17 April 2014


Parade's End (2012)
Loving this still pic...

16 April 2014

When life knocked you down, always remember this:

"My life is a pen in Your hand, 
it is up to You to write me happy or sad..." 

"From the beginning till the end, no one but You
Please make my future better than the past..."

(Rumi)

15 April 2014

Tadi malam saya tidur lebih cepat, jam 9. Been tied up all day, dengan segala drama di kantor. Meski demikian, saya masih sempat bertemu dengan adik di tempat makan favorit kami di Perintis. Alasan lain, sedang menghindar dari seorang teman yang 'memaksa'ku bercerita apa yang sedang terjadi sampai aku mengiriminya pesan teks sorenya saat aku meninggalkan kantor.

"Stres ka.."
"Cerita Em biar lebih ringan. Nanti kalo sudah di rumah, kabarika."

I did text him, let him know that I'd been too tired. Dan tadi pagi, hujan turun, salah satu kebahagiaan yang mungkin sedang diingatkan Rabb padaku, atas semua rasa tidak bersyukur ini. Rasa tidak syukur yang rencananya kutuangkan dalam bentuk curhat dengannya.

Pagi ini sebelum berangkat kantor, dari ujung jalan lorong menuju jalan utama, seorang bapak mengenakan jas hujan menarik gerobak baksonya. Seems like a hard day to go. Another reason to be thankful for, not because I got better one. Lalu di kantor aku bertemu dengan salah seorang karyawan pemasaran sebuah media yang kebetulan kerja sama dengan kantor. Kenal lumayan baru, setahun.

We had lunch, not having any much talk. Pada beberapa bagian percakapan yang sedikit itu, there were moments I saw myself in him. No, not the conversation, it is how he has been all along. He got everything to be what he wanted to, but he just didnt. Aku tidak mau menanyakan kenapa. I just let my imagination reach the answers yang sepertinya tersimpan sangat dalam. At least, I got better knowing that I'm not alone with that way of thinking.

My point is, no matter how hopeless and wasteful a heart is, there's always, there's always a reason to smile. Hope is in the air after all. Cahaya di ujung jalan itu akan selalu ada, mungkin karena itulah tempat pulang sesungguhnya.

"Don't engage your heart in grief over the past or you won't be ready for what is coming." (Imam Ali). 

"Never give up, never surrender..." you said on your DM


10 April 2014

7 April 2014

I was wondering, who asked for the rain to fall in the past three days? Not me, pretty much sure. Like I said in previous post, hardly for me to believe kalo benar-benar hujan. I was not anticipated. Desember sudah berlalu, dan masih beberapa bulan ke depan. Even when I feel it with my bare hands.

Dan bukan hujan yang menahanku di kantor sampai jam segini (19.27). Atasan sedang berada di Jakarta, meeting dengan bos besar. Somehow, kondisi ini memberi saya sedikit waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang mestinya sudah selesai berminggu-minggu lalu. Selain, karena selama ini jika pulang cepat, tiba di kosan saya bisa langsung terkapar sampai pagi. Saya sedang mencoba mengurangi jam tidur. Sejauh ini, kafein berhasil membuat saya terjaga sampai tengah malam.

Deadline daftar ke universitas tujuan sudah makin dekat, saya harus memacu diri sendiri. Target saya, minggu ini sudah bisa selesai. God, I need You walk with my faith. Don't ever let me give up.

By the way, kemarin saya menyempatkan diri menonton film August Osage County, setelah Februari lalu saya membaca review Leila Chudori di Tempo. Film ini mengetengahkan konflik sebuah keluarga di Oklahoma. Meryl Streep berperan sebagai ibu yang menderita kanker mulut. Kemoterapi membuat rambutnya rontok. Suaminya Beverly adalah seorang penulis buku, yang entah karena tidak tahan dengan kata-kata kasar yang sering terlontar dari mulut sang istri memutuskan pergi dari rumah tanpa meninggalkan pesan. Kondisi ini akhirnya membuat anak-anaknya yang selama ini terpencar (dengan kondisi psikologis masing-masing) berkumpul kembali.


Dalam sebuah makan malam, karena Meryl yang tidak bisa diam, satu demi satu rahasia buruk keluarga itu terkuak. Situasi serba kagok dan serba tidak enak menemui klimaks saat Barbara (diperankan oleh Julia Roberts) sang putri sulung menyerang sang ibu saat ia meminta pil yang ia anggap sebagai biang kerok kekasaran ucapan ibunya.  

Kehadiran Meryl Streep, Julia Robert, Chris Cooper, Ewan McGregor, film ini menawarkan kepuasan pada acting para actor kelas Oscar tersebut, no contest. Benedict Cumberbatch adalah opsi subjektif saya untuk menonton film ini. Ben berperan sebagai Charles, putra dari adik perempuan Meryl, yang selalu gugup dan masih dianggap anak-anak oleh ibunya sendiri. Meski perannya hanya sedikit, tapi totalitas Ben tidak diragukan. Untuk sejenak saya melupakan Sherlock yang selama dua bulan ini begitu membekas di kepala. 

Film durasi dua jam ini mengalir tanpa sedetikpun membuat saya bosan. Penonton dibuat penasaran hingga semua rahasia (kebobrokan) masing-masing anggota keluarga terkuak. Stealing scene yang sangat membekas buat saya adalah ketika Julia Roberts, sebelum turun dari mobil menuju pemakaman sang ayah, berpesan kepada anaknya (Abigail Breslin) yang berumur 14 tahun:

"Die after me. Survive... Please!" 

Dari film ini juga, saya mendengarkan lagu Last Mile Home nya Kings of Leon yang menjadi soundtrack. Nampaknya akan masuk ke playlist kalo saya pulang ke Bone. 

"I suppose in the end, the whole of life becomes an act of letting go, but what always hurts the most is not taking a moment to say goodbye."
Dari film Life of Pi, salah satu film yang dialognya tidak ada yang sia-sia. Dan dari semua dialognya yang mumpuni, kuot di atas yang berhasil membuat saya menitikkan air mata sampai akhir film diputar dan lampu bioskop nyala kembali.

Buat yang masih punya kesempatan untuk mengucapkan Good Bye, do it, cause regret is eternal. 
Just heard that they cancelled Sao Paolo show due to illness. Miss them though. Benedict has distracted me so much, said Dwi. Hahaha. Falling away with You will always be my savior. A living proof that I had best memory in college back in years ago.

Get well soon life ruiners. Lets burn house down again!