Hello April,
Apa ini kebetulan atau bukan, aku masih ingat postingan tahun lalu di bulan April tepat pada hari Jumat juga. Setahun berlalu, aku sudah dipindahkan ke anak perusahaan lain sebagai staf marketing, 'jauh' dari bidangku atau lebih tepatnya passion seperti yang mereka sebutkan di buku-buku pengembangan diri.
Aku menganggap ini sekolah, tempat latihan dan dibayar, kata salah seorang karyawan saat kami satu lift. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di perusahaan ini aku sudah berikrar untuk tidak bertahan lama. Ini hanyalah tempat singgah, mungkin semacam pengalihan atau sekedar pemenuhan tuntutan sosial, menjauhi zona ketidakwajaran di mata orang-orang sebagai pengangguran.
Pagi tadi, aku belum terlelap sama sekali. Aku mengirimkan pesan teks untuk ibuku, isinya sangat sentimental. Sederhana, aku hanya berkata aku menyayanginya, menyayangi ayahku, dan betapa aku sangat bersyukur ber-orangtua-kan mereka. Hanya ingin mereka tahu bahwa mereka berarti. (Belakangan ini aku sering dikunjungi imaji-imaji ayahku yang sedang terbaring dikelilingi anak-anaknya, tersenyum seolah akan pergi). Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menyadari kasih sayang justru pada saat-saat terakhir, mesti kata cinta sanggup mewakili banyak waktu yang telah hilang
Butuh beberapa saat sampai aku benar-benar menekan tombol 'send'. Hingga aku mengunci pintu kamar menuju kantor, belum ada balasan. Mungkin ibu sedang di dapur saat sms terkirim, ataukah karena butuh waktu lama baginya untuk menekan tuts handphone merangkai kata. Aku teringat tangan kirinya yang belum pulih benar setelah patah dua bulan lalu.
Sudah seminggu terakhir aku tiba di kantor tepat waktu. Atasanku kerap mengeluh karena divisi kami selalu jadi peringkat pertama indispliner. Di angkot, untuk pertama kalinya headset tinggal di tas saja. Telingaku agak lelah mendengarkan lagu-lagu, selain emosi juga lebih banyak terbawa karena suasana lagu. Aku belum tidur sejak kemarin, mendengarkan lagu bisa saja membuatku jadi berhalusinasi. Cuaca sedang soft, supir angkot juga tampaknya sangat kooperatif dengan tidak ngebut dan tidak terlalu pelan juga.
Dering penanda sms pertama di hari ini datang juga. Kukira dari salah satu penagih proposal yang belakangan ini kerap membuatku stres. Dari ibuku ternyata. Kantor masih agak sepi, baru beberapa orang yang datang, beberapa karyawan dari divisiku sendiri juga sedang dinas ke luar kota. Membaca 'mama' di layar handphone sudah membuatku haru, aku membaca basmalah dan shalawat berkali-kali mencari kekuatan untuk membaca isinya. Aku tahu, beberapa saat lagi kelopak mataku akan jebol. Dan seperti itulah yang terjadi... Untungnya ruanganku dipasangi sekat-sekat antar meja, jadi drama pagi-pagi ini cukup aku yang menikmati...
19 April 2013
No comments:
Post a Comment