Penghujung Ramadhan...
Sebelumnya saya pernah meminta Meike agar ia menemaniku
belanja oleh2 buat hadiah Lebaran orang-orang di rumah. Kami sengaja ‘telat’ ke
gerai baju demi harapan jumlah pengunjung akan berkurang dan kami bisa leluasa.
But that remained a myth. Matahari tempat kami keliling masih penuh sampai jam
22.30.
Kami memilih yang kami sanggup beli dan sesuai harapan. Baju
koko buat adek Ilham dan bapak dan kebaya hitam buat mama.
whom you can talk about almost anything |
Meike mengajakku singgah ke kantor revi.us sebelum kami
balik untuk ber-sky is the limit di kosan di Toddopuli. FYI, revius aadalah
situs ‘citizen journalism’ yang dikelola oleh sahabat baikku di kampus, Abe.
Lokasinya di jalan Adhyaksa, jadi kami memilih berjalan kaki cantik. Maunya
bawa donat tapi semua gerai baking sudah tutup.
Awalnya kami cuma ingin singgah. Say hi ke Abe, Jooem, atau
Echa then leave. But… Karena lamanya tidak bersua dengan Abe dan Nunu, kami
tinggal sampai sahur. Pesan panas special minus coke yang saya ganti dengan
lemon tea. Hardly drinking coke and its friends. It was fun. We had talk in a
small living room yang dibatasi oleh tiga bidang sofa merah. Dari komputer
terputar soundtrack film The Secret Life of Walter Mitty, menebak adegan-adegan
pas lagu itu. Abe complained karena tidak nonton via teater dan saya membuatnya
cemburu karena saya dapat waktu masih tayang di TO.
Dan dari situlah semua percakapan tengah malam dimulai.Kali
ini saya harus mengakui Meike dan Abe sebagai juara insomnia. Jam setengah
empat saya sudah tepar, meringkuk di sofa. Yes, I love sleeping on the sofa.
Samar-samar saya bisa mendengar percakapan mereka. Abe sempat bertanya mau
lullaby apa, yang dengan mantap kujawab “Absolution” nya Muse.
I must have been sleeping while the record was on, cause the
moment I was awake, it was Thought of a dying atheist in the air. Saya
benar-benar lelap dan terbangun jam 06.00 while they were still nowhere but in
the middle of the conversation (fiuuuhh, tahan bener) and saw a piece of
sunrise on Abe’s face (whew).
Kami pulang naik bentor, tidak terlalu jauh dari kosan. Saya
sudah berjanji pada Abe dan teman-teman mungkin akan sering-sering ke sana. By
the way juga, saya bisa menepati janji submit satu tulisan sebelum Lebaran.
Selengkapnya bisa dibaca di sini.
No comments:
Post a Comment