30 July 2014

Dear Dwi,


Apa kabarmu, pasti sedih tidak berlebaran di rumah. But like you always said, hal besar menuntut pengorbanan yang besar. Trust me, we miss you and wishing you were here.

Aku ingin berbagi apa yang kupahami tentang frase ini: What If

Aku lupa ada di dialog film mana. Dalam film itu, sang narator bercerita dalam sebuah surat kepada temannya. Kurang lebih seperti ini:

"'What' dan 'if' adalah dua kata yang berbeda dengan makna yang berbeda. Namun ketika disandingkan, maka lihatlah kekuatan yang dihasilkannya."

Did you know Dwi, saat Wright bersaudara presentasi proposal proyek pesawat terbang pertama mereka, hadirin lebih banyak mencemooh dan menertawakan ide yang kala itu dianggap gila. Namun kebesaran hati dan cita-cita Wright bersaudara, mereka hanya menanggapi dengan kalimat: what if... what if we can really fly? And we all now have seen how far they brought people. 

Di sebuah kesempatan lain, aku pernah menyaksikan salah satu episode How I Met Your Mother, waktu Ted flashback ke masa sekolah awal pertemuan mereka. Ted meminta foto bersama Marshall dan pacar Marshall, Lily. Lily menolak, khawatir hubungan mereka tidak akan bertahan lama dan foto itu hanya akan menjadi lelucon di masa depan. 

But Ted is the nice man, he said, what if he is your future husband. Dan itulah yang memang terjadi. Marshall menjadi pasangan seumur hidup Lily. 

"What if" is a dangerous phrase. It means hope and power. And hope is a dangerous thing too, remember?

One day, if I started questioning and doubt, I wish you would say 'what if' for the other way round. 

Yes, still miss u,


Emma 

No comments: