Mamuju, 3 September 2014
Saya memposting tulisan ini dari kamar 311 hotel d’Maleo
Mamuju. Tadi malam marketing ada acara gathering di ballroom hotel ini. Ini
adalah gathering ke sekian yang saya ikuti dan saya harus berada di luar kota. Well
it relieved, untuk sejenak dua hari rehat dari rutinitas di kantor and it was
good. Saya merasakannya begitu masuk kamar, another single bed, tv cable show,
but better toilet I guess, peralatannya lengkap (they event got a comb, the
most important thing in my life but usually forgot to bring it when im outta
town).
View dari jendela cukup menenangkanku, mesjid agung dengan empat minaret dan
sebuah landmark di bukit di belakangnya.
I slept at 2 am. Something with insomnia but it was more on
my denyut jantung yang terpompa agak keras setelah kegiatan selesai. Im kinda
the person who cannot eat and sampai semua urusan selesai. That’s why berat
badanku tidak pernah di atas 45 lagi. Fiuuuhhh. Beberapa hari kemarin, I wish
timbangan yang salah, karena menunjukkan angka 40. Tulang rusuk malah udah
makin keliatan hahahhaha.
And when I woke up, like the other beginning in the morning,
i wandered. I think this is the baddest thing about being a woman. You keep
things in mind for long time. Every day I woke hoping that everything gets
better and lighter, that the pain soon be gone. Looking through the window,
berharap ada jawaban di sana, seperti yang selalu berusaha kudapatkan dengan
meneguk caffe latte favoritku di coffee toffee atau mendengarkan radiohead ‘bullet
proof’ berulangkali seperti yang kulakukan saat menuliskan ini.
I didn’t have breakfast. I don’t have breakfast. Sistem pencernaan
sepertinya sudah tidak mengenal sarapan. Please don’t tell my boss because he
would get mad. I just sat, typing, with a mirror in front of me, and a soft
vivid light above it, which made me covered the window. saya tidak terbiasa
dengan cahaya lampu pada siang hari. I had to choose apparently.
Saya belum bercerita apa yang saya lakukan selama kegiatan
kantor ini. Bersama kak Adi mempersiapkan semua perlengkapan, dan saat dia
harus berangkat duluan ke Mamuju, saya keep contact dari Makassar untuk semua
perlengkapan lainnya yang tidak sempat dibawa. It was exhausting, but still in
my limit, except for being asleep in coffee toffee as I spent time reading The Perks
of Being a Wallflower.
Tugas lainnya dan
yang paling penting, menemani Dyna, finalis Idol 2008, yang akan mengisi acara
kami. And one more time, I aslept during the haul. Tidak biasanya, saat suara
bising mesin pesawat tidak bisa membuatku terlelap. So I guess I was the top of
my limit lately. Saya tiba kemarin siang, cek ballroom, bungkus-bungkus hadiah
door prizes, dan tidak sempat rehat sejenak sebelum acara dimulai.
But it always worth it. I always love to see tired faces. Loving
the silence and the solitude in the room. Being away from familiar things. That was when I remember my friend saying to
experience something new, radically new to me hahaha. Yeah perhaps I will. She said
it will help me a lot, to keep my brain alive or just to distract me from my
so-called little depression .
I hope so, I do hope so.
Cheers,
Emma
No comments:
Post a Comment