Meski saya nge-fans berat dengan Elijah Wood dan karakter
Eowyn, tapi cinta sejati saya adalah Gandalf The Grey, sang pembuat kembang
api. Begitu pun saat karakter ini muncul kembali dalam The Hobbit, sebuah prekuel
TLOR. Gandalf diperankan sangat apik oleh Ian McKellen yang lebih dikenal sebagai magneto
dalam X Men.
Sepuluh hari sebelum rilis, saya membeli novel The Hobbit yang
juga ditulis oleh Tolkien. Niatnya mau dapat gambaran lebih dahulu supaya bisa
jadi bahan pembanding saat menonton versi film. Buat yang sudah menonton TLOR
dan jadi fans setia, pasti sudah tidak ada masalah dengan visualisasi. Saya
tidak bisa dan tidak mau membayangkan jadinya Middle Earth di tangan sutradara
lain.
The Hobbit bercerita tentang Bilbo Baggins, 60 tahun sebelum
kisah TLOR dimulai. Diceritakan, paman Frodo ini dijebak menjalani petualang
mencari harta karun di The Lonely Mountain (Gunung Kesunyian). Skrip filmnya
sangat berkembang, beberapa dialog dalam novel juga muncul dalam film. Beberapa
adegan/dialog ditambahkan untuk mendukung kontinuitas dengan kisah TLOR,
seperti saat Radagast sahabat Gandalf mengabarkan akan adanya kekuatan yang
bisa menghidupkan kembali jiwa yang telah mati dan saat Gandalf menyampaikan
kegelisahannya selama perjalanan menuju Rivendell (kampungnya para peri), di
mana mereka dihadang serigala Ward dan Orcs yang kelak menjadi kaki tangan
Sauron.
Yang berbeda mungkin penggambaran para kurcaci. Jika di film
ke-13 nya nampak gagah, plus propaganda merebut kembali tanah/kerajaan yang
hilang, di novel kesan yang saya tangkap, para kurcaci ini lugu, polos, dan
berada dalam perjalanan yang menyenangkan semata mengambil harta karun dari
Sang Naga Smaug.
All I want for New Year is Gandalf, mau minta kembang api |
The Hobbit semacam obat bagi yang kangen pada Shire
(kampungnya pada Hobbit), Rivendell, dan kalau saya pribadi pada keluguan Frodo
dan kebijaksanaan Gandalf. Martin Freeman memerankan Bilbo dengan sangat baik,
bikin kangen malah. Adegan favorit yang saya nanti-nanti adalah ketika Bilbo
menemukan cincin bertuah, lengkap dengan backsound yang mau tidak mau
mengembalikan ingatan tentang kisah yang menyertainya sejak dahulu hingga saat ia
dihancurkan.
Satu yang pasti juga, saya masih ingin mengunjungi
Wellington yang menjadi setting Shire yang hijau dan makmur itu. Dalam perjalanan
pulang dari Soppeng tadi, mobil yang saya tumpangi melalui jalur Bulu Dua.
Hamparan lereng pegunungan, bukit batu, dan air terjun membuat saya berpikir,
kalo lokasi ini sebenarnya juga bisa jadi setting cerita TLOR, hehehe… Iya,
soalnya saya melihat Legolas, Gimli, dan Aragon berlari-lari di antara
pepohonan di lereng-lereng dan pinggir jalan. Ah, mulai ngelantur nih :p
2 comments:
jalan2 ke new zeland yuk
ayuuuuuuukkkk
Post a Comment