23 August 2014

Everything isn't always as it seems..
(Betty, Monalisa Smile)

Baru saja menjalani pekan yang paling melelahkan setelah bulan puasa. Meeting tiga hari berturut-turut, temani tamu makan siang dan makan malam, serta semua drama yang terselip di dalamnya. Drama paling membuat tremor saya kambuh dan nyaris tidak bisa bernapas, adalah saat bos besar sudah ada di lokasi meeting, sementara saya dan manajemen masih sementara makan huhuhuuhu. Tapi akhirnya terlewati juga, terima kasih untuk semua yang membuat pekan ini berlalu dengan baik.

Dalam sepeken ini juga, sempat tidak tidur dua malam. Semua demi menyelesaikan aplikasi, mengejar deadline yang sisa sepekan lagi, 1 September. Fiuuhh.. Semoga masih bisa terkejar.

Tadi malam saya berharap bisa terjaga lagi, niatnya tidur cepat biar bisa bangun tengah malam dan lanjut selesaikan aplikasi yang sisa sedikit lagi. Setel alarm, kasur tidak saya rapikan biar tidur tidak nyaman biar bisa bangun lagi maksudnya. Tapi kenyataan selalu berbicara lain, dan kali ini saya menyalahkan alarm handphone yang nyaris tidak sanggup membangunkankuuuuu aaaarrrgghhh... (mungkin saatnya kembali membelikan alarm tuaku baterai, yeah!)

Iqko sudah di Stockholm.. Envy him sometimes but, like Holy Man said, real friends won't be jealous. Gosh, padahal baru kemarin sempat-sempat ketemu di Lasinrang. He gave me Eleanor and Park, as he promised. A nice book, apalagi sekarang sedang cari buku-buku dengan tema serupa. Kemarin ketemu juga dengan Meike, sudah mau balik ke rutinitas kuliahnya di UGM. She promised me 'The Perks of Being A Wallflower'. Saya yakin bukunya lebih dalam menggambarkan watak tokoh-tokohnya. No, I dont blame the movie. The movie is another story yet still astonishing. Ngeliat lost nya Charlie bikin saya nangis, and when Sam hug Charlie waktu mendapat kabar bahagia, always the best part!!


Dan seperti kuot di film itu, friends leave but life doesn't stop for anybody. I miss my friends so much. Dua malam lalu, saya ke racing, rumah keduaku di Makassar. Niatnya mau main-main sama Miqa, eh keburu tidur. Tujuan saya ke racing, literally karena memang lagi lapaaaaar habis dari kantor malam-malam. And Echy, she's always be amazing (not to mention she's a tired mom). Untuk sebentar, saya menemaninya menidurkan Miqa, di kamarnya yang dulu sering kami jadikan seperti ruang BP di sekolah, tempat curhat. Sometimes I heard Dwi's decible laughters.

Things changed maybe, but the way Echy reading me remains the same. She doesn't have to hear the whole story but she always knew what I am exactly feeling just by looking at me.

Then I remember Dwi said, masa depan masih jauh, tapi yang tidak bisa ditunda adalah bahagia. Dan kebahagiaan yang saya perjuangkan malam itu terpenuhi juga, liat Miqa bobo, short talk with her mom, and of course, free dinner and a cup of coffee :D:D

Cheers,
Emma

No comments: