10 February 2011

Bianglala (bab tengah)


Tidak ada yang peduli saat bulan terbit atau tenggelam, sebagian orang menganggapnya biasa-biasa saja. Dan perlahan aku pun menyadari aku seperti bulan itu, tidak penting.

Aku mencintai orang yang salah. Di film-film, mereka menyebut ini sebagai bentuk cinta yang paling kejam. Lelaki yang tidak sanggup mengucap selamat tinggal hanya karena tidak ingin dianggap buruk. Tahukah dia, bahkan Tuhan pun memberi peluang pada kita untuk berbohong. Jika Ia menginginkan para hamba jujur, mengapa ada rahasia di dunia ini. Bahkan kebaikan pun bisa menyebabkan kejahatan yang mahabesar. Mungkin karena itu Tuhan menyembunyikan hati di balik tubuh manusia. Tidak mengetahui sesuatu yang sebenarnya bisa membuatmu lebih tenang. Ingin kucongkel keluar hatinya, tapi bagaimana ia akan merasakan cinta orang-orang yang mengasihinya? Ingin sekali aku melihat sorot matanya saat itu supaya bisa kulihat caranya merangkai kebohongan.

Hujan tidak pernah datang dan pergi diam-diam, tidak seperti salju di negeri-negeri utara yang sering dia ceritakan, yang langitnya sudah begitu ramai hingga kita sudah tidak bisa membedakan bintang dengan pesawat yang kebetulan berlalu. Kau tahu kepergian terburuk adalah tanpa pamit. Selama itu aku berusaha baik, menghormati ingatan tentangnya dengan tidak memaksa memberi jawab yang memang tidak pernah berani kutanyakan. Aku mencarinya sendiri, tanganku sampai berdarah-darah mengeruk-ngeruk waktu yang menyimpan semua jawab yang kumau. aku tidak punya peta kecuali keheningan yang ia tinggal hingga membuat waktu berjalan sangat lamban. dan Dalam setahun ini, aku sudah bisa membedakan dan hapal mana hujan yang datang sejenak, mana yang akan bertahan 2 hingga 3 hari, dan kapan hujan yang terputus-putus, reda sejenak, seperti orang yang sedang menangis, diam tiba-tiba hujan lagi.

Sejak kecil aku dibuat percaya, bahwa bahkan daun tidak akan jatuh tanpa izinNya. Dan ada yang bilang jika engkau menganggap hidupmu adalah tragedi dan musibah, maka Tuhan akan memberi ganjaran akan kesabaranmu di kehidupan selanjutnya. Engkau akan menjadi orang yang tertawa memandang mereka yang selalu kau cemburui di dunia karena selalu meraih apa yang mereka mau, ujung-ujungnya tidak mendapatkan apa-apa. Kata ibuku, mereka tidak bisa menuntut apa yang sudah Tuhan berikan.

Beberapa orang percaya hidup bisa ditaklukkan, yang lain mendapat peran sebagai penunggu. Aku ingin melupakannya, bahkan rasa kehilangan itupun aku mau lupa. Ingatan kadang bisa menjelma menjadi bumerang*. Kau melemparnya sekuat tenaga sejauh mungkin, namun pada akhirnya pasti akan kembali ke arahmu. Ingatan tentangnya tidak sampai berlembar-lembar, namun ketika dihantamkan ke wajahku, itu sangat menyakitkan. Sayangnya saat itu tidak ada cermin tepat di hadapanku sehingga aku bisa sejenak lupa sakit, menertawai kepura-puraan yang setia menghuni wajahku.

*sebuah dialog dalam film Little Black Book starring Brittany Murphy

No comments: