24 November 2010

Ritual

Jam menunjukkan jam 00.38. tanggal 23 november sudah berlalu menuju 24. Ya itulah sebenarnya akumulasi tahun usiaku, bergulir detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari, bulan demi bulan, dst. Sejak sepuluh tahun terakhir saya punya ritual sendiri jika menjelang hari kelahiran. Sejak 23 november di 1999, saya rutin menuliskan kisah yang saya alami selama setahun terakhir. Ya, semacam flash back, napak tilas kejadian yang paling membekas dalam kehidupan saya. Hingga tahun 2009 kemarin saya sudah mengoleksi 11 tulisan, sebuah refleksi.

Masing-masing tulisan punya kisah sendiri, entah saya alamatkan untuk diri sendiri, untuk sahabat, untuk pacar, atau bahkan kepada pangeran-pangeran platonis yang teramat jauh terasa. ada saat-saat di mana seseorang merasa idola bisa menyelamatkan hidup. Haha, iya saya mengimani kalimat ini. Idola adalah seseorang yang kita sangka sangat kita kenali dengan baik. tapi apakah mereka tahu? Ironinya inilah yang membuat saya terkadang sangat percaya diri mengalamatkan curahan hati saya kepada mereka, hehe. Itu yang terjadi waktu saya masih smp dan sma.

Koleksi itu masih tersimpan rapi, sesuai dengan urutan tahunnya. Tapi ada satu yang rasanya mengganjal, saya tidak berhasil menemukan catatan saya di tahun 2007. Saya sudah cari ke mana-mana tapi nihil. Saya juga sudah mencoba mengumpul kejadian memorable di momen hari jadi itu, tapi bagian ingatan itu sepertinya terhapus. Catatan harian pun tidak ada jadi saya tidak bisa melacak sama sekali. Ya sudahlah…

Ini adalah catatan ke-12. Jika saya membaca catatan-catatan kemarin, rasanya aneh, senyum-senyum sendiri, tertawa sendiri, dan tidak menduga pada usia tertentu saya sudah bisa lebih bijak dan lebih optimis dari kondisi saya hari ini. itulah salah satu kekuatan tulisan, bisa meluruskan ingatan yang kusut, mencari inspirasi, mencari bagian diri lain yang bisa saling menguatkan.

Apa yang bisa saya ceritakan kali ini? saya tidak ingin menceritakan rasa pesimis yang kerap melanda, ketakutan tidak beralasan, penyakit jiwa yang tidak kunjung sembuh. Tidak ada orang yang ingin terus terjatuh dan orang tidak suka cerita yang memupus harapan. Saya hanya ingin berbagi harapan, berbagi doa, berbagi kekuatan.

Pada akhirnya saya sadar, kehadiran seseorang di dunia adalah Tuhan ingin mengenalkan diriNya pada ciptaanNya. Dulu saya sering menyalahkan keberadaan saya di salah satu episode hidup ini. saya adalah peragu paling hebat di dunia.

Saya ingin meyakini hal ini: segala sesuatu pasti terjadi karena izinNya. Segala sesuatu pasti telah melalui gatekeeping Tuhan. Tidak ada yang sia-sia dengan ciptaanNya. Masih sulit bagi saya untuk yakin dan terkadang membuat saya tersiksa. Padahal Tuhan selalu hadir pada hal-hal yang sederhana.

24 warsa. Memori otak makin makan banyak ruang. Ingatan makin mengembang memberi tekanan ke rongga terdalam kepala. Konsekuensinya paling saya tidak sukai, saya akan terlalu banyak mengenang dan selalu ada sekelumit sesal terselip di antaranya. Itulah tidak enaknya menjadi dewasa (atau mungkin lebih tepatnya: menjadi tua).

Saya ingin berterima kasih kepada teman-teman saya, kepada siapapun yang telah mencoretkan kisahnya di dinding kehidupan 24 tahun ini. percayalah, momen kerinduan terbesar saya kepada teman-teman setelah lebaran adalah ketika saya berulang tahun. Tanpa mereka saya tidak akan menemukan bentuk. Seperti yang selalu saya katakana, teman adalah arsitektur terbaik, cheerleaders paling setia saling mendukung. Teman adalah prisma yang meneruskan terang dan kilau putih matahari menjadi wewarna yang indah untuk dipandang...

Dan dalam doaku, kusisipkan kalian juga:

Ya Allah, perlakukanlah kami dengan baik di sisa umur kami, seperti yang telah Kau lakukan pada umur kami sebelumnya...

No comments: