10 February 2011

Kembang Api di Malam Natal

25 Des 2010, 00.25

Malam yang sepi. Di kawasan pemukiman mahasiswa ini, terasa sangat sunyi. Natal kali ini jatuh pada hari sabtu. libur ditetapkan jatuh pada hari jumat. Jadi sebuah akhir pekan yang panjang. Mungkin inilah yang menyebabkan malam ini terasa sunyi. Ditambah lagi lokasi kawasan pondokan yang jauh dari pusat keramaian kota Makassar. Sesekali saja terdengar dentuman kembang api yang kira-kira berasal dari langit timur.

Sebentar lagi akhir tahun dan dua digit terakhir akan berganti. Kembang api itu selalu mengingatkan saya pada desember tiga tahun lalu. Saat itu saya terserang tipes. Secara medik penyebabnya adalah semacam virus atau bakteri yang selanjutnya melemahkan daya tahan tubuh. Tapi saya lebih percaya saya jatuh sakit karena pikiran-pikiran buruk yang berkecamuk dalam benak . Saya harus pulang ke bone berobat hingga sembuh selama dua pekan lamanya.

Belum pulih benar, saya memaksakan diri kembali ke kota yang kini mulai sulit kutinggalkan, Makassar. Saya rindu berkumpul dengan teman-teman. Ibu yang khawatir dengan kondisi saya yang masih kesulitan berjalan menemani saya pulang ke Makassar. Di kamar sempit nan dingin ketika malam hari, saya dan ibu terlelap bersama di malam-malam akhir desember.

Hingga pergantian tahun pun terjadi, petasan dan kembang api silih berganti menyisipkan riuh bergemuruh di udara. Di tiap sudut langit menyala sepersekian detik. Ibu tidak bisa lelap oleh suara-suara kemeriahan itu. Kami berdua akhirnya memutuskan keluar dari kamar dan mencari buncah-buncah cahaya kembang api itu berasal, menikmatinya beberapa saat lalu kembali ke peraduan, tidur melantai di kamar yang telah kuhuni selama dua tahun ketika itu.

Saya sedang merindukan ibu saat menyusun postingan ini. Ingin menelpon tapi selalu ada ragu. Kadang saya malu karena masih juga bergantung padanya, meski dalam hatinya ibu juga bahagia masih bisa membiayai anak perempuan satu-satunya ini. Kembang api itu meledak lagi di udara memecah sunyi, memecahkan kerinduan hingga berkeping-keping, berserakan di lantai yang dingin. Dan tak sengaja kutemukan kepingan kerinduan yang entah tertuju untuk siapa, di malam ini…

2 comments:

darmawati alimuddin said...

aku tahu kerinduan itu untukku...hehehehe

Emma said...

hehehe...bella oh bella...