13 May 2013

Patience

Seperti dugaanku semalam, pagi ini aku mendapat teguran dari atasan. Sebuah pekerjaan yang mestinya kuselesaikan sebelum kabur cuti panjang kemarin. Kalau kondisi seperti ini, aku hanya bisa menyalahkan diri. sumpah serapah dan kutukan kuucapkan untuk diriku sendiri dalam hati, meski sebenarnya sudah mempersiapkan diri dengan teguran ini, antisipasinya akan seperti apa.  Antisipasi itu berupa screen shot percakapan hampir tengah malam sembari berjanji begitu membaca teks itu, aku tidak akan sedih lagi. Aku belum membukanya lagi. Sekeluar dari ruangan atasan tadi, aku langsung tenggelam dengan aktivitas depan laptop. Dan bukannya menyelesaikan tugas kantor, aku malah mengutak-atik blog yang sudah tidak pernah kujamah hampir empat bulan, memasang header baru, yang kuharap juga mengembalikan ingatan-ingatan akan mimpi yang pernah ada...

Jika lubang di hati klepnya lepas lagi,  biasanya aku mendengarkan lagu favorit, baca sms-sms lama, atau ke Losari. Truly are the pain killers. Hari ini, aku kembali membuka blog teman-teman. Salah satu hal yang aku syukuri adalah teman-teman yang mau berkisah dan memaknai pengalaman-pengalaman. Terkadang bikin cemburu juga membaca kisah perjalanan ke tempat-tempat impian, yang kerap diceritakan dalam buku-buku fiksi.Kembali aku berniat mengutuk diri lagi, tapi kurasa sudah cukup. Cukuplah selera makan yang tiba-tiba hilang sebagai 'hukuman'.

Tentang liburan kemarin, sudah lama aku rencanakan. Sekalian menghabiskan cuti tahunan yang berakhir di bulan ini. Keinginan besar inilah yang membuatku lalai mengerjakan tugas hingga hari ini mendapat teguran dan sedikit ancaman diberi surat peringatan. Aku bertemu kakak ipar yang tengah hamil 3 bulan tapi belum memperlihatkan perubahan tampilan fisik yang berarti, menyampaikan ole-ole baju dan krayon buat dua ponakan yang makin besar, dan yang paling penting menghadiri pernikahan salah satu teman baikku semasa SMA, Fera. Persiapan cukup menyita waktu dan kesabaran. Kurang lebih dua hari dua malam, di rumahnya yang agak jauh dari rumahku, aku menemaninya menjalani rangkaian tradisi pernikahan. Dalam dua hari itu pula aku bertemu dengan teman-teman SMA yang selama ini hanya bisa saling mengintip status di dunia maya. Beberapa sudah menikah dan meneruskan keturunan, yang lain masih dengan kesendirian yang entah membuat nyaman atau malah risih.

Masih terngiang-ngiang kalimat kakakku, yang meminta aku kembali pulang, menemaninya membesarkan usahanya yang sudah ia rintis sejak dua tahun lalu. Perspektif dari ibu, ia memintaku bertahan, menyesuaikan diri sebisa mungkin. Sabar, memang tidak ada yang sepadan dengan kata ini. Energi yang tiada habisnya kata ibuku.Aku akan bertahan tapi mungkin tidak lama lagi. Sebuah mimpi tengah kuretas. Mimpi  yang sanggup membuatku tersenyum kala masa-masa tidak mengenakkan melanda dan mengucapkan lirih dalam hati: soon this 'sorrow' will be over... Dan seperti kata Axl Rose, all we need is a little patience...

No comments: