22 February 2010

Desensitization

Sengkang, 22 Februari 10

Hampir dua bulan berada di kampung orang lain, bikin aku berpikir banyak hal, walau pada akhirnya aku memutuskan tidak berpikir dulu sementara (absurd mode on). Pikiran Pertama, otak juga ternyata bisa mengalami kelebihan muatan alias overloaded. Meletihkan karena memikirkan banyak hal, reaksi berlebihan, dan kecemasan yang sebenarnya tidak perlu. Aku kini sudah tiba pada kondisi tidak mau peduli dengan ketakutan dan kecemasan itu. Dan aku sangat bersyukur dengan kondisi ini.

Pikiran kedua, berangkat dari pikiran pertama, aku rasa aku butuh terapi desensitization. (Sebenarnya terapi ini untuk menetralisir ketakutan dan kecemasan orang yang mempunyai fobia tertentu). Karena di sini tidak ada psikolog, mau tidak mau aku harus melatihnya sendiri, dan...ala kadarnya, sebisa yang kumampu. Ya, memang, sepertinya aku butuh itu. Ada yang bilang aku mengidap penyakit mental bernama Anxiety Disorder, kecemasan berlebihan. Kejanggalan ini sudah menahan ribuan langkah yang mestinya sudah jalani sedari dulu, serta memaksaku menolak banyak kesempatan.

Tuhan, aku hanya ingin sembuh, aku hanya ingin bisa mengawali hariku tanpa mengeluh lagi.

3 comments:

Andis Mahmud said...

saya juga sepertinya mengalami hal yang sama.
suka cemas secara berlebihan.

Emma said...

ada saran mengenai terapi nya? asal jangan pake gancu nah yang kayak di smiley itu, heheheh

hendra chandra bhone said...

@ andis & emman :saran ak sih yaaa percaya, yakin, dan konsisten pada diri sendiri,serta membiasakan untuk tidak mengharapkan sesuatu sebelum ada kepastian dan 1 lagi semoga cepat sembuh dari sakit anehnya hehehehehhe pissss........n 2 kata buat andis salam kenal bye bye and see you next time.