Rambut dan perempuan... siapa yang mau memisahkannya? Bagi sebagian besar kalangan perempuan, rambut bisa jadi lebih penting daripada makan, lebih penting dari hujan, apa pun yang merusak rambut akan mendapat kecaman.
Seperti yang terjadi pada teman saya beberapa hari yang lalu. Rambutnya baru saja ia catok, kan tidak boleh kena air tuh kalau habis catok. Namun karena di Makassar sedang hujan berat, rambutnya terpaksa kena cipratan air dalam takaran yang tidak sedikit. Ia jadi kesal luar biasa hingga salah sasaran menumpahkan amarah, ke pacarnya, hehehe...
Ada juga pengalaman waktu SMA, salah seorang teman saya tidak hadir di sekolah gara-gara tampilan rambutnya sedang tidak bagus. Memang aneh sih kalau sampai tidak ke sekolah. Tapi seperti itulah kira-kira peran rambut dalam mempengaruhi kondisi parameter emosi perempuan. Apapun akan dilakukan demi menjaga kondisi rambut agar tetap sehat dan tertata rapi. Jika rambut sedang bagus-bagusnya, teman perempuan anda tidak akan segan-segan mentraktir saking senangnya.
Maka itu kemudian ada istilah Bad Hair Day, hari di mana rambut terasa jelek sekali. Mood jadi tidak bagus, bawaannya khawatir dengan penampilan, stress. Saya juga pernah merasakannya sebelum mengenakan kain penutup kepala. Rambutlah yang paling banyak menyita waktu saat bersolek. Saya juga merasakan mood tidak enak jika rambut, emosi tidak beraturan, mmm...mungkin mirip kondisinya saat sedang (maaf) datang bulan.
Entahlah, apakah ini hanya ada dalam semesta perempuan. Ini merupakan pengalaman subjektif masing-masing orang dalam memandang peran rambut dalam aktivitas keseharian. Tidak ingin ini menjadi stereotype, karena saya juga pernah melihat teman laki-laki adik saya yang menyisihkan kas khusus untuk penataan rambut.
Sengkang, 02 Februari 10
Seperti yang terjadi pada teman saya beberapa hari yang lalu. Rambutnya baru saja ia catok, kan tidak boleh kena air tuh kalau habis catok. Namun karena di Makassar sedang hujan berat, rambutnya terpaksa kena cipratan air dalam takaran yang tidak sedikit. Ia jadi kesal luar biasa hingga salah sasaran menumpahkan amarah, ke pacarnya, hehehe...
Ada juga pengalaman waktu SMA, salah seorang teman saya tidak hadir di sekolah gara-gara tampilan rambutnya sedang tidak bagus. Memang aneh sih kalau sampai tidak ke sekolah. Tapi seperti itulah kira-kira peran rambut dalam mempengaruhi kondisi parameter emosi perempuan. Apapun akan dilakukan demi menjaga kondisi rambut agar tetap sehat dan tertata rapi. Jika rambut sedang bagus-bagusnya, teman perempuan anda tidak akan segan-segan mentraktir saking senangnya.
Maka itu kemudian ada istilah Bad Hair Day, hari di mana rambut terasa jelek sekali. Mood jadi tidak bagus, bawaannya khawatir dengan penampilan, stress. Saya juga pernah merasakannya sebelum mengenakan kain penutup kepala. Rambutlah yang paling banyak menyita waktu saat bersolek. Saya juga merasakan mood tidak enak jika rambut, emosi tidak beraturan, mmm...mungkin mirip kondisinya saat sedang (maaf) datang bulan.
Entahlah, apakah ini hanya ada dalam semesta perempuan. Ini merupakan pengalaman subjektif masing-masing orang dalam memandang peran rambut dalam aktivitas keseharian. Tidak ingin ini menjadi stereotype, karena saya juga pernah melihat teman laki-laki adik saya yang menyisihkan kas khusus untuk penataan rambut.
Sengkang, 02 Februari 10
3 comments:
pan katanya rambut itu mahkota.
hahaha...jadi semua orang raja dong, heheh
aih...cint..saya jujurmi ini dulu rambutku sangat bagus pas smp..tapi karena salah potong trus pengaruh sampo seperti tulisan mu dulu..beginitumi rambutku yang biasa kita liat..hehehehe
Post a Comment