22 November 2010

tidak ada judul

untuknya yang selalu menganggapku hanya seorang sahabat, teman yang selalu dirindukan. seorang yang istimewa namun tidak pernah mengatakan cinta atau sayang padaku, ia hanya ingin menjadi sahabat. seseorang yang selalu salah kuartikan, kuanggap ingin menang sendiri dan hanya memikirkan hidupnya.

bukan saatnya mencari siapa yang salah, semua sudah kau jawab. seperti yang kau bilang semua sudah tersimpan dengan baik...

aku menatap remaja2 sma berlalu lalang di hadapanku, sejenak aku akhirnya sadar, betapa mudanya kita untuk memilih jalan hidup yang pernah kita lewati. aku kadang asik dengan diriku sendiri.

untuknya yang tidak pernah berkata sayang padaku hingga semua berlalu dan hilang

untuknya yang akan berbahagia, tidak lama lagi. aku akan memohon pada tuhan, dalam kesendirianku, dalam kebisuan doa, agar Ia hapus semua ingatanmu tentangku. itu saja...

ini adalah 'selamat tinggal' yang kesekian kalinya. dan aku berjanji ini adalah yang terakhir

17 November 2010

backstage



Way

So let the time goes day by day
With you in my mind
And in the end we will find love
That ease our cry
I will find a way
To breath this dream everyday


(Letto/I'll find a way)

2 November 2010

Lily oh Lily

Oh, how I love her voice so much... Lily Allen

Ujian

Semakin kuat iman seseorang, semakin berat cobaan yang akan menimpanya
semakin lemah iman seseorang, semakin sedikit cobaan yang mendatanginya.

Di antara manusia, ada yang imannya makin bertambah karena ujian yang ia lalui. Sebaliknya, ada pula yang imannya makin berkurang jika mendapat cobaan. Tuhan Maha Tahu siapa yang akan Ia uji dan kapan masanya.

Tuhan tidak pernah memberi cobaan melebihi batas kekuatan manusia

*masih terngiang-ngiang kejadian siang tadi di Puskesmas Sudiang, ketika saya menjadi saksi seorang bocah 3 tahun meninggal tidak terselamatkan, saya tidak sempat melihat tubuhnya yang membiru, berbalut sarung dan tangis tertahan dari sang ibu.

1 November 2010

Bukan Dongeng Malam

Tuhan tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah sendiri keadaan mereka.


31 oktober malam, seharian saya hanya bergelut di kasur pemberian Dwi, di depan monitor komputer tabung yang sudah beralih fungsi menjadi tivi. Betapa malangnya aku masih merasa diriku begitu: orang yang tidak tahu akan ia apakan hidupnya. Mataku tidak bisa fokus melihat gantungan baju di belakang pintu yang sudah jadi sarang nyamuk. Aku tertidur seperti ayam, lelap tidak, terjaga tidak.

Tulang belakang rasanya tebal sekian jam beradu dengan kasur ketika aku berusaha memaknai hari mingguku yang sepi. Seperti kemarin-kemarin, jika berada di level low point, aku berusaha membangkitkan diri meski lebih sering tidak berhasil. Diari mini yang selalu jadi teman tidurku kuacak-acak halamannya, membaca tulisan lalu, hingga aku sampai pada kesimpulan: kadang tidak ada gunanya menulis diari, diari hanya membuat penyesalan demi penyesalan.

Aku ingin melempar diari itu seperti Cinta melempar buku 'Aku' keras-keras. Tapi aku urung, dinding kamar berbahan triplek, tetangga kamar bisa heboh. Yang lebih penting, aku sering menyelipkan doa di tiap halaman, aku masih takut dosa jika melemparnya.

Dan masih dengan mata yang belum bisa fokus, posisi tiarap, aku mengingat kalimat pembuka di atas. Ingin menafikan, tapi bukankah kita harus yakin pada apa yang kita percayai? Seketika itu juga, duniaku terbalik. Aku terbangun dari tidur, bangkit, tidak lupa mengutuk diri untuk kesekian kalinya. Mengapa aku begitu bodoh selama ini? Obat ragu yang kucari selama ini ternyata begitu dekat.

Aku hanya butuh meyakinkan diri, itu saja, tidak begitu sulit. Bukankah perjuangan dalam hidup adalah mempertahankan keyakinan dalam diri? Bukankah musuh terbesar dalam hidup manusia adalah diri mereka sendiri. Sudah berapa kali hati menjadi pengecut dan mudah dibodohi.

1 November, malam. Aku menemukan diriku di antara riuhnya salah satu titik di jalan raya Makassar, tepat di bawah lampu jalan paling terang yang bisa kulihat. Aku menatap lampu itu, cahayanya menerobos ruang kosong di sekitarnya hingga bisa kulihat isi udara. apakah itu kabut ataukah debu jalan, atau uap ragu-ragu dari hatiku, aku tidak yakin. Aku hanya yakin jika Tuhan masih tidak akan campur tangan dengan nasibku.

Aku menunduk melihat sneaker biruku yang mulai usang. Entahlah, sejak dari tadi pagi aku meyakinkan diri aku terlihat lebih muda dengan sneaker ini. Aku hanya ingin pulang ke kamar, bertemu lagi dengan kasurku...

Nida, Sang Penghidup Hati

Buat seorang pesimis seperti aku, bertemu dengan sosok Nida adalah sebuah berkah. Sejak pertama kali bertemu dengannya, aku tahu dia akan menjadi sosok yang menonjol di kalangan angkatan 2004. Karena itu kata-katanya selalu kami dengarkan. Dia seorang penggerak yang baik.
waktu yudisium, Nida kedua dari kanan

Itu hanya sedikit dari cerita tentang Nida. Kami memanggilnya Bunda karena dia serba bisa: masak, menjahit, atur-atur barang (??), seorang pendengar yang baik, teman gila-gilaan yang bisa diandalkan. Bagiku pribadi, Nida adalah seorang yang mampu membangkitkan semangat untuk melakukan hal-hal terbaik yang bisa kami lakukan. Tidak ada satupun kata-katanya yang pernah menghancurkan mimpi-mimpiku. Ibarat air, Nida telaten dalam mengolah semangat kami agar tidak mudah menyerah.

Oleh karena itu, saya selalu bahagia tiap kali bertemu dengannya. Selalu saja ada inspirasi dan kekuatan baru setelah berdiskusi. Kecerdasan dan penguasaannya terhadap suatu topik tidak usah dipertanyakan. Ya, pengetahuannya melampaui umurnya. Ah, Jika saja aku bisa menjadi seperti dirinya, optimis, cerdas, percaya diri, dan lebih suka mencari jalan keluar, tidak seperti aku yang lebih suka mencari jalan buntu sebuah masalah.

Satu hal lagi yang paling membekas tentang ibunda gaul ini: she's a Christiano Ronaldo die hard fan. Saya ingat ketika rombongan Manchester United rencana bertandang ke Indonesia pertengahan 2009, Nida sudah meneguhkan tekad untuk hadir di Istora Senayan, bertemu dengan sang pangeran platonis. Tapi sayang sekali itu tidak terjadi, Ronaldo keburu pindah ke Real Madrid. Hmm...

the wedding

Nida, Nida, Nida... Perempuan luar biasa yang selalu berhasil menghidupkan hatiku dari kematian harapan-harapan. I could never found somebody like you. Semoga Allah senantiasa menghidupkan hatimu, menjaga mimpi-mimpimu seperti yang telah kau lakukan, tidak hanya padaku tapi pada semua sahabat-sahabatmu... Semoga Allah memberimu kekuatan untuk melakukan lebih banyak kebaikan di dunia ini..

Lov you Nida, this writing is purely intended to let you know how much you mean to me, to us. Happy bestest day *hugs and kisses