Entah bagaimana aku harus membalas kebaikannya hari ini. Di kantor ini, ia orang pertama yang mengatakan aku berbakat menulis. tulisanku di blog ini mengingatkannya pada Jane Austen. Penulis roman "Pride and Prejudice". Belum pernah kubaca, tapi aku berjanji, sebagai bentuk terima kasih, akan kucari buku itu, membacanya sambil menduga-duga di mana kira-kira kemiripan itu. Jika ia berkenan mendengarkanku sekali lagi.
Hari ini ia menjadi terapisku, ditinggalkannya jarum rajut dan benang yang seolah sudah jadi bagian dari tangannya selama ini, hanya untuk mendengarkan kalimatku yang terpatah-patah, tidak terstruktur, terbata-bata, melompat dari satu tema ke tema lainnya. Hingga jam makan tiba, pandangan dan posisi tubuhnya tidak sedikitpun menjauh dariku. Ia seperti sedang menyimak cerita/dongeng paling menarik di dunia hingga ia tidak bergeming.
Ruang kerjanya adalah tempat pelarianku, saat kepenatan mulai melanda, saat orang-orang di ruanganku intonasi suaranya makin meninggi seiring berlalunya jam demi jam. Aku suka mejanya, tidak kaku, benang rajut di mana-mana, sebuah jam unik seperti yang pernah kulihat dalam video klip Warning nya Green Day, buku-buku tertata rapi salah satunya terselip kumpulan drama Shakespeare dan kamus tebal dengan kertas yang menguning terbitan Oxford, serta sebuah radio digital yang selalu disetel ke frekuensi stasiun radio yang hanya memutarkan lagu dalam negeri. Terkadang, setiap berlabuh di sana, aku merasakan sebuah dimensi lain, merasakan rumah.
"Tumben tidak cari koran lagi", celetuknya membuyarkan lamunanku saat menatap kapal dan laut dari jendela dekat mejanya. Tadinya aku mau meminjam telpon, sudah seminggu line telpon di ruanganku tidak berfungsi. Ketika ia mulai bertanya apakah aku baik-baik saja, dan saat aku baru akan menjawab iya, aku tahu dia tidak akan percaya. People just cant hide their eyes... And sometimes people just looking for that one simple question: are you alright?
No comments:
Post a Comment