11 December 2010

Perjalanan Akhir Tahun: Batam (bag I)

mata terasa sangat berat. badan terasa lelah setelah perjalanan di udara selama lima jam. rasanya ingin langsung tidur, berleha-leha menunggu pagi datang, sekaligus memulihkan tenaga. tapi saya memaksakan diri duduk lebih lama di depan layar komputer sebuah warnet di sekitar kosan. biasannya jam 11 seperti ini sudah sepi, tapi malam ini masih terisi anak-anak belum balig yang melanggar tenggat waktu bermain game (aduh, kok pada tidak belajar sih????).

perut saya agak kembung, akibat tadi tidak sempat sarapan sebelum take off pukul 13 wib. Terus pas tiba di ramsis makassar, saya langsung genjot pake ikan bakar dan sedikit nasi plus dabu-dabu andalan racikan Meike, Mimi, dan Chiko, adik-adik saya di Kosmik. Hufh, jadinya malah kembung, melebihi rasa kenyangnya.

baiklah, sebelum rasa lupa mencakar-cakar ingatan saya sampai habis, saya meniatkan untuk bercerita malam ini saja. perjalanan ke Batam kemarin itu sebenarnya bisa dibilang perjalanan 'dinas'. kebetulan sekarang saya masih berstatus freelance di sebuah majalah internal perusahaan di Makassar.

tercetusnya dinas ini adalah ketika saya, darma, beserta anggota redaksi lainnya rapat tema dan outline untuk edisi selanjutnya. Ketika membicarakan rubrik anak perusahaan yang akan kami angkat, terpilihlah PT Semen Bosowa Batam. awalnya saya sambil bercanda bilang: kayaknya harus ke Batam deh biar lebih afdol. ternyata gayung bersambut. seminggu setelah rapat redaksi, ka Ome sebagai redaktur pelaksana mengabari kami agar siap-siap berangkat hari Selasa (7 des 2010). jadwal ini sebelumnya telah disesuaikan dengan kondisi Darma yang harus menyelesaikan berkas pendaftaran ke salah satu instansi pemerintah, tempat ia akan mengabdikan diri.

seperti yang sudah diceritakan Darma, ini adalah perjalanan pertama kami via udara. maklum, orang udik, tinggal jauh dari kota. Malamnya saya tidak bisa konsentrasi tidur, jadinya saya menghabiskan malam online lewat hape Corby, hadiah ulang tahun saya dari kak Harwan. Paginya, ketika masih menunggu Darma di halte bus shuttle bandara, muka saya rasanya tidak karuan, pegal sana-sini karena tidak tidur sempurna. tapi mau bagaimana lagi, masa saya tidur di halte?

akhirnya Darma datang, saya pun pamit dengan mata yang saya tahan supaya tidak berkaca-kaca menatap pria yang sudah mengantar saya sejak jam 6 pagi itu. kami menanti pesawat berangkat sambil sesekali menelpon keluarga di kampung, redaktur pelaksana, dan pihak yang akan menjemput kami setibanya di Batam.

lagi-lagi saya tidak sarapan sebelum berangkat. hanya berbekal roti isi pisang cokelat yang saya beli pas di pintu 2 unhas, sudah cukup mengganjal perut yang memang tidak terbiasa diisi di pagi hari. saya lupa pinjam mp3 milik ka riza, padahal lumayan kan buat mengatasi stres menunggu pesawat mendarat nantinya. sepanjang udara saya tidak bisa duduk tenang, bawaannya gelisah terus, kepala pusing karena belum tidur semalaman, belum lagi jantung naik turun berbanding dengan kemiringan si burung besi, wihhh. Lain cerita dengan Darma dan penumpang di sebelahnya, mereka malah asik tidur, ckckck...

transit di Soekarno-Hatta, kami hampir ketinggalan pesawat kiranya kami tidak mendengar seorang petugas memanggil penumpang yang akan menuju sumatera. kami sempat terbawa arus rombongan penumpang lainnya. saya dan darma (lengkap dengan tas besar di punggung) harus berlari-lari setelah itu rela bergelantungan di bus yang akan membawa kami ke dalam burung besi selanjutnya...

2 comments:

non inge said...

ditunggu kelanjutannya, ngebacanya serasa ikut dalam perjalanan ^^

Semut Hijau said...

membayangkan pamit dengan mata yang ditahan supaya tidak berkaca-kaca..

susah, kak!! :D