21 May 2015




Ka Ome,

Last night was a blast for Were and me, or maybe the rest of us which were mostly freshmen in Kosmik. There were two things made me happy and feeling worthwhile, after such a worst day in office. When Were told me that sort of "last minutes persons, who will always be there in any circumstances" and when Ridho laughed as I told him I didn’t pass the scholarship twice. Then he said that maybe my essay were too good. Hahaha. 

I was about to text you how bad my days around. But my psychic instinct told me that you'd probably texted back me like "it's okay Emma, you still have your mom to talk to." I'm so sorry for your big loss, and for brought this up. I know I shouldn't have. But maybe this could remind me to be more thankful rather than whining. I hope so and I hope you'd never read this.

Emma

19 May 2015

Freon AC ruangan divisi Marketing rusak. Akibatnya saya jadi malas ngapa-ngapain padahal hari ini rencananya semua to do list bisa selesai. Sesekali saya kabur ke ruang meeting atau ke pantry ngadem. I'm clueless. Minggu ini mestinya saya dan tim ke Parepare untuk acara kantor. Meski sebenarnya kondisi jiwa tidak saya persiapkan ke mana-mana minggu ini.

I'm tuning to Muse Live at Montreux Jazz just to let go the heat. Streamingnya via handphone, ya ampiun. Berangkat dari keheranan Imel dengan paket dataku yang tidak habis-habis dari tiga bulan lalu, akhirnya saya berniat 'menghabiskan' dengan streaming konser jadulnya Muse. Yeah, namanya juga manusia pecinta jadul. Konsernya indoor, penonton tidak sampai ribuan, tapi jaminannya adalah lagu-lagu andalan dari Origin of Symmetry (OOS). Surely, saya lebih suka OOS dan B-Side nya Hoolabaloo, dari semua album Muse. Lebih dark, lebih hancur, lebih putus asa, efek dengar tengah malamnya juga lebih terasa, oh please.

I know this is not good for my health, that kind of Citizen Erased thing. Outro-nya itu selalu bikin merinding. And I always think people will remember me when this song pop up sometimes in the future. Kemarin sempat sms Kak Rahe, tanya lagu apa yang akan mengingatkannya pada saya. Hahahah, such a bad idea. For your record, Kak Rahe adalah kakak kesayangan kami di Kosmik, yang suka memutarkan lagu tertentu setiap saya dan teman-teman kuliah mengerjakan tugas di warnet nya di depan Unhas.

Misalnya Nothing Last Forever nya Maroon 5 itu punya Were, Fix You nya Coldplay punya Echy, dsb. Saya? Lewat sms, Kak Rahe menjawab: Jangan Datang Malam Ini nya Padi. Hahahah, ini karena waktu jaman-jaman itu saya sering menginap di kosan Dwi di Telaga Safar, tidak jauh dari warnet. Pernah sehari tercetus dari mulut Dwi sambil becanda kalau dia tidak ingin saya ke kosannya. Kak Rahe yang kadang datang usilnya, akhirnya menasbihkan lagu ini lagu yang menggambarkan diri saya seutuhnya. Oh I miss you Kak Rahe...

 Anyhow, jika saya bisa memutar waktu, saya ingin menjadi penonton yang ada di konser Montreux ini. Muse's early days, young and rage, playing my rarely played midnight songs, using simplest instruments. Citizen Erased, Hypermusic, Sunburn, Space Dementia, Dead Star. I just hope that someday there will be an anniversary gig. 20 Tahun Origin of Symmetry maybe. Still years to come but lets just hope :D


 Mused,

Emma

16 April 2015

Iqko,

Tadi malam saya nonton How I Met Your Mother season 1 (finally, nemu juga). Episode Halloween. One of the best things about HIMYM, beside the plot itself, adalah soundtrack jelang akhir tiap episode. Guess whose song at that Halloween episode that almost made me cry? None other than Nadasurf, Inside of Love. Huaaa. It could have meant nothing kalo moment adegannya tidak tepat. But that's the beauty of it, adegannya pas. Goosebumped as the scene fade out.

Made me remember our college days hahaha. Melow deh. Setting serialnya 2005. Jadi masih fresh-fresh nya lagu itu ya. Mungkin nuansanya beda kalo nontonnya pas saat itu juga. But, as Ted believe in timing, last night maybe the perfect time for me to watch it.

Guess that's all I can share. Good luck with your paper.


Emma

Tiba-tiba ingin posting tentang kardus. Hmmm...

Bagi perantau, kardus memegang peranan penting dalam menyangga kehidupan selama jauh dari kampung halaman. Entah sebagai tempat cemilan buatan mama dan hasil bumi lainnya sebagai bekal selama berada di tempat baru. Selama tinggal di Makassar, saat kuliah, hampir setiap pulang dari Bone ke Makassar, mama mencarikan kardus. Selalu saja ada yang beliau ingin saya bawa. Dari keripik pisang, tape ketan hitam, rambutan, pizza buatan kakakku, sukun, atau lauk kesukaan adikku. Kadang saat saya bersikeras untuk tidak membawa apa-apa, beliau cuma bilang "ya, kasih ke teman-teman kantor atau teman kos". Truly, teman-teman di kantor selalu bersemangat kalau saya bilang mau ke Bone.  

Tapi ada satu kisah mengharukan bagi saya sehubungan dengan kardus. Dua semester awal kuliah, saya dan kakakku tinggal di rumah keluarga mama di bilangan Daya. Di rumah itu saya menempati kamar yang sangat layak. Spring bed, jendela (tidak bisa tinggal di kamar yg tidak ada jendelanya), dan lemari besar tiga pintu vertikal. Masalahnya, ketiga pintu lemari itu terkunci. There I was, dengan pakaian di tas, dan ransum dari Bone.

Menjalani kuliah dari hari ke hari, peralatan sedikit demi sedikit juga bertambah. Hingga akhirnya tas pakaian tidak muat lagi. Karena segan meminta kunci pada pemilik rumah, jadilah kardus tempat oleh-oleh dari Bone menjelma tempat baju, berdampingan dengan kardus lain yang jadi tempat buku-buku dan peralatan kuliah. Hiks. Kalo ingat masa-masa itu, miris saja. Entah karena orang rumah yang tidak memberikan kunci salah satu lemari atau karena 'kemalasan' saya meminta kunci. Heuheuheu...

But it was such a long ago. Di kos sekarang juga menyediakan satu lemari besar di tiap kamar :D Dan rumah di Daya? Saya meninggalkan rumah penuh kenangan itu tepat setelah Ramadhan 2005 untuk selanjutnya memulai hidup sebagai anak kos hingga hari ini.

14 April 2015

Must admit that the past two weeks I spent watching How I Met Your Mother series. Yeah, semacam telat banget karena serial ini sebenarnya sudah tamat tepat setahun lalu. Saat itu nontonnya cuma sepotong-sepotong, di rumah Were kalo kebetulan saya nginap di sana. Pertama kali nonton langsung jatuh cintanya sama karakter Robin Scherbatsky (yes, yg quote nya jadi header blog ini). Cantiknya itu lho, semacam dewi-dewi Yunani yang turun ke bumi. Tahun lalu, saya ingat, tepat hari Paskah juga, saya dan Eby nonton maraton di Star Movie special Easter Day.

Barulah awal bulan ini, saya meniatkan menonton dari season pertama sampai terakhir. Sayangnya, tempat langganan dvd belum punya season satu, jadi saya lompat ke season 7, 6, 5. Hahahah. Pilihan tepat karena menurut saya, di sanalah puncak semua konflik (jka bisa dikatakan demikian, karena saya merasa gang itu lebih fun dengan masalah-masalah mereka). Season 2,3,4 juga sudah selesai (Gee, selamat datang insomnia).

Dan belum pernah saya selalu ingin cepat pulang dari kantor menyelesaikan episode demi episode. Pulang dari Palopo kemarin saya bela-bela balik ke kantor dulu ambil laptop biar bs nonton hahahhah.

What makes me love them? Plot penuh kejutan, ya. Karakter kuat, ya. Dialog jauh dari preaching, ya. Konflik tidak cheesy, ya. Sisi terbodoh yang bisa dilakukan seseorang demi meraih apa yang diinginkan, ya. Robin, ya. Ted Mosby? Ya ya. Changed my life? No better answer than: 100 percent.

Why Robin? Karena doski finally bisa move on *waduh
Why Ted? Karena doski tidak bisa bedakan fisik dan emosionalnya, sometimes makes him look so stupid... just like Emma, which is me by the way *lari ke pojokan
Over all, dari semua karakter, sebenarnya yang paling kuat adalah Barney. Saya jamin tanpa karakter womanizer dan dramatisasinya itu, serial ini akan biasa-biasa saja.

Well, itu saja dulu yang bisa saya share saat ini. Masih ada tiga season (1,8,9). Ini nontonnya harus pelan-pelan. I mean, what am I gonna do with my life kalo sudah nonton season finale nya huaaaa *ala2 Barney*

See you soon,
Emma

6 April 2015


Thank you... thank you...

13 March 2015

Iqko,

Apa kabarmu? Saya menulis ini saat sedang break Shalat Jumat. Semuanya keluar kecuali saya. You know, insecure issue :D I'm listening to Showbiz and Sunburnt from Muse's very first record. Those early days, waktu pertama pertama dengar dan jatuh cinta sama Matt Bellamy sampai hari ini. Yes, #Psycho sudah rilis tadi malam, nda sampai ronda timeline Twitter. Tapi pagi pas di pete-pete baru sempat dengar.

Mmm... Klo dari riff nya sebenarnya itu bahan mentah dari tahun 1999. So it was quite familiar. Im just happy they're back. Some kind of, like the new air, you got reason to live again hahahha. Pity me, jadwal tur Eropa mereka padat tahun ini. Semoga singgah di Stockholm ya. Supposed to be there but, mungkin pada waktu yang lain.

By the way, I'm alright. Bagian low point nya sudah lewat. Mom called and she has been the strongest pillar in my life. I will keep seeking. Another road maybe, that every road will meet in the end. Dwi beberapa hari lalu DM loker yang sangat tempting :D worth a try, to see how far we can push the limit.

Happy Spring dear!
Love always,


Emma