Tidak seperti kalo mau ke Bone harus pesan mobil lebih
dahulu, perjalanan ke Soppeng ini pake modal nekat. Mulai dari modal dalam arti
denotasi dan modal berarti konotasi, dalam hal ini mental kabur dari tugas-tugas
kantor yang bertumpuk, doh! Dan untuk pertama kalinya bepergian tanpa laptop
kesayanganku.
Pakai jurus cegat mobil di Sudiang ala Dwi, saya pun
akhirnya berada dalam kendaraan Panther yang bisa dibilang sudah agak tua,
kursinya mulai lusuh dan sedikit bergeser dari posisi sebenarnya. Ada kalanya
kenyamanan bukan faktor penting lagi dalam perjalanan. Saya hanya memikirkan
bagaimana saya bisa sampai ke tujuan dan bertemu empunya hajatan.
Rivai adalah teman kuliah di kosmik. Secara tidak official,
Rivai adalah anggota geng “Spice Boys” ciptaan senior kami Kak Ipah :D Spice
Boys merujuk pada lima #Rusher (sebutan untuk anak Kosmik angkatan 2004) yakni
Basri, Baqir, Ali, Padly, dan Rivai. FYI, kelimanya sudah menikah semua,
mengalahkan saingan seumur-umur “Spice Girls” yang salah satu anggotanya adalah
saya… fiuh. (Mengenai peta per-geng-an di Rush, akan dibahas pada tulisan yang
lain). Aaaaa… miss them all so much :’)
Rivai lebih sering saya sapa dengan “Keda”, sound bit
Japanese, mungkin karena dia fans berat L’Arc en Ciel. Dia termasuk pendiam di
antara kami. Saya pun baru akrab dengan Rivai ketika bersama empat teman KKN
lainnya sama-sama mendiami posko di Desa Matajang Bone selama dua bulan di
pertengahan 2007. Dua tahun kemudian kami dipertautkan lagi sebagai wisudawan
yang lulus di bulan Juni. Setelah itu, komunikasi kami cuma lewat sms atau
telpon. Saat ia mulai bekerja di Bone, saya masih meneruskan “karir” di
Makassar.
Rivai dan Anak-anaknya :p |
Hingga suatu hari aku mendengarnya resign, karena mesti
merawat ibunya yang tiba-tiba sakit. Mendengar ceritanya saya sering terharu.
Sebuah pengorbanan besar yang ia lalui kurang lebih hampir dua tahun, tidak
setiap anak bisa sampai pada tingkatan maqam ini. Makin menambah kekaguman kami
padanya.
Sekitar sebulan lalu, saat rapat di kantor, hape saya
berdering. Tidak sempat mengobrol, saya berjanji menelpon balik secepatnya.
Malamnya saya baru punya kesempatan. Hampir sejam mengobrol ia sedikitpun tidak
menyinggung soal rencana pernikahannya. Kabar bahagia itu sendiri saya dapat
dari kawan baik Rivai juga, Iqko. Namanya kabar bahagia, yang mendengarnya saja
pasti akan ikut bahagia. Saya menghubunginya lalu protes kok tidak dikabari :D
Kiki & Rivai, Happily Ever After :) |
Akhirnya tiba juga saya di Soppeng. Mungkin karena ini
perjalanan dadakan dan berangkatnya sebelum siang, lamanya tidak terasa,
jalanan Camba yang berkelok-kelok juga sudah takluk tidak membuatku mabuk darat.
Saya selalu suka dengan perjalanan. Apalagi jika bertemu hujan di beberapa
tempat, pemandangan sawah dan bukit kiri kanan.
Awalnya kami berencana ke resepsi jam 4 sore, namun karena jadwal
saling berbenturan, kami baru bisa bertemu Rivai jam 8 malam. Sudah mulai sepi.
Niatnya mau berlama-lama mengingat jauhnya perjalanan yang sudah kutempuh, tapi
salah satu di antara kami gelisah bukan main karena baju pinjaman (sebut saja
Bunga wkwk) kami pulang segera. Rivai juga tampaknya sudah sangat lelah, semoga
ia bahagia dengan kehadiran kami.
Untuk pertama kalinya, saya bermalam minggu #eh di kosan
Darma (bersama mojang Soppeng, Were dan Azmi). Sudah lama juga saya berjanji
menginap di rantauannya itu. Finally I made it, meski pagi-pagi di hari Minggu
ia sudah harus berangkat menuju kantor dan kebersamaan kami hanya sebatas makan
bubur ayam.
Came across this... Geng KKN Matajang 2007... Surreal :D |
No comments:
Post a Comment