sosok hero lainnya, Hit Girl dan ayahnya Big Daddy. Pertemuan ini membawa Dave ke dalam sebuah perjanjian: tidak boleh saling membongkar identitas ke orang-orang, jika melanggar, harus ada yang "bayar harga".

Petualangan berlanjut, misi berikutnya adalah mencari kucing hilang. Dave tidak menyangka pada akhirnya misi inilah membawanya pada kepopuleran. Seorang remaja merekam adegan Dave menghadapi tiga orang sekaligus demi melindungi seorang pria. Di akhir video perkelahian, ketika para penjahat mulai menghilang, dengan sisa napas ngos-ngosan Dave memperkenalkan identitas heronya: "I'm Kick-Ass!"

Esoknya, setelah video debutan itu ditonton lebih dari 20 juta kali, Kick-Ass menjadi headline di mana-mana. Di sebuah tempat penjualan komik, Kick-Ass dibuatkan patung tersendiri dan ini membuat Dave kaget bukan kepalang. Misinya tercapai. Tapi tidak seperti serial hero lainnya, Dave belum punya kekasih. Katie Deauxma, sang gadis impian, dalam keseharian Dave malah menganggap dirinya seorang gay yang bisa diajak curhat setiap saat.

Di kota tempat Dave hidup, seorang kepala sindikat Frank D'Amico dibuat kesal oleh ulah seorang tidak dikenal yang berusaha menghancurkan bisnis obat terlarang miliknya. Setelah aksi heroik di Youtube itu, Frank berkesimpulan bahwa Kick-Ass lah sosok pengganggu itu. Namun, belakangan mulai ketahuan siapa pelaku sebenarnya setelah sosok hero-wannabe lainnya muncul: Red Mist yang berhasil mengumpulkan info 'intelejen'.

Adegan pencarian pun dimulai dan Kick-Ass harus ikut terseret. Ia diculik komplotan d'Amigo, keselamatannya pun terancam hingga ia harus jujur pada Katie. Lalu, aksi heroik jumpalitan pamer kekuatan dan gadget paling mutakhir pun tak terhindari.

Sekilas, film ini memiliki banyak keserupaan dengan Spiderman dengan karakter manusiawinya, Peter Parker. Seorang pelajar normal, hobi membaca komik dan surfing internet, jauh dari penyimpangan perilaku, dan tidak pernah berurusan dengan polisi. Jika Parker menjadi hero karena digigit radioactive spider dan terkesan tidak menginginkan kekuatan itu, maka sosok Dave menjadi kebalikannya. Ia justru mencari kekuatan itu meski pada akhirnya ia harus menyadari bahwa ia hanya bisa nekat, tanpa sayap Spiderman, tanpa mutasi genetik, tanpa gigitan laba-laba, dan tanpa gadget mewah seperti Harvey "Batman" Dent.

Film Kick-Ass merupakan film adaptasi komik berjudul sama karangan Mark Millar dan John Romita Jr. Rilis pada 26 Maret 2010, film ini sayang sekali tidak tayang di bioskop Makassar. Mungkin karena pertimbangan konten kekerasan yang lumayan banyak (membunuh orang tampaknya sangat mudah dan tidak merisaukan) dan kehadiran sosok Hit Girl, perempuan10 tahun dengan karakter pembunuh berdarah dingin.

Menonton Kick-Ass seperti menonton parodi film-film heroik selama ini. Namun bedanya dengan film parodi yang banyak bertebaran, Kick-Ass sangat apik menggambarkan kegundahan seorang Dave yang ingin menjadi hero serta ketakutan alamiah yang ia alami ketika berhadapan dengan orang lain yang jauh lebih kuat darinya. Bagaimana pula ketika ia memutuskan menenggelamkan diri pada resiko yang secara tidak langsung ia mulai sendiri. Film ini sangat menghibur dan memberi udara segar dalam menyelami dunia seorang hero.

Jadi, menjadi hero hanya butuh dua modal: naif dan nekat, sepakat?

29 July 2010

Dengarlah Ini, Abi

Setiap pagi sebelum ia berangkat kerja dengan Yamaha tangki merah klasik milik-nya, ia biasa biasa mengangkat lalu meletakkan dua kakiku di atas kedua kakinya. Lalu kedua tanganku ia tarik ke atas. Jadilah aku seperti boneka puppet yang bisa ia gerakkan ke mana-mana. Kakiku melangkah mengikuti kakinya terseret. Sesekali jika lelah, aku melilitkan kedua tangan ke lututnya.

Kami mengitari ruang tamu dan ruang tivi yang menyatu. Tiap kali melangkah ia melafalkan sesuatu dalam bahasa asing, ia memintaku agar mengikutinya, aku tidak tahu maksud dan artinya. Pada akhirnya aku hapal dengan kalimat-kalimat itu, sampai hari ini aku masih ingat. Jika ia sudah bosan dengan adegan boneka-boneka itu, ia akan mulai menggendong, lalu berpura-pura akan melemparku keluar rumah lewat jendela kayu rumah kami.

Saat itu aku masih sangat kecil, tapi ingatan tentang ini tidakbisa cepat kulupakan karena sudah mengendap di otak belakang. Tawanya, rasa bahagianya ketika bermain-main dengan satu-satunya anak perempuan di keluarga yang ia hidupi. Itulah saat-saat di mana ia benar-benar menjadi ayah yang lengkap dengan kehadiran sang anak.

Namun, sang waktu telah mencuri masa-masa bahagia itu. Aku beranjak besar, jarak itu makin nyata. Jarang sekali ia berbicara, sekedar menjaga hubungan ayah dan anak. Ia adalah ayah sulit menunjukkan kasih sayang lewat tutur yang lembut. Kata-kata yang ia keluarkan terkadang keras hingga sulit kami pandang dengan bingkai cinta. Ia bukanlah sosok "ayah-ayah" di cerita-cerita tv masa kecilku.

Ia adalah tembok yang kokoh. Sorot matanya sudah menunjukkan suasana hati. Yang kutahu tentang dirinya hanya jam berangkat kerja, jam pulang kerja, jam tidur, koran yang sering ia baca, minuman yang ia teguk di pagi dan sore hari, dan sebuah cerita yang kutahu dari seorang guru di SMP yang pernah menjadi teman sekolahnya. Katanya ayah di sekolah sangat cerdas. Cerita serupa kudapat dari ibu. Karena sesuatu hal, ayah tidak dapat melanjutkan sekolah ke SMA. Perjalanan akademisnya terhenti sampai di situ.

Sampai kini, menurut cerita ibu, masih ada secercah sesal mengapa ia tidak bisa melanjutkan sekolah. Saat itu ia tidak berdaya. Tapi yang paling menyedihkan hatiku adalah, setiap kali ia menceritakan hal itu pada ibu, ia pasti menitikkan air mata jika tidak dua bola itu memerah. Lalu ia akan berandai-andai, seandainya...seandainya..., pasti hidupnya dan keluarganya akan lebih baik dari sekarang. Oh, ingin sekali aku berkata, kenapa mesti kalimat itu, tidak ada yang salah dengan hidup kami selama ini.

Tidak banyak pengalaman bersama yang aku alami dengannya. Hari demi hari kami lalui, semua pembicaraan yang harus melibatkannya aku lakukan dengan perantara ibuku yang sabar. Kadang aku merasa ia terlalu keras, kadang aku benci, dan terkadang pula aku tidak mau melihatnya. Aku jadi buta dan tidak mau tahu dengan kesepian yang mulai menjangkiti hari-harinya yang makin tua.

Selama enam tahun, lima tahun di antaranya menyelesaikan S1, aku tidak tinggal bersama ayah dan ibu layaknya sebuah keluarga. Tiap kali berkunjung ke rumah selama dua-tiga hari, terkadang malah aku tidak sempat bertemu dengannya. Ia berangkat terlalu pagi dan aku bangun terlalu kesiangan. Jika ia pulang, aku mungkin sedang berada di rumah kakakku. Terakhir kali aku pulang ke rumah, aku sempat bertemu. Ketika panther sedang menunggu, aku memohon pamit setelah mencuri pandang ke arahnya. Baru aku tahu, sebagian besar kumisnya telah memutih.

Pagi tadi ia menelponku, bertanya tentang sebuah rencana yang sedang kususun. Masih dengan suara kerasnya yang khas, ia mengucapkan kekhawatiran dengan rencana itu. Namun ada yang membuatku sedih hingga sulit menceritakannya pada orang lain. Ia berusaha merendah dengan menyinggung pengalaman masa lalu yang selalu membuatnya menitikkan air mata. Ia tidak berusaha menghalangi rencana itu, dengan berkata: "saya tahu, cara saya berpikir tidak sejauh cara berpikirmu sekarang, tapi kau harus tetap hati-hati..." Ia seakan ingin menegaskan, ia hanya lulusan SMP sementara anaknya ini bisa lulus S1. Hatiku meringis mendengarnya.

Tiba-tiba saja aku mengingat semua dosa-dosa masa lalu, hingga akhirnya sadar aku belum melakukan apa-apa yang mampu membahagiakannya, yang membuatnya tersenyum jika ia menyinggung namaku di depan kerabatnya. Tiba-tiba aku menjadi anak durhaka yang sombong melangkah tanpa meminta persetujuannya.

Ia mengucapkannya dengan terbata-bata dan pada nada suaranya yang lain ia merendahkan volume pada saat bertanya apakah aku akan melanjutkan sekolah lagi. Mataku memerah dan tidak sanggup lagi membendung rasa bersalah yang membuncah menjadi tetesan-tetesan kecil bergelantungan pada bulu-bulu mata.

Aku tidak pernah bermaksud melecehkan posisinya, aku hanya ingin membuatnya bangga. Ia salah ketika mengutuki dirinya tidak bisa lebih dari sekarang. Padahal apa yang kuraih hari ini adalah karena dirinya. Bukankah seorang guru yang berhasil adalah ketika muridnya lebih baik dari sang guru. Jika aku bisa sampai pada titik ini, adalah karena didikan dan nafkah yang ia peroleh dengan membanting tulang dan memerah keringat tiap hari, karena kecintaannya yang sering aku salah mengerti, karena kasih sayangnya yang tidak pernah bekerja menurut caraku. Dan aku akan selalu bangga padanya.

Dua malam yang lalu, aku membaca Surah Al Kafirun di rakaat pertama setelah Fatihah. Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang melebihi suara berbisikku membaca ayat-ayat. Itu suaranya, ketika membaca surah itu yang selalu ia lafalkan setelah fatihah di rakaat pertama shalat Magrib. Dulu waktu kecil aku sering menjadi makmum di belakangnya. Betapa dekatnya ingatan tentang ia dan surah itu.

Dan dalam doaku yang singkat malam itu, aku mengucapkan kalimat yang dulu ia ajarkan padaku kala bermain-main sebelum ia berangkat bekerja, menempuh jarak 20 kilo dengan motor Yamaha tangki merahnya. Rabbighfirlii wa liwaali daiya warhamhumaa kamaa rabbayaaani shaghiraa...

21 July 2010

Earthquake

"...Agni, kini kau tahu bagaimana rasanya lupa. Itu yang sedang kau lakukan padaku. Aku merasakan diri ini perlahan-lahan terkelupas dari dinding ingatanmu. Aku harus apa? Kadang aku merasa ada yang tidak beres dengan tatanan waktu. Ternyata masih banyak hal yang tidak bisa dikompromikan dengannya. Ia terasa begitu cepat namun terlalu sering ada masa yang tidak tepat. waktu tidak benar-benar berlari. Ada cinta dan benci yang datang terlambat. Tapi bukan tugas kita menyalahkan. Sekali-kali kasihanlah padanya. ia adalah makhluk yang paling tidak dipahami di dunia ini.

Tidak seharusnya menyesalkan apa yang sudah berlalu. Seperti sebuah tanya yang pernah kusodorkan: apakah kau bahagia? aku telah berani merendahkan kuasa waktu menjungkirbalikkan kehendak hati. harusnya aku beriman pada nasihat yang turut serta dalam perjalanan doa memanjati langit. pada akhirnya aku mengalah, waktu telah menjelma menjadi lem perekat paling mujarab bagi retakan hati oleh gempa emosi, yang getarkan lempengan rapuh jiwa manusia. Retakan itu telah sembuh, tapi tidak mungkin lagi melangkah di permukaan.

aku sudah bahagia memiliki rasa kehilangan ini sejak lama, Agni. Janganlah kau bawa pergi juga bersamamu. Biar itu jadi punyaku, satu-satunya yang tersisa darimu. Tidak akan kutukar dengan segala bentuk hadirmu. Aku lebih bahagia dan aku yakin, kini kau tahu rasanya bahagia tanpaku. Semoga ini jawab yang kau tunggu...(Siloh)"

cerita pendek di 20.07.10