Hari jumat, 21 Januari 2011, dua jam sebelum pulang ke Bone, saya menyempatkan diri ke kampus mengembalikan atm ka riza yang sudah saya pinjam bersama dwi. Sampai di sana, tidak dinyana saya mendapat titipan barang dari salah seorang junior, Indra Mahaputra. Sekeping CD The Resistance, karya musisi favorit saya MUSE. Ia memang sudah janji sebelumnya, tapi saat itu saya mengira compact disc yang akan dikasi hanya berisi single Undisclosed Desire. Ternyata satu album, Alhamdulillah…
Saya senang sekali akhirnya bisa punya sendiri. Album terakhir band asal Devon, Inggris ini rilis September 2009. Disc Tarra Makassar sendiri baru memajang album ini di galeri mereka sebulan setelahnya. Dan saat itu saya hanya bisa menyentuh tanpa membeli, hehe… Thanks Indra :)
Saya senang sekali akhirnya bisa punya sendiri. Album terakhir band asal Devon, Inggris ini rilis September 2009. Disc Tarra Makassar sendiri baru memajang album ini di galeri mereka sebulan setelahnya. Dan saat itu saya hanya bisa menyentuh tanpa membeli, hehe… Thanks Indra :)
Kegemaran saya mendengarkan lagu-lagu mereka sudah saya tulis di sini. Ada banyak alasan untuk menyukai sesuatu, ada juga karena merasa memiliki kesamaan, ada karena rasa kagum, ada karena ingin terlihat keren, dan ada pula yang semata karena kejadian monumental. Mungkin saya karena dua alasan terakhir, hehe. Selain ingin terlihat keren saat itu, saya menyukai lagu-lagu mereka karena pernah ‘membantu’ saya melewati masa-masa sulit ketika harus meninggalkan rumah tumpangan di kawasan Daya menuju tempat baru di kawasan kosan terbesar di kampus Unhas, jalan Sahabat (sebenarnya di jalan Sejati, tapi karena mahasiswa lebih aware jika menyebut jalan sahabat).
Mungkin sudah banyak yang tahu jika lirik-lirik dalam album The Resistance ini banyak terinspirasi oleh novel 1984 karya penulis asal Inggris George Orwell. Ini bisa dilihat pada lagu Uprising, The Resistance, Unnatural Selection, dan MK Ultra yang berisi protes terhadap penguasa. Lagu United States of Eurasia merupakan ‘ramalan’ Matthew setelah ia membaca buku The Grand Chessboard karya Zbigniew Brzezinski. Namun album ini tidak melulu soal politik, tema romansa gombal juga bisa didengar pada lagu Undisclosed Desire dan To You I belong yang terinspirasi pada kisah klasik Samson dan Delilah.
Pada lagu Guiding Light, kita bisa melihat sisi spiritual dan ‘kejatuhan’ matthew bellamy, sang atheis yang mencari cahaya penuntun. Lalu puncak sekaligus tema yang digambarkan sampul album ini terletak pada trilogy Exogenesis (Overture, Cross-Polination, Redemption). Pesan yang ingin disampaikan pada ketiga lagu ini adalah, mungkinkah hijrah dari bumi yang mulai padat dan telah dipenuhi kerusakan di mana-mana? Namun yang ingin disampaikan oleh Matthew dkk lewat album ini adalah manusia bisa resist, bertahan dengan cinta di hati mereka. Matthew juga mengakui pemikirannya ini banyak dipengaruhi oleh Mahatma Gandhi.
Dari 11 lagu itu saya menjagokan Exogenesis part II (Cross-Polination). Spread our codes to the stars, you must rescue us all… Tell us, what is your final wish, now you know we could never return…. Percayalah, pernah dalam hidup saya merasa pesimis pada Tuhan, menghujat, dan memikirkan untuk pindah planet saja, astagfirullah.
Jika tiga album pertama mereka banyak berkisah tentang kondisi psikologis manusia, maka dua album terakhir, Muse banyak beralih ke tema-tema politis. Dan tampaknya The Resistance adalah penanda akhir bagi tema sejenis itu karena kabarnya sejak menjalin hubungan dengan Kate Hudson (kok jadi gossip), sang mastermind Matthew berniat ‘menurunkan’ level lirik mereka menjadi lebih ringan dan romantic. Duh siapa mau lawan orang yang sedang jatuh cinta.
No comments:
Post a Comment