3 March 2014

Insecure

Akhir-akhir ini lingkaran insecure ku membesar. I rarely talk to people, even to my closest ones. Dunno why. Apalagi habis bedrest kemarin, nginap di kosan saja masih setengah-setengah. I am afraid. Seperti ada yang sedang menguntitku, ada yang siap menerkam, like every one is trying to let me down. Entah apa sudah bisa masuk kategori paranoid atau tidak, tapi ini sudah sangat mengganggu.

Insecure nya sampe di level tulisan.... Aaaaaaargh... I'm losing for words....

30 January 2014

Malam, saat teman-teman finance masih sibuk closing.

Akhir bulan, Januari sedikit lagi berakhir... And I'm still here.

Tapi tidak, kali ini saya tidak akan mengeluh dengan kantor dan kerjaan. Ever since I worked here, belum sekalipun syukurku kutujukan untuk pekerjaan yang telah mencukupi hidupku 2,5 tahun terakhir, yang dengannya saya bisa naik level kamar kos dengan kamar mandi di dalam. Pekerjaan yang memberi saya kemampuan untuk mentraktir teman-teman sekali seminggu, yang bisa membuat saya berada di atm lebih lama untuk menyelesaikan hutang-hutang bulan lalu, membelikan ponakan baju-baju baru atau mainan baru, atau sekedar membelikan mama, bapak, puang Remma pulsa,

Terima kasih Tuhan, mengalirkan rezekiMu lewat pekerjaan ini. Walau tiap hari saya harus berhadapan dengan seseorang yang lebih banyak meremukkan jiwa daripada bikin senyum. Walau tiap hari sekuriti memandangi saya karena keseringan datang telat, walau kantor ini tetap aktif pas hari Sabtu. Terima kasih Tuhan, pekerjaan ini mampu mengalihkanku dari berpanjang angan-angan.

Tadi saya baru akan mematikan laptop saat Eby menghampiri, bertanya apakah saya masih akan tinggal. Bagian finance masih harus stay, makan malam di kantor adalah hal lumrah tiap akhir bulan. Saya tiba-tiba merasa terharu. Di divisiku, saya yang paling sering pulang terakhir. Dan tidak hanya Eby, karyawan lain juga selalu menghitungku ke dalam jumlah makanan yang akan mereka pesan. Dan untuk ini aku bersyukur. Terima kasih, Tuhan.

Besok tahun baru Imlek. Saya akan selalu teringat dengan tetangga Tiong Hoa kami dulu yang kini sudah pindah. Saya lupa tahun persisnya mereka pindah, seingatku dalam kurun 10 tahun, di mana saya sudah ditahbiskan sebagai warga Makassar. Mereka, juga sebagian besar warga Tiong Hoa suka dengan kembang api. Saya teringat dengan empat kardus kecil kembang api di laciku, pernah saya niatkan untuk jadi hiasan di kue tart ultah atasan di kantor. Yang terpakai cuma dua batang, sisanya mungkin akan saya bawa pulang ke Bone, buat bulan puasa, atau dipasang di kue ultahku, tahun baru, kue ultah atasan lagi, atau membawanya ke Amsterdam.

Libur di hari Jumat berarti libur panjang. Saya belum memikirkan akan ke mana. Masih bingung juga dengan jadwal off saya Sabtu ini atau minggu depan. Fiuuuhhh... Kebiasaan lama kambuh, indisipliner. Mungkin di rumah Eby, sambil kepak-kepak barang karena kontrakannya berakhir besok... So much memories there. Paling hits, suasana pagi di tanggal 30 November 2013, semalam hujan deras yang memaksa saya dan Ely berbasah-basah ria setelah puas menyaksikan Uchie, junior saya yang paling ganteng, perform dengan band nya di sebuah hotel baru bilangan dekat kantor. Pagi itu saya bergegas keluar rumah, menahan rinai sisa-sisa hujan semalam dengan pundak tangan sambil lari-lari kecil. Dan hujan-hujan pagi lainnya setelahnya, worth remembered.

Saya cuma merasa butuh kafein malam ini, seperti malam-malam sebelumnya. Sekedar pengganjal kelopak mata agar tidur tidak terlalu panjang. Entah kelelahan atau hal lainnya, jam tidurku serasa membengkak, mataku juga ikut bengkak tiap ke kantor... Hahaha....Atau supaya saya bisa melek menghabiskan malam terakhir di rumah elit itu (dan saya harus beryukur juga untuk ini), dengan menonton 'About Time' nya Rachel McAdams, highly recommended by Iqko and Edy.

By the way, Happy Lunar New Year everyone
#bakarkembangapi



Love,
Emma

27 January 2014

"Cause every time I breath I take you in
and my heart beats again
baby I can't help it
you keep me drowning in your love..."


16 January 2014

Dialog Pagi saat Hujan

"So when will you hit back the town again?"

"Tergantung Kak Yus," kilahnya

"Pliissss, I miss you..."

"No, Em, It's raining all the time. Ga bisa karena ada Ara. Ke mana-mana repot. Di situ hujan kan?"

Walau saya yakin sebenarnya karena dia tidak suka hujan, Ara cuma apologi hahaha. Mamamu, Nak. 

"Yeah, almost a week. By the way, tomorrow I'm going to Bali..."
"Huaaaa... Kereeeenn.. You should go, biar Makassar merasakan sedikit cahaya matahari while you're not around..."

Dahiku mengkerut, sejenak pikiranku melayang ke masa-masa kuliah, mencari titik temu dengan perkataannya barusan. I remember a quote and then I burst

"Ahahahahaha..." tawaku menggema di ruangan yang baru hanya ada aku pagi ini.
"Iya kan kamu pemanggil hujan hahaha. Have fun there, better if you have a company, walking down the seashore"

"At midnight yes?"

"No, I suggest in the afternoon, between 4 to after sunset. That'd be cool!!"

Saya baru mau menghubungi Wisnu, teman asli Bali. Kami berkenalan karena acara kantor tahun lalu.

"So, saya harus bangun pagi berapa kali sampai kita bisa ketemu lagi?" tanyaku kembali ke poin utama.

"Hahahaha... Ga lama lagi lah, akhir Januari pokoknya."

"Januari mi lagi Dwi," lalu aku sibuk dengan pikiranku sendiri mengembara ke Januari-januari sebelumnya. One of them, saat aku banyak bersamanya di kosan Salsabila.

"Saya mau ke Makassar with one condition", serupa ancaman.

"Kamu harus minta supaya Makassar tidak hujan pas saya datang!" what a wish!

"Iyaaaa iyaaaa... Nanti saya minta supaya tidak hujaaaaan."

Dunno if it's because of me or not, sudah sering kejadian saya meminta hujan dan benar-benar hujan. Ataukah cuma coincidence lalu meyakininya sebuah 'sikronitas' untuk hiburan pribadi. I dont know. Kak Asri pernah bilang, memang kita bukan sebab Em, semua karena RahmatNya.

In fact, I miss her so much. Saat nginap di rumah Weye beberapa hari lalu, akhirnya saya bisa juga nonton New Girl starring Zooey Deschanel (God, I envy her effortless beauty). Ada salah satu karakter yang tiba-tiba mengingatkan saya dengan kegilaan dan ke-drama-an teman-teman Rush. Yeah, we're nuts!!! Dialog-dialog yang selama ini memang ada atau imajiner, tertuang dalam tokoh itu. Dan sebuah kesyukuran bisa mengiriskan lingkaran-lingkaran kisah dengan mereka. Hal yang selalu menghadirkan senyum saat rutinitas sedikit lagi menendang saya jatuh ke jurang.

"I'll treat you... anything you want. Foods, books... Just plis come immediately."

"Huaaaaa... saya mau yang paling mahaaal.." keluar deh 'seni ditraktir' nya.

27 December 2013

Love of My Life

When I grow older, 
I will be there at your side to remind you
How I still love you
I still love you...

Queen


"Itu tangan siapa?" heran engkau tidak bisa mengenali tanganmu sendiri

"Siapa lagi?" jawabku diiringi tawa kecil

"Itu di mana?" tanyamu masih penasaran

"Di tempat pertama kali kita ketemu," seandainya aku berani memberi jawaban ini.

"Oh, forget it!" aku menarik layar handphone ku dari hadapannya. Matanya lalu tertuju ke layar tivi yang menayangkan pertandingan klub bola kesayangannya.

Banyak hal bisa terjadi, bahkan satu detik ke depan, apalagi dalam rentang waktu setahun. I remember how my heart was cracked as he took some piece of salad off my plate. Then, he stayed in my heart ever since. A place where no one can't see him. And it took less than a year to finally let him know. He started it. I knew that day would come but I never thought it would be that fast... and that hurt.... 

Sebelum Tahun Baru Tiba

Iqko...

Tahun baru sisa hitungan jari, walau kita berdua paham, hitungan hari, bulan, dan tahun hanya penanda masa semata. Di sini, di sekitaran mejaku, orang-orang sudah mulai membicarakan rencana-rencana menghabiskan malam, menghitung mundur hingga jarum jam yang selama ini arah putarannya selalu sama mengantarkan kita semua ke sebuah awal yang baru. Dari ruang sebelah, sesekali terdengar suara terompet jualan seorang teman, bisnis periodik yang lumayan untuk kumpul modal merayakan tahun baru mungkin.

Aku belum memikirkan rencana apapun. Bayangan tahun baru dua tahun lalu rasanya belum ada yang mengalahkan: berada di titik tertinggi kota Makassar, yang kebetulan adalah top roof kantor, di mana sejauh mata memandang adalah semburat kembang api tiada henti hingga pagi. Aku belum merencanakan apapun, dengan siapapun. Mungkin rutinitas sudah mengambil alih semua ini kepalaku. Seminggu terakhir, aku selalu hanya ingin pulang, lalu tergeletak di depan tv, terlelap sebelum sempat mengganti seragam kantor dan tidak lagi merapalkan doa yang selama ini kuyakini akan menjagaku hingga pagi.

Mungkin karena itu tadi malam aku mengalami mimpi buruk. Buruk sekali hingga aku terbangun dengan jantung berdegup kencang dan dingin yang menusuk memaksaku mengenakan sweater yang kupinjam dari Were. Untuk pertama kalinya lagi aku dihinggapi ketakutan dengan ruang sekelilingku, seperti ada yang mengawasi dan siap menerkam. Aku meringkuk kedinginan, menunggu rasa kantuk, lelap, berganti mimpi, dan untuk beberapa jam 'lari' dari pikiran-pikiran, pergulatan, konflik dengan diri sendiri.

Tadi malam aku menelpon Nida, tidak lama setelah aku menelponmu tentang rencana kita sekolah lagi. Engkau pasti setuju, ngobrol dengan Nida, rasa optimis itu akan tumbuh lagi, seolah kita bisa melewati apapun. Sometimes I wonder, apa yang dirasakan oleh seseorang yang baru saja aku ajak berbicara. Kalo denganmu? Aku merasa yakin aku tidak sendiri, bahwa kisah-kisah yang tidak konvensional itu ada, bahwa ada ruang bagi hal-hal yang selama ini orang pilih untuk hindari. I can't imagine my life without you...

Jadi sudah ada resolusi? :D  Memulai awal yang baru mungkin hal yang fitrawi, seperti kata Coldplay "oh take me back to the start," mungkin karena awal yang baru memberi kita kesempatan untuk menarik napas. Mungkin letupan kembang api sejenak bisa memunculkan harapan, bahwa kita masih punya harapan, kita merayakan hari esok yang akan datang, walau kata Coelho, kita harus merayakan tiap detik yang datang dalam kehidupan kita.

Resolusiku?

Kemarin, ketika dalam market visit bersama atasan baru, aku sempat membuatnya tertawa saat ia mendengar jawabanku tentang resolusi tahun depan:

"Hapal lagunya Carla Bruni yang susahnya minta ampun, itu resolusi dari awal tahun 2012 yang belum kejadian sampai sekarang."

Ia tertawa, mungkin karena tidak menduga jawaban itu yang kuberi. Tidak biasa mungkin, Hahaha. Terlalu sederhana atau justru sangat absurd? I dont know. Tapi, aku masih akan terus menyusun dialog-dialog imajiner, mengucapkan kata 'rindu' atau 'sayang' sebatas dalam hati kepada punggung yang selama ini berlalu lalang di hadapanku, memproyeksikan imaji dirinya di tempat-tempat atau adegan-adegan ideal di kepalaku. Well, I hope you dont mind having a friend like me :D:D

But best thing maybe, membahagiakan orang, entah yang terkasih atau yang baru mengiriskan lingkaran dalam keseharian. Aku pernah berkata pada Were, pada malam Natal yang kami lewatkan di salah satu resto fast food 24 jam:

Kehampaan, akan terus terasa hampa hingga orang yang menciptakannya sendiri yang datang memenuhinya. Ruang hampa yang akan terus terbawa ke mana-mana kaki melangkah. Namun setidaknya melihat senyum bahagia di wajah orang-orang yang kita kasihi, lubang hitam itu bisa sedikit tertutupi, walau setelah itu akan menarik lagi semua energi memikirkannya :D what an evil circle...

Makassar, on an Xmas Eve

Hanya ini yang dapat kubagi denganmu, jelang akhir Desember yang dihiasi hujan, jalan-jalan yang menyala setelah hujan, dan omelan-omelan karena mulai banjir di mana-mana (aku yakin kamu tidak :D). I never think of tomorrow, tapi harapan akan hari esok adalah hal yang membuatku bertahan hingga hari ini, di saat aku punya banyak pilihan untuk menyerah.


Carry on,




Emma (Watson)
*Sedang mendengarkan Wonderwall nya Oasis berkali-kali berharap tahun depan sudah bisa menginjakkan kaki di kampung empunya lagu* *amiiiiinnn*

30 September 2013

Saat si Adek Sakit

Waking up with sunshine on my face...

Jumat, Eby, Imel -sekretaris baru di kantor-, dan aku sedang makan bakso di pinggiran gedung BNI saat pesan teksnya masuk ke hapeku. Ia bertanya aku sedang di mana, ia memintaku untuk ke kamarnya, ia demam sejak paginya dan belum turun. Aku menghabiskan makananku segera, Eby memintaku untuk tidak menunggunya selesai.

Laptop dan chargernya kutinggal di meja karena kupikir akan kembali lagi setelah membawa adikku ke dokter. Tiba di kosan, adikku masih ogah dibawa ke dokter, katanya sudah minum paracetamol seperti yang kusarankan sebelum aku meninggalkan kantor. Jadi aku menunggu sampai obatnya bekerja.

Hingga jam 4 sore, demamnya belum turun juga. Aku memutuskan memanggil taksi, bermaksud membawanya ke dokter Hendrik, dokter langganan Echy. Kami menunggu agak lama sampai dokternya siap memeriksa. Di ruang periksa, dokternya tersenyum saat aku bilang adik inilah yang selalu mengantarku check up selama ini. Wheel was turning haha, sekarang giliranku yang harus mengantar.

Hasil diagnosa: infeksi usus. Mungkin dia kelelahan atau salah makan atau tidak teratur makan. Sudah hampir sebulan ia kembali menjalani rutinitas sebagai anak kuliahan. Dokter memintanya untuk makan bubur saja beberapa hari ini. Sambil menunggu obat dari apoteker, aku menghubungi sekuriti agar mengamankan laptop dan barang-barangku yang ketinggalan. Untuk kesekian kalinya aku melewatkan sunset Jumat dari kantor. Saat menunggu taksi pulang, langit sudah gelap.

Sebenarnya, aku tidak berniat menelpon mama dan bapak, tidak ingin membuat mereka khawatir. Selama masih rawat di rumah, semua akan baik-baik saja. Tapi adikku memaksa. Mamaku malah berencana ke Makassar keesokan harinya. Setelah menenangkan dan meyakinkan kalau si adik sudah bisa sembuh setelah minum obat, akhirnya ia menunda keinginannya itu.

Tanpa persiapan apa-apa, aku menginap di kamar adikku, dengan pakaian kantor yang belum kuganti. Kamarku dekat tapi semua bajuku ada di rumah Eby di Alauddin, tempatku berdiam selama kurang lebih enam bulan terakhir ini.

Terkadang menyenangkan juga bisa sedikit menjauh dari rutinitas kantor. Kata seorang teman, beberapa bulan kemarin, pikiranku terlalu penuh dengan pekerjaan. Ia menyarankan untuk mencari kegiatan lain. Buatku, mungkin harus mencari celah supaya bisa kabur sejenak. Dua hari berada di tempat adikku, di tengah-tengah suasana kosan yang juga pernah kujalani, aku menghirup udara yang berbeda, matahari yang berbeda, orang-orang yang berbeda. Mendengarkan lagu-lagu lama peninggalan kakakku yang masih tersimpan di komputer di kamar adikku. Menonton trilogi The Lord of The Ring versi extended, yang satu film bisa sampai 3,5 jam. Awalnya cuma mau nonton Fellowship of the Ring, tapi ternyata lanjut ke dua film berikutnya. Kami tertidur saat Gondor diserang pasukan Sauron.

That was the longest sleep ever since I worked.... 

I woke up as I felt sunshine on face through the window. Hal pertama yang kulakukan, meraba dahi adikku. Panasnya sudah reda. Prediksi dokter tepat, hari Minggu, suhu badannya akan normal kembali. Lega, mamaku tidak harus menyusul kami. Si adik masih harus makan bubur. Kali ini ia sudah bisa duduk menyalakan laptop, memutar lagu-lagu Linkin Park yang masih kuhapal sampai hari ini.

Pukul 10, temanku Ridho memenuhi janji untuk membantuku pindah....