30 April 2012

Gnomeooo


Ara, 

Jari-jariku seolah menuntunku mengetik baris demi baris cerita untukmu, saat windows media player yang ku-setting memainkan lagu secara acak, memutar lagu boyband kesayangan ibumu, Backstreet Boys (BSB). Judulnya As Long As You Love Me. Mendengar lagu tidak hanya mendengar alunan lagu dan lirik yang menyatu, ingatan saat pertama kali mendengarnya juga akan berbagi tempat. Kata orang, musik adalah mesin waktu dalam bentuk yang paling sederhana, it really is Ara, dan itulah yang terjadi saat aku menuliskan ini.

Seakan ingatanku kembali ke masa 15 tahun lalu, saat di mana lagu ini sering dimainkan di MTV atau di radio-radio. Lagunya sederhana, liriknya tentang cinta tanpa syarat. Namun kami yang belum fasih Bahasa Inggris saat itu, pandangan lebih banyak tertuju pada si empunya suara. 

Aku dan ibumu tumbuh di tempat yang terpisah puluhan kilometer, namun saat kami bertemu belasan tahun kemudian, mendengar hal-hal yang sering ia lakukan di masa kecil, menonton MTV (yang saat itu hanya memutar video musik), membaca majalah Bobo, menonton serial TV yang sama, The Secret World of Alex Mac. Terkadang waktu kami dalam sehari habis hanya karena mempertemukan ingatan-ingatan itu, menertawai kegandrungan kami pada sosok tertentu, keluguan kami karena mengidolakan mereka yg sering muncul di TV.

Nostalgi, ungkapan paling tepat kata orang. Woody Allen, sutradara dengan ide-ide cerita brilian berkata nostalgia adalah penyangkalan akan kekinian yang memuakkan. Semua tampak lebih indah di masa lalu karena tampak lebih mudah. Aku pun demikian, masa lalu seperti cangkang mutiara, dan aku tidur pulas di dalamnya. Padahal sebenarnya kita bisa berpikir begitu karena telah melaluinya,. Hari ini juga kelak akan menjadi masa lalu.

Engkau akan melalui masa kecilmu juga. Saat kau membaca ini, engkau telah meninggalkan masa lalumu, masa di mana engkau lelap di lenganku,  engkau tersenyum saat tanganmu yg kecil-kecil dan rapuh itu kugenggam lalu kusentuhkan di handling eskalator salah satu mal (kita naik turun sampai berkali-kali, kakiku yg beralas sandal sol tebal gemetar menahan berat tubuhku dan tubuhmu, aku khawatir jika tiba-tiba kakiku terselip dan membahayakanmu. Tadi siang kita menghabiskan waktu di salon, menemani ibumu merapikan rambutnya, ditemani aroma menusuk khas salon, yang masih bisa kucium bahkan saat kau dan ibumu pulang ke Bengo, petangnya.

Dua malam lalu, kami bercerita tentang BSB yang akan datang ke Jakarta. Aku cemburu ibumu sedikit lagi mewujudkan mimpi bertemu Nick Carter sang pangeran platonis, meski itu dari barisan penonton. Tapi kecintaan ibumu padanya tidak sebesar cintanya padamu, dan ia merelakan kesempatan itu demi dirimu. Aku berdoa, semoga ada kesempatan lain baginya, mungkin Ara sudah bisa jalan saat itu benar-benar terjadi.. Amin…  

No comments: