4 September 2010

Denting


Aku sengaja menutup wajah dengan kedua tangan, mungkinkah ia mengenali hanya dengan melihat raut tubuh yang dibungkus kain pemberiannya. Ia menarik kedua tangan itu lalu merangkulku hati-hati. Ada yang salah, baju pengantin dari kain satin itu sangat mengganggu, licin. Dan masih dalam pelukan itu telingaku mendengar anting panjang menjuntai yang ia kenakan berdentang sekian kali. Merdu ditambah bebunyian hiasan-hiasan lain, kalung, gelang, dan hiasan rambut. Mudah sekali mengenali suara perhiasan pengantin yang saling beradu.

Sepuluh tahun lalu aku bertemu dengannya. Dipertemukan di sebuah ajang pencarian siswa SMP berprestasi, kami mewakili sekolah masing-masing. Ia duduk di bangku paling depan sementara aku di belakang. Ia selalu mengatakan saat itu aku sangat cantik dengan rambut wavy-ku, sambil memainkan jari mengikuti pola spiral. Ah dia bohong, dia yang paling cantik di kelas itu.

Saat itu ia pasti tidak menyangka akan menikah sepuluh tahun ke depan. Dan saya ada di hari bahagia itu, apalagi bertindak sebagai anggota persekutuan pembawa cincin, cincin seukuran jari tengahku hadiah pernikahan untuknya.

*dan sebulan lalu aku menulis ini tapi baru bisa diposting :) Maaf telat Dwi

No comments: