Jika bukan karena status mahasiswa, mungkin saya tidak akan pernah menginjak tanah Malino. Zaman-zaman SMP/SMA saya hanya bisa mendengar cerita teman-teman tentang pengalaman mereka di sana. Mau sekali ke sana, apalagi seorang teman duduk di SMP mengajak saya untuk melanjutkan sekolah ke salah satu sekolah favorit SMA 2 Tinggimoncong yang kami lebih kenal dengan nama SMA 2 Malino.
Saya sudah meneguhkan niat mengikuti segala proses untuk bisa sampai ke sana. Tapi takdir berkata lain. Tepat di tahun saya akan masuk SMA, kakak saya yang paling tua harus menjalani takdirnya di Saitama dan kakak kedua saya juga harus melanjutkan sekolah di kampus UH. Kata ibu, saya harus 'mengalah' dulu T_T
Kesempatan pertama saya dapat ketika saya dan teman-teman menjalani final ekskul Do Gojukai di semester I (januari 2005). Saya tidak tahu di antara rombongan tiga bus, mungkinkah saya satu-satunya yang belum pernah ke Malino. Tapi saya bahagia. Pertama kali ke sana, saya sudah mengikrarkan diri untuk selalu kembali. Dan itu memang terjadi lagi. Tepatnya ketika adik junior saya di kosmik (2005 dan 2006) mengadakan Bina Akrab. Dua kali, dan saya selalu ikut.
Entah magnet apa yang rasanya selalu menarik kaki-kaki ini menjejaki tanah Malino. Terakhir kali saya ke sana pada bulan April tahun ini saat menghadiri akikah putra pertama Ka Ishak. Saya merasakan kebahagian tersendiri melihat jalan yang berkabut hingga sulit dilalui kendaraan, heran dengan teh hangat yang tiba-tiba dingin karena suhu udara, pada pemandangan yang sangat menyejukkan mata. Berada di sana seperti berada di dimensi lain. Saya cinta pada keheningan, kesejukan, nuansa hijau, kemurnian udara, pada bunga mawar 'asli' yang tumbuh di tepi jalan, pada sinar matahari di sore hari setelah hujan, pada ketinggiannya di mana saya bisa membiarkan rasa bimbang melayang.
Saya selalu ingin kembali ke sana...
2 comments:
saya malah berikrar bkalan punya 1 villa dsna :)
wah, nanti saya akan jadi pelanggan tetap dwi :))
Post a Comment